Masyarakat Diharapkan Cerdas Mencerna Informasi di Medsos
A
A
A
JAKARTA - Penelitian We Are Social pada tahun 2018 mengatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta. Dari jumlah tersebut, 130 juta di antaranya tercatat aktif di media sosial (Medsos).
Merespons hal ini, pakar medsos dari GDILab.com Jefri Dinomo mengakui, tak bisa dimungkiri, 'perang informasi' akan terjadi di medsos karena Indonesia sudah memasuki tahun politik.Karena itu diluncurkanlah ForuMedsoSehat yang bertujuan untuk mengkampanyekan 'Cerdas Bermedia Sosial' bagi masyarakat, termasuk media massa. Media massa dan media sosial sangat terkait erat."Menyadari peran besar medsos dalam penyebaran informasi serta mempengaruhi penggunanya, itulah yang menyebabkan aktivitas kampanye kerap menggunakan medsos, baik itu kampanye pemasaran, kampanye sosial, serta kampanye politik," kata Jefri Dinomo yang juga menjadi Juru bicara ForuMedsoSehat, melalui siaran pers, Senin (17/12/2018).
Jefri menjelaskan, awal terbentuknya ForuMedsoSehat diinisiasi oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), lembaga monitoring Politicawave Jakarta, GDI Lab Jakarta dan BFI Technologies Bandung serta media teknologi, Tek.id.Ada lima poin yang disorot dari terbentuknya ForuMedsoSehat ini.1. Volume percakapan seputar paslon di Pilpres 2019 sangat besar dan mendominasi percakapan di medsos, melibatkan 55,620 akun dan 206,907 tweets dari kedua kubu paslon. Jumlah akun dan tweets seputar paslon Jokowi-Ma’ruf lebih besar, yaitu sekitar 2.3 kali dari jumlah akun dan tweets seputar paslon Prabowo-Sandi.2. Secara keseluruhan, pembicaraan positif pada Jokowi-Ma’ruf lebih tinggi daripada Prabowo-Sandi. Sedangkan, untuk pembicaraan negatif kepada kedua paslon cenderung berimbang dan pembicaraan netral tentang Prabowo-Sandi lebih tinggi dari Jokowi-Ma’ruf.3. Melihat dari perilaku interaksinya, dimana 1 original post direspon rata-rata lebih banyak dari kluster pendukung paslon Prabowo-Sandi, dapat diindikasikan perilaku di kluster paslon Prabowo-Sandi terindikasi cyber troops, sementara kluster pendukung paslon Jokowi-Ma’ruf terindikasi dukungan individu.4. Pada kedua kluster pendukung dijumpai suspicious behavior karena cukup banyak ditemukan ditemukan partisipan yang berasal dari akun-akun yang jumlah follower di bawah 50 dan usia akun di bawah 6 bulan. Beberapa di antaranya banyak yang baru lahir di bulan Desember.Terdapat 3.8% akun yang terlibat di kluster Jokowi-Ma’ruf dan terindikasi, sedangkan 4.9% akun yang terlibat di kluster Prabowo-Sandi yang terindikasi. Secara prosentase terhadap keterlibatan di masing-masing akun, kluster Prabowo-Sandi prosentase suspicious account lebih besar.5. Terdapat konten yang tidak berhubungan dengan percakapan di kedua kluster dari akun-akun tertentu yaitu terkait dengan konten pornografi, judi dan penjual online. Akun-akun tersebut biasanya masuk dalam percakapan yang sudah menjadi trending melalui tagar politik.
Merespons hal ini, pakar medsos dari GDILab.com Jefri Dinomo mengakui, tak bisa dimungkiri, 'perang informasi' akan terjadi di medsos karena Indonesia sudah memasuki tahun politik.Karena itu diluncurkanlah ForuMedsoSehat yang bertujuan untuk mengkampanyekan 'Cerdas Bermedia Sosial' bagi masyarakat, termasuk media massa. Media massa dan media sosial sangat terkait erat."Menyadari peran besar medsos dalam penyebaran informasi serta mempengaruhi penggunanya, itulah yang menyebabkan aktivitas kampanye kerap menggunakan medsos, baik itu kampanye pemasaran, kampanye sosial, serta kampanye politik," kata Jefri Dinomo yang juga menjadi Juru bicara ForuMedsoSehat, melalui siaran pers, Senin (17/12/2018).
Jefri menjelaskan, awal terbentuknya ForuMedsoSehat diinisiasi oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), lembaga monitoring Politicawave Jakarta, GDI Lab Jakarta dan BFI Technologies Bandung serta media teknologi, Tek.id.Ada lima poin yang disorot dari terbentuknya ForuMedsoSehat ini.1. Volume percakapan seputar paslon di Pilpres 2019 sangat besar dan mendominasi percakapan di medsos, melibatkan 55,620 akun dan 206,907 tweets dari kedua kubu paslon. Jumlah akun dan tweets seputar paslon Jokowi-Ma’ruf lebih besar, yaitu sekitar 2.3 kali dari jumlah akun dan tweets seputar paslon Prabowo-Sandi.2. Secara keseluruhan, pembicaraan positif pada Jokowi-Ma’ruf lebih tinggi daripada Prabowo-Sandi. Sedangkan, untuk pembicaraan negatif kepada kedua paslon cenderung berimbang dan pembicaraan netral tentang Prabowo-Sandi lebih tinggi dari Jokowi-Ma’ruf.3. Melihat dari perilaku interaksinya, dimana 1 original post direspon rata-rata lebih banyak dari kluster pendukung paslon Prabowo-Sandi, dapat diindikasikan perilaku di kluster paslon Prabowo-Sandi terindikasi cyber troops, sementara kluster pendukung paslon Jokowi-Ma’ruf terindikasi dukungan individu.4. Pada kedua kluster pendukung dijumpai suspicious behavior karena cukup banyak ditemukan ditemukan partisipan yang berasal dari akun-akun yang jumlah follower di bawah 50 dan usia akun di bawah 6 bulan. Beberapa di antaranya banyak yang baru lahir di bulan Desember.Terdapat 3.8% akun yang terlibat di kluster Jokowi-Ma’ruf dan terindikasi, sedangkan 4.9% akun yang terlibat di kluster Prabowo-Sandi yang terindikasi. Secara prosentase terhadap keterlibatan di masing-masing akun, kluster Prabowo-Sandi prosentase suspicious account lebih besar.5. Terdapat konten yang tidak berhubungan dengan percakapan di kedua kluster dari akun-akun tertentu yaitu terkait dengan konten pornografi, judi dan penjual online. Akun-akun tersebut biasanya masuk dalam percakapan yang sudah menjadi trending melalui tagar politik.
(maf)