Epidemi HIV AIDS Perlu Perhatian Lintas Sektor

Senin, 03 Desember 2018 - 21:37 WIB
Epidemi HIV AIDS Perlu Perhatian Lintas Sektor
Epidemi HIV AIDS Perlu Perhatian Lintas Sektor
A A A
JAYAPURA - Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) menempatkan penduduk usia muda dengan rentang usia 10-24 tahun pada posisi yang cukup esensial. SDG’s menekankan agar pemerintah memperhatikan aspek kesehatan untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia termasuk remaja.

Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bada Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sigit Priohutomo, pada aspek kesehatan salah satu indikatornya adalah menurunnya prevalensi HIV AIDS termasuk pada kelompok usia muda.

"Epidemi HIV AIDS merupakan permasalahan sosial yang memerlukan perhatian dari lintas sektor guna mencapai target bersama yaitu mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember sebagai peringatan atas tingginya kasus HIV di Indonesia," kata Sigit.

Terkait Hari Aids Sedunia, BKKBN menggelar seminar nasional di Jayapura, Kamis (22/11/2018). Tema nasional HAS tahun ini adalah Saya Berani, Saya Sehat ! yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh masyarakat terhadap HIV AIDS. “Berani untuk mengurangi risiko penularan virus HIV. Selanjutnya, masyarakat juga mau secara sukarela memeriksakan diri untuk mengetahui status HIV-nya”.

Tujuan pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS adalah untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, yaitu tidak ada lagi penularan HIV, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV AIDS (ODHA).

BKKBN sejak tahun 2000 mengemban mandat untuk melaksanakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Dalam lima tahun terakhir, program KRR telah dikemas ulang sehingga saat ini dikenal dengan program Ketahanan Remaja dengan tagline Generasi Berencana yang disingkat GenRe.

BKKBN mengembangkan GenRe sebagai intervensi terhadap tantangan dan permasalahan remaja di Indonesia. Dari aspek kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia saat ini sangat besar.

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas, et.al.2013), pada tahun 2018 ini jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di Indonesia diproyeksikan mencapai 66,6 juta jiwa atau sekitar 25,44% dari total populasi.

"Jumlah remaja yang besar tersebut akan dapat menjadi aset yang luar biasa bagi bangsa dan negara Indonesia apabila dikelola dengan baik sehingga berkualitas. Hal ini dikarenakan di tangan remaja-lah masa depan Indonesia berada," tambah Sigit.

Penduduk usia remaja saat ini akan menjadi bagian dari Generasi Emas Indonesia, generasi yang pada tahun 2045, saat Indonesia memasuki usia 100 tahun merdeka, akan berusia antara 35-54 tahun. Generasi ini akan berada pada usia produktif sehingga menjadi penerus bangsa Indonesia.

Generasi Emas diharapkan menjadi generasi yang cerdas komprehensif, yaitu produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.

Generasi Emas disemai melalui pembangunan karakter dengan pembangunan keluarga yang menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Karena itu, membina remaja adalah investasi yang luar biasa penting.

Pada kegiatan peringatan Hari Aids Sedunia, kaum remaja dan masyarakat mendapatkan tambahan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, yaitu risiko tertular HIV dan AIDS, bahaya narkoba, serta belajar juga tentang bahaya dan akibat kehidupan seks bebas, termasuk pentingnya penundaan usia perkawinan serta pentingnya Keluarga Berencana sebagai suatu landasan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan membangun keluarga yang berkualitas.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6411 seconds (0.1#10.140)