Indonesia Pelajari Teknologi Penanganan Bencana Rusia
A
A
A
MOSKOW - Indonesia tertarik mempelajari teknologi penanganan, pengendalian, serta prediksi bencana alam yang dikembangkan Rusia. Berbagai teknologi kebencanaan yang dikembangkan negeri beruang merah tersebut bisa menjadi alternatif untuk penangan bencana di Tanah Air.
Ketertarikan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto saat bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Nikolay Patrushev di Moskow, Rusia. Dalam kunjungan tersebut Wiranto juga menyempatkan berkunjung ke Radio Technics Institute (RTI) dan Roscosmos (State Corporation for Space Activities) Rusia untuk melihat teknologi bencana milik Rusia.
Salah satu teknologi dimaksud adalah teknologi algoritma untuk melakukan analisis melalui citra satelit dari dampak bencana alam. Hasil pemetaan citra satelit ini sangat dibutuhkan untuk mempelajari serta menjadi upaya penanggulangan bencana sehingga jika terjadi bencana alam hingga jumlah korban bisa diminimalkan.
“Saya akan meminta instansi terkait di Indonesia untuk mempelajari teknologi yang dikembangkan Rusia, khususnya yang terkait dengan manajemen bencana dan mampu memprediksi kemungkinan timbulnya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami dan membangun kerja sama dengan mitranya di Rusia,” ungkap Wiranto melalui siaran pers kemarin.
Kunjungan Wiranto dalam rangka Forum Konsultasi Bilateral (FKB) itu juga melibatkan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi, Wakil Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Hukum Federasi Rusia serta pejabat tinggi berbagai lembaga kedua negara.
Selain masalah bencana, kedua negara juga membahas berbagai isu bilateral, regional maupun global yang menjadi kepentingan bersama seperti pencegahan terorisme dan radikalisme, pemberantasan dan pencegahan peredaran obat terlarang, dan beberapa isu kawasan dan global lainnya.
Forum konsultasi Indonesia dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Patrushev di Moskow ini merupakan pertemuan yang rutin dilaksanakan tiap tahun dan tempatnya dilakukan secara bergantian. FKB keenam direncanakan akan dilakukan di Indonesia pada tahun 2020.
Untuk isu terorisme, Wiranto mengungkapkan bahwa kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama tukar-menukar informasi data teroris dan sumber jalur keuangan bagi pendanaan terorisme.
“Indonesia dan Rusia juga berkomitmen untuk memperluas kerja sama di bidang monitoring system atas lalu lintas keuangan perdagangan narkoba yang diduga menjadi sumber pendanaan kegiatan terorisme,” ungkapnya.
Kerja sama alutsista juga tidak luput dalam pembicaraan. Wiranto menegaskan komitmen Indonesia untuk terus menjalin kerja sama dalam bidang alutsista yang disertai dengan alih teknologi.
“Kedua pihak setuju untuk memperkuat kerja sama dan memelihara stabilitas dan keamanan kawasan dan global karena kawasan yang stabil dan aman akan mendorong peningkatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan bagi negara-negara di kawasan.”
Sementara itu Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi mengungkapkan, dalam konteks menjaga keamanan dan stabilitas kedua negara, Indonesia menyambut baik dukungan Rusia terhadap konsep Indo-Pacific yang diajukan Indonesia yang menurut Rusia lebih realistis dan mengakui peran sentral ASEAN.
“Rusia mengharapkan dukungan Indonesia, selaku koordinator kerja sama ASEAN-Rusia saat ini, untuk mendorong terwujudnya kerjasama yang lebih konkret antara ASEAN dan Shanghai Cooperation Organization (SCO),” ungkapnya. (Binti Mufarida)
Ketertarikan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto saat bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Nikolay Patrushev di Moskow, Rusia. Dalam kunjungan tersebut Wiranto juga menyempatkan berkunjung ke Radio Technics Institute (RTI) dan Roscosmos (State Corporation for Space Activities) Rusia untuk melihat teknologi bencana milik Rusia.
Salah satu teknologi dimaksud adalah teknologi algoritma untuk melakukan analisis melalui citra satelit dari dampak bencana alam. Hasil pemetaan citra satelit ini sangat dibutuhkan untuk mempelajari serta menjadi upaya penanggulangan bencana sehingga jika terjadi bencana alam hingga jumlah korban bisa diminimalkan.
“Saya akan meminta instansi terkait di Indonesia untuk mempelajari teknologi yang dikembangkan Rusia, khususnya yang terkait dengan manajemen bencana dan mampu memprediksi kemungkinan timbulnya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami dan membangun kerja sama dengan mitranya di Rusia,” ungkap Wiranto melalui siaran pers kemarin.
Kunjungan Wiranto dalam rangka Forum Konsultasi Bilateral (FKB) itu juga melibatkan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi, Wakil Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Hukum Federasi Rusia serta pejabat tinggi berbagai lembaga kedua negara.
Selain masalah bencana, kedua negara juga membahas berbagai isu bilateral, regional maupun global yang menjadi kepentingan bersama seperti pencegahan terorisme dan radikalisme, pemberantasan dan pencegahan peredaran obat terlarang, dan beberapa isu kawasan dan global lainnya.
Forum konsultasi Indonesia dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Patrushev di Moskow ini merupakan pertemuan yang rutin dilaksanakan tiap tahun dan tempatnya dilakukan secara bergantian. FKB keenam direncanakan akan dilakukan di Indonesia pada tahun 2020.
Untuk isu terorisme, Wiranto mengungkapkan bahwa kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama tukar-menukar informasi data teroris dan sumber jalur keuangan bagi pendanaan terorisme.
“Indonesia dan Rusia juga berkomitmen untuk memperluas kerja sama di bidang monitoring system atas lalu lintas keuangan perdagangan narkoba yang diduga menjadi sumber pendanaan kegiatan terorisme,” ungkapnya.
Kerja sama alutsista juga tidak luput dalam pembicaraan. Wiranto menegaskan komitmen Indonesia untuk terus menjalin kerja sama dalam bidang alutsista yang disertai dengan alih teknologi.
“Kedua pihak setuju untuk memperkuat kerja sama dan memelihara stabilitas dan keamanan kawasan dan global karena kawasan yang stabil dan aman akan mendorong peningkatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan bagi negara-negara di kawasan.”
Sementara itu Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi mengungkapkan, dalam konteks menjaga keamanan dan stabilitas kedua negara, Indonesia menyambut baik dukungan Rusia terhadap konsep Indo-Pacific yang diajukan Indonesia yang menurut Rusia lebih realistis dan mengakui peran sentral ASEAN.
“Rusia mengharapkan dukungan Indonesia, selaku koordinator kerja sama ASEAN-Rusia saat ini, untuk mendorong terwujudnya kerjasama yang lebih konkret antara ASEAN dan Shanghai Cooperation Organization (SCO),” ungkapnya. (Binti Mufarida)
(nfl)