Capres Harus Membangun Optimisme

Rabu, 16 Januari 2019 - 09:06 WIB
Capres Harus Membangun Optimisme
Capres Harus Membangun Optimisme
A A A
JAKARTA - Pidato visi-misi calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto bertajuk “Indonesia Menang” yang disampaikan di JCC Plenary Hall, Jakarta, Senin (14/1) malam mendapat tanggapan dari sejumlah kalangan.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, menilai pidato Prabowo lebih banyak mengkritik kebijakan pemerintah daripada membangun narasi optimisme. Menurut dia, apa yang menjadi kekurangan pemerintah saat ini sebaiknya jangan dideskriditkan karena itu sesuatu yang wajar. Artinya, soal bagaimana kinerja pemerintah biarkan rakyat yang menilai sendiri. “Pemimpin itu harus membangun optimisme berpikir jauh ke depan, bukan mendekonstruksi yang jelek bahkan menjatuhkan tanpa memberikan solusi,” ujar Ujang di Jakarta kemarin.

Menurut dia, Indonesia membutuh sosok pemimpin revolusioner, tidak hanya bersaing dalam negeri tapi juga negara lain, baik itu di bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, HAM, teknologi. Tidak hanya Prabowo dan Jokowi, rakyat juga harus mendukung. Artinya, seluruh komponen bangsa harus mencari jalan keluar dan mempunyai lompatan besar. “Jangan sampai kampanye hanya saling menjelekkan tanpa mengedepankan ide dan gagasan jauh ke depan,” terang Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini.

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, pidato Prabowo adalah penerjemahan dari yang disebut beberapa bulan lalu tentang ekonomi kebodohan atau economic stupidity. Artinya, tidak ada yang baru dari apa yang disampaikan Prabowo.

"Bagi Prabowo, Pak Jokowi itu salah arah mengelola kebijakan ekonomi, efeknya banyak orang miskin, banyak orang nganggur, yang kaya dan yang miskin semakin lebar," kata Adi.

Menurut dia, Prabowo tidak peduli dengan data BPS bahwa angka kemiskinan dan pengangguran turun, sebab narasi yang dibangun adalah Jokowi selama empat tahun ini gagal menjadi pemimpin republik ini. Bahkan terkesan abai terhadap data BPS, sehingga wajar banyak pihak berpandangan pidato yang disampaikannya cenderung menampilkan pesimisme.

"Pak Prabowo juga miskin memberikan contoh dari kasus yang dianggap tidak sukses. Misalnya ketika bilang BUMN itu ambruk, itu BUMN yang mana. Menyebut Garuda, PLN, dan Pertamina, apa betul PLN dan Pertamina itu ambruk. Jangan-jangan mereka hanya rugi, tapi dalam rentang waktu kapan. Artinya dia men-down grade dan medelegitimasi semua pencapaian Jokowi, tapi contoh-contohnya tidak pernah konkret. Mestinya kalau disertai contoh dan bukti-bukti, tentu rakyat percaya ini bukan hanya retoris," ungkapnya.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi- Ma'ruf Amin, Irma Suryani Chaniago menilai pidato visi-misi Prabowo terlihat pesimistis. Menurut dia, semua program Jokowi buruk di mata Prabowo. "Semua program yang disampaikan sudah dilakukan Jokowi, sedangkan beberapa program malah menjiplak program Jokowi yang diubah redaksionalnya. Tampak sekali miskin gagasan," ujar Irma.

Namun begitu, Irma menganggap wajar pidato yang disampaikan Prabowo. Selain tidak punya pengalaman, semua program yang disampaikan Prabowo sudah dilakukan semua oleh Jokowi. Seharusnya, kata Irma, pidato disampaikan dengan penuh optimistis tanpa negative thinking terhadap keberhasilan Jokowi. "Pemimpin yang pesimis tidak akan mampu membawa Indonesia lebih maju, kenapa? Karena pasti miskin gagasan dan cepat putus asa," katanya. (M Yamin/Abdul Rochim)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7211 seconds (0.1#10.140)