Keluhan Sumar dan Suratno Petani Magetan pada Sandiaga Uno

Rabu, 06 Februari 2019 - 16:28 WIB
Keluhan Sumar dan Suratno...
Keluhan Sumar dan Suratno Petani Magetan pada Sandiaga Uno
A A A
MAGETAN - Setelah berlari dua putaran di Telaga Sarangan yang indah, Sandiaga Salahuddin Uno melanjutkan aktifitasnya di Magetan dengan berdialog bersama petani di Desa Singolangu, Plaosan, Magetan, Jawa Timur (Jatim).

Sandi bertemu Sumar petani kubis, Suratno petani kentang dan melihat langsung pemerahan susu serta ayam petelur di dataran tinggi Magetan. Para petani mengeluhkan soal irigasi dan harga jual yang turun.

Menurut Sumar, petani di daerahnya butuh sistem pengairan yang lebih baik. Karena sumber air berjarak delapan kilometer. Lahan pertaniannya bergantung pada hujan. Jika musim kemarau tiba, sangat sulit mendapatkan air.

"Jadi pak kalau nanti jadi wakil presiden, perhatikan petani pak, sejahterakan kami. Berat ini, selain soal air, harga jual hasil pertanian juga enggak terlalu bagus. Satu kilo kubis, biaya produksinya dua ribu rupiah per kilo, harga jualnya hanya lima ratus rupiah perkilo," curhat Sumar.

Hal senada diungkapkan Suratno. Air dan harga jual menjadi masalah, hingga para petani memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Benih kentang perkilo dua puluh ribu rupiah, harga jual perkilonya lima rupiah. Kalau mau untung harusnya sepuluh ribu rupiah pak," kata Suratno.

Soal pengairan, Sandi menyatakan salah satu program Prabowo Sandi adalah swasembada pangan, air dan energi. "Jadi kami akan cari cara paling efektif dengan teknologi paling kini untuk memberikan sistem irigasi terbaik. Jadi meski kemarau petani masih bisa mendapatkan air," ucap Sandi.

Soal harga jual yang turun, Sandi berjanji akan menerapkan penyederhanaan distribusi yang transparan serta terbuka. Sehingga petani bisa menjual hasil pertaniannya dengan harga yang menguntungkan.

"Termasuk stop impor ketika petani panen," ucap Sandi yang sempat diajak Suratno memanen kentang.

Sandi sempat takjub melihat indahnya lokasi pertanian di Magetan itu. Usai memerah susu sapi, begitu keluar, pertanian tertutup kabut tebal. "Luar biasa, ini negeri di atas awan," tandas Sandi.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5313 seconds (0.1#10.140)