Tiba di Palangkaraya, Sandi Uno Disambut Upacara Adat

Senin, 04 Februari 2019 - 09:51 WIB
Tiba di Palangkaraya, Sandi Uno Disambut Upacara Adat
Tiba di Palangkaraya, Sandi Uno Disambut Upacara Adat
A A A
PALANGKARAYA - Calon presiden (capres) nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno tiba di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (4/2/2019) pagi.

Kedatangan Sandi disambut dengan upacara adat Tetek Pantan, Senin (4/2/2019). Tetek pantan dalam bahasa Dayak Ngaju berarti memotong penghalang atau menyingkirkan rintangan sehingga biasa disebutpula potong pantan.

Upacara adat khas suku Dayak itu merupakan warisan tradisi nenek moyang. Dahulu, upacara itu khusus digunakan untuk menyambut kemenangan kepala suku yang pulang dari perang dan mengayau atau memotong kepala musuh. Tapi kini digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.

Usai disambut tarian, selanjutnya ritual adat memasuki bagian utama, yaitu potong pantan atau menyingkirkan rintangan. Di hadapan ”gerbang” kayu berbentuk kubus dengan ukuran masing-masing sisi sekitar 2 meter, terbentang sebatang kayu akasia terselubung kain. Pemimpin adat berada di bagian dalam gerbang, sedangkan tamu di sisi luar.

Sebelum tamu menyingkirkan penghalang, pemimpin adat melontarkan tiga pertanyaan yang wajib dijawab. Tiga pertanyaan itu adalah siapakah nama tamu, berapa jumlah rombongan, dan apa maksud juga tujuan kedatangannya. Setiap kali tamu selesai menjawab satu pertanyaan, pemimpin adat menyahutnya dengan pekik kemenangan atau disebut melahap, "Uuuuju Ku iy!"

“Saya Haji Sandiaga Salhuddin Uno, dengan delapan orang dari kepolisian dan empat dari tim inti saya, maksud tujuan kedatangan saya untuk menciptakan Indonesia adil dan makmur, Indonesia baldatun thayyubatun wa rabbun ghafur,” jawab Sandi.

Setelah menjawab pertanyaan, Sandi dipersilakan maju dan melipat kain yang diletakkan di atas kayu sebelum menebasnya dengan senjata tradisional khas Kalimantan Tengah, Mandau.

Sandi dengan perlahan memotong kayu itu hingga terbelah dua. Ritual dilanjutkan dengan menginjak telur ayam kampung di atas batu dengan kaki kanan. Batu melambangkan kerasnya niat dan usaha manusia untuk meraih suatu kebaikan serta tujuan hidup.

“Luar biasa kayanya Indonesia dengan budanyanya. Ini kekuatan untuk meyerap lapangan kerja dan selalu belajar dengan kearifan lokal. Ini harus terus kita jaga. Warisan budaya leluhur yang membuat Indonesia unik,” tutur Sandi.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5563 seconds (0.1#10.140)