Kasus Ratna Harus Dibongkar Tuntas, Ada Konspirasi atau Tidak
A
A
A
JAKARTA - Psikolog Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk berharap, kasus Ratna Sarumpaet dibongkar tuntas. Untuk itu, Hamdi berharap nanti ketika kasus Ratna naik ke tingkat pengadilan bisa terbongkar apakah ada konspirasi atau tidak di belakangnya. Bahkan, apa ini memang betul-betul hanya bualan Ratna yang dipercayai kubu Prabowo.
“Kalau kasus ini naik ke pengadilan, bagus bagi kita bikin terang benderang. Ini apakah hanya bualan seorang Ratna yang entah kenapa itu persoalan pribadi dia lah, entah dia mengalami gangguan psikologis apa sehingga membual saja mengarang-mengarang cerita dia dipukuli,” jelas kepada wartawan, Sabtu (16/2/2019).
Menurut Hamdi, dalam psikologi itu ada yang namanya penyakit hypocondriac yakni orang senang mengarang-ngarang cerita dia lagi sakit, disakiti dan kalau sakit sedikit itu dibesar-besarkan seperti dizalimi. “Itu ada kelainan psikologis juga, orang membesar-besarkan rasa sakit itu hypocondriac. Maka, Ratna sedang salam mengidap itu,” katanya.
Di samping itu, Hamdi menilai apabila mau kritis maka pertanyaannya kasus Ratna apakah ada unsur konspirasi juga dengan kubu Prabowo, itu harus dibongkar di pengadilan nanti. “Misalnya untuk mendiskreditkan pemerintah, itu harus dibongkar di pengadilan. Jangan hanya sekarang Ratna doang dijadikan pesakitan, yang lain cuci tangan,” tandasnya.
Hamdi juga menyayangkan seorang Prabowo yang kembali maju menjadi calon Presiden begitu mudah percaya kabar-kabar bohong yang ditiup oleh Ratna. Anehnya, kenapa tidak dicek terlebih dahulu padahal gegabah itu bahaya.
“Apa tidak dicek terlebih dahulu, gegabah itu kan bahaya nanti. Seorang yang akan memimpin republik ini mempunyai watak grasak-grusuk, gampang dibohongi oleh seorang nenek-nenek. Itu kan fatal itu. Jadi publik boleh mencatat apakah orang seperti itu layak jadi presiden,” katanya.
Hamdi mengatakan, apabila aparat kepolisian tidak bertindak cepat terhadap kasus Ratna, maka dikhawatirkan akan meluas menjadi kepercayaan publik sehingga digulirkan ke masyarakat bahwa situasi sudah genting. “Untungnya, polisi bertindak cepat,” tegas Hamdi.
“Kalau kasus ini naik ke pengadilan, bagus bagi kita bikin terang benderang. Ini apakah hanya bualan seorang Ratna yang entah kenapa itu persoalan pribadi dia lah, entah dia mengalami gangguan psikologis apa sehingga membual saja mengarang-mengarang cerita dia dipukuli,” jelas kepada wartawan, Sabtu (16/2/2019).
Menurut Hamdi, dalam psikologi itu ada yang namanya penyakit hypocondriac yakni orang senang mengarang-ngarang cerita dia lagi sakit, disakiti dan kalau sakit sedikit itu dibesar-besarkan seperti dizalimi. “Itu ada kelainan psikologis juga, orang membesar-besarkan rasa sakit itu hypocondriac. Maka, Ratna sedang salam mengidap itu,” katanya.
Di samping itu, Hamdi menilai apabila mau kritis maka pertanyaannya kasus Ratna apakah ada unsur konspirasi juga dengan kubu Prabowo, itu harus dibongkar di pengadilan nanti. “Misalnya untuk mendiskreditkan pemerintah, itu harus dibongkar di pengadilan. Jangan hanya sekarang Ratna doang dijadikan pesakitan, yang lain cuci tangan,” tandasnya.
Hamdi juga menyayangkan seorang Prabowo yang kembali maju menjadi calon Presiden begitu mudah percaya kabar-kabar bohong yang ditiup oleh Ratna. Anehnya, kenapa tidak dicek terlebih dahulu padahal gegabah itu bahaya.
“Apa tidak dicek terlebih dahulu, gegabah itu kan bahaya nanti. Seorang yang akan memimpin republik ini mempunyai watak grasak-grusuk, gampang dibohongi oleh seorang nenek-nenek. Itu kan fatal itu. Jadi publik boleh mencatat apakah orang seperti itu layak jadi presiden,” katanya.
Hamdi mengatakan, apabila aparat kepolisian tidak bertindak cepat terhadap kasus Ratna, maka dikhawatirkan akan meluas menjadi kepercayaan publik sehingga digulirkan ke masyarakat bahwa situasi sudah genting. “Untungnya, polisi bertindak cepat,” tegas Hamdi.
(wib)