Pentingnya Menguatkan Peran Politik Anak Muda Melalui Literasi Politik
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto memberikan catatan kritis terhadap jalannya demokratisasi di Indonesia pasca Reformasi.
Menurutnya proses konsolidasi demokrasi mengalami sumbatan. Partai politik menjadi salah satu persoalan nyata yang menyebabkan demokrasi berjalan stagnan.
"Permainan politik berbasis transaksional dari kelompok elite partai lebih dominan dibanding optimalnya fungsi-fungsi partai di masyarakat," ujar Gun Gun dalam diskusi Prospek Politik Anak Muda di Litera Cafe, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (30/11/2018).
Dalam proses demokratisasi ini, jelas Gun Gun, partai tidak bermetamorfosis menjadi institusi kuat dan modern melainkan tetap dengan corak lamanya yang berbasis feodalisme, oligarki dan transaksional. Salah satu dampak nyatanya dapat dirasakan saat penyelenggaraan pemilu lima tahunan.
"Partai baru hadir dan melakukan kerja-kerja politik sesaat jelang pemilu. Sehingga muncul kesenjangan antara pemilih dan partai politik. Penyakit turunan dari perilaku ini adalah politik menjadi sangat mahal, asal-asalan dan temporer," jelas Gun Gun.
Dalam kondisi demikian, Gun Gun mengatakan posisi pemilih pemula harus diperkuat dengan pertimbangan kelompok ini akan menjadi salah satu kantong menentukan dalam regenerasi kepemimpinan baik di level nasional maupun lokal. Caranya, partai, akademisi, kelompok kepentingan, kelompok penekan, pemerintah dan media massa, harus bersama-sama melakukan pengarusutamaan gerakan literasi politik.
Mengutip pendapat Bernard Crick dalam Essays on Citizenship (2000), Gun Gun menambahkan literasi politik merupakan senyawa dari pengetahuan, keterampilan dan sikap.
"Literasi politik lebih luas dari hanya sekadar pengetahuan politik, melainkan cara membuat diri menjadi efektif dalam kehidupan publik dan dorongan untuk menjadi aktif, partisipatif dalam melaksanakan hak dan kewajiban baik dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang sifatnya suka rela," kata Gun Gun.
Menurutnya proses konsolidasi demokrasi mengalami sumbatan. Partai politik menjadi salah satu persoalan nyata yang menyebabkan demokrasi berjalan stagnan.
"Permainan politik berbasis transaksional dari kelompok elite partai lebih dominan dibanding optimalnya fungsi-fungsi partai di masyarakat," ujar Gun Gun dalam diskusi Prospek Politik Anak Muda di Litera Cafe, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (30/11/2018).
Dalam proses demokratisasi ini, jelas Gun Gun, partai tidak bermetamorfosis menjadi institusi kuat dan modern melainkan tetap dengan corak lamanya yang berbasis feodalisme, oligarki dan transaksional. Salah satu dampak nyatanya dapat dirasakan saat penyelenggaraan pemilu lima tahunan.
"Partai baru hadir dan melakukan kerja-kerja politik sesaat jelang pemilu. Sehingga muncul kesenjangan antara pemilih dan partai politik. Penyakit turunan dari perilaku ini adalah politik menjadi sangat mahal, asal-asalan dan temporer," jelas Gun Gun.
Dalam kondisi demikian, Gun Gun mengatakan posisi pemilih pemula harus diperkuat dengan pertimbangan kelompok ini akan menjadi salah satu kantong menentukan dalam regenerasi kepemimpinan baik di level nasional maupun lokal. Caranya, partai, akademisi, kelompok kepentingan, kelompok penekan, pemerintah dan media massa, harus bersama-sama melakukan pengarusutamaan gerakan literasi politik.
Mengutip pendapat Bernard Crick dalam Essays on Citizenship (2000), Gun Gun menambahkan literasi politik merupakan senyawa dari pengetahuan, keterampilan dan sikap.
"Literasi politik lebih luas dari hanya sekadar pengetahuan politik, melainkan cara membuat diri menjadi efektif dalam kehidupan publik dan dorongan untuk menjadi aktif, partisipatif dalam melaksanakan hak dan kewajiban baik dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang sifatnya suka rela," kata Gun Gun.
(kri)