Potensi Golput Harus Jadi Perhatian Penyelenggara Pemilu
A
A
A
JAKARTA - Riset yang menyebutkan bahwa Jawa Barat berpotensi menjadi penyumbang golput terbesar diharapkan menjadi perhatian bagi penyelenggara pemilu.
Potensi tersebut terungkap dari hasil riset laboratorium big data analytics Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gajah Mada.
"Isu golput harus menjadi perhatian dan tanggung jawab penyelenggara pemilu untuk membangun kesadaran rakyat untuk memilih," kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Suhud Aliyudin kepada SINDOnews, Selasa (26/2/2019).
Suhud berpendapat, tingginya angka golput menjadi salah satu indikasi gagalnya pendidikan politik kepada masyarakat. "Karena itu berarti hilangnya kesadaran dan tanggung jawab atas masa depan bangsa dan negara," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Dia mengatakan, di sisi lain para elite politik juga harus memiliki kesadaran untuk bersikap dan berperilaku yang memberikan harapan akan adanya masa depan.
"Karena bisa jadi penyebab mereka yang memilih golput karena mereka tak memiliki harapan pada para elite politik," pungkasnya.
Berdasarkan analisis data Twitter dari big data laboratorium big data analytics Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa Jawa Barat, dalam hal ini Kota Bandung menjadi penyumbang terbanyak yakni sebesar 21,60%. Di posisi kedua, ditempati oleh DKI Jakarta, yakni sebanyak 14,94%. Ketiga. Jawa Timur yang mencapai 14,64%.
Potensi tersebut terungkap dari hasil riset laboratorium big data analytics Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gajah Mada.
"Isu golput harus menjadi perhatian dan tanggung jawab penyelenggara pemilu untuk membangun kesadaran rakyat untuk memilih," kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Suhud Aliyudin kepada SINDOnews, Selasa (26/2/2019).
Suhud berpendapat, tingginya angka golput menjadi salah satu indikasi gagalnya pendidikan politik kepada masyarakat. "Karena itu berarti hilangnya kesadaran dan tanggung jawab atas masa depan bangsa dan negara," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Dia mengatakan, di sisi lain para elite politik juga harus memiliki kesadaran untuk bersikap dan berperilaku yang memberikan harapan akan adanya masa depan.
"Karena bisa jadi penyebab mereka yang memilih golput karena mereka tak memiliki harapan pada para elite politik," pungkasnya.
Berdasarkan analisis data Twitter dari big data laboratorium big data analytics Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa Jawa Barat, dalam hal ini Kota Bandung menjadi penyumbang terbanyak yakni sebesar 21,60%. Di posisi kedua, ditempati oleh DKI Jakarta, yakni sebanyak 14,94%. Ketiga. Jawa Timur yang mencapai 14,64%.
(dam)