Jokowi Ajak Masyarakat Junjung Tinggi Toleransi
A
A
A
JAKARTA - Polarisasi di tengah masyarakat karena perbedaan afiliasi politik, agama, suku, dan golongan belakangan ini cukup tampak. Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh lapiran masyarakat agar bisa selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghargai serta menghormati di antara suku, agama, ras, kelompok, dan golongan yang memang berbeda-beda.
Ajakan Jokowi ini disampaikannya saat memberikan sambutan dalam peringatan Maulidurasul 1440 H, Hari Lahir (Harlah) ke-73 Muslimat NU, dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).
"Inilah negara Indonesia yang sangat besar. Penduduk kita sekarang sudah 260 juta jiwa. Sebanyam 149 juta bertempat tinggal di Pulau Jawa. Tetapi masih ada 17 ribu pulau lagi yang kita miliki dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote," kata Jokowi.
(Baca juga: KPU Ungkap Debat Capres Kedua Ada Sistem Gelondongan)
Dikatakan Jokowi, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dengan bermacam-macam suku, agama, adat, tradisi, dan bahasa daerah. "Semuanya sudah menjadi sunatullah. Hukum Allah bahwa bangsa kita beda-beda," tuturnya.
Karena itu, Jokowi berpesan agar semua pihak bisa menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. "Tadi disampaikan (Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj), Islam moderat tidak yang radikal, ekstrem, tapi (Islam) yang mampu menghargai, menghormati saudara-saudara kita yang lain yang berbeda agama, suku, dan bahasa," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan semua pihak agar selalu menjaga kerukunan antarsesama anak bangsa di tengah tahun politik yang suhunya serap kali panas.
"Ini kan sudah mnjelang tahun politik, pilgub, pilwalkot, pilpres, kalau sudah masuk ke hal-hal politik, kita saring lupa antarkampung tidak saling ngomong," ungkapnya.
"Antartetangga tidak saling sapa gara-gara pilgub. Di dalam majelis talim loh. Apakah ini benar? Benar gak? Jangan seperti itu. Boleh ndak saling menghina? Boleh gak saling mengejek? Kita ini saudara sebangsa dan se-Tanah Air," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengapresiasi Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah, dan Ghibah (bergunjing) yang dilakukan ratusan ribu kader Muslimat NU.
"Ya ini bagus sekali kalau semua elemen, semua ormas, seluruh kelompok yang ada di daerah, Tanah Air menyampaikan, menyatakan antihoaks. Saya kira ini sebuah perlawanan banyaknya hoaks yang ada di medsos. Saya kira ini sebuah gerakan masyarakat, sebuah movement yang sangat bagus," tutur Jokowi usai acara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh lapiran masyarakat agar bisa selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghargai serta menghormati di antara suku, agama, ras, kelompok, dan golongan yang memang berbeda-beda.
Ajakan Jokowi ini disampaikannya saat memberikan sambutan dalam peringatan Maulidurasul 1440 H, Hari Lahir (Harlah) ke-73 Muslimat NU, dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).
"Inilah negara Indonesia yang sangat besar. Penduduk kita sekarang sudah 260 juta jiwa. Sebanyam 149 juta bertempat tinggal di Pulau Jawa. Tetapi masih ada 17 ribu pulau lagi yang kita miliki dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote," kata Jokowi.
(Baca juga: KPU Ungkap Debat Capres Kedua Ada Sistem Gelondongan)
Dikatakan Jokowi, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dengan bermacam-macam suku, agama, adat, tradisi, dan bahasa daerah. "Semuanya sudah menjadi sunatullah. Hukum Allah bahwa bangsa kita beda-beda," tuturnya.
Karena itu, Jokowi berpesan agar semua pihak bisa menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. "Tadi disampaikan (Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj), Islam moderat tidak yang radikal, ekstrem, tapi (Islam) yang mampu menghargai, menghormati saudara-saudara kita yang lain yang berbeda agama, suku, dan bahasa," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan semua pihak agar selalu menjaga kerukunan antarsesama anak bangsa di tengah tahun politik yang suhunya serap kali panas.
"Ini kan sudah mnjelang tahun politik, pilgub, pilwalkot, pilpres, kalau sudah masuk ke hal-hal politik, kita saring lupa antarkampung tidak saling ngomong," ungkapnya.
"Antartetangga tidak saling sapa gara-gara pilgub. Di dalam majelis talim loh. Apakah ini benar? Benar gak? Jangan seperti itu. Boleh ndak saling menghina? Boleh gak saling mengejek? Kita ini saudara sebangsa dan se-Tanah Air," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengapresiasi Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah, dan Ghibah (bergunjing) yang dilakukan ratusan ribu kader Muslimat NU.
"Ya ini bagus sekali kalau semua elemen, semua ormas, seluruh kelompok yang ada di daerah, Tanah Air menyampaikan, menyatakan antihoaks. Saya kira ini sebuah perlawanan banyaknya hoaks yang ada di medsos. Saya kira ini sebuah gerakan masyarakat, sebuah movement yang sangat bagus," tutur Jokowi usai acara.
(maf)