Gus Yaqut Ingatkan Kader Ansor Bahaya Radikalisme Agama
A
A
A
KUALA LUMPUR - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan bahaya radikalisme agama yang menjadi ancaman serius bangsa Indonesia belakangan ini. Jika gagal diatasi, bukan saja Nahdlatul Ulama (NU) yang hancur, tetapi Indonesia akan lenyap. Sebab itu, NU, Ansor, dan Banser akan selalu berada di garis terdepan dalam menjaga Indonesia dari segala rongrongan.
"Saya minta seluruh kader Ansor dan Banser untuk mewaspadai gerakan radikal. Selain menganggap kelompok di luar mereka musuh, kelompok ini memiliki agenda merebut kekuasaan. Setelah berhasil direbut, selanjutnya mengganti ideologi negara menjadi khilafah islamiyah," kata Yaqut di depan puluhan peserta Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Pimpinan Cabang GP Ansor Malaysia, di Adamson Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (27/11/2018).
Menurut Gus Yaqut, sapaan akrabnya, kenapa sebagai muslim pihaknya menolak negara Islam, karena negara ini didirikan tidak hanya kaum muslim, tapi semua komponen bangsa yang beragam keyakinan, suku, agama, budaya. Apalagi, salah satu pendiri bangsa Indonesia adalah para muassis jam'iyah NU, para kiai, seperti Hadratussyekh Hasyim Asya'ri, Mbah Wahab Chasbullah, Mbah Bisri Sansuri, dll. Mereka sepakat dengan bentuk negara kesatuan.
"Sangat tidak mungkin para kiai, apalagi sekelas Mbah Hasyim mengabaikan pertimbangan syar'i. Bentuk negara ini sudah berdasarkan pertimbangan syar'i ketika menyetujui bentuk negara. Lihat saja, apa yang tidak dilakukan negara dengan pertimbangan syar'i? Semua diurus, mulai dari UU Perkawinan hingga perbankan," ujar Gus Yaqut.
Selanjutnya dia menjelaskan, jam'iyah NU didirikan salah satunya untuk memerdekaan Indonesia. "Kalau sekadar untuk mensyiarkan agama Islam maka tidak perlu mendirikan NU. Jaringan pesantren sudah cukup untuk mensyiarkan agama Islam dan NU," katanya.
Sebab itu, NU didirikan untuk Indonesia. Sehingga jika ada yang mencoba mengganti kesepakatan rumah bersama, rumah yang nyaman untuk berdakwah ini dengan bentuk negara lain, seperti khilafah, maka kader NU yang harus pertama melawan. Melawan kelompok radikal, kata dia, harus semua lini, baik di darat maupun udara.
"Melawan mereka dengan terus merawat jamaah kita agar tidak terpapar; memperluas jaringan NU, melakukan kaderisasi, dan memberi pemahaman kepada masyarakat lainnya atas fenomena massifnya gerakan radikal untuk mengubah bentuk negara menjadi khilafah. Itu kita lakukan baik secara langsung, maupun di dunia maya dengan aktif di media sosial. Bagi kader Ansor, para pengurus harus terus-menerus melakukan kaderisasi. Seberat apa pun kaderisasi harus dilakukan, meskipun cuma lima orang," katanya.
Gus Yaqut memberi apresiasi tinggi atas atas semua aktivitas yang telah dilakukan dalam merawat dan mengembangkan NU, Ansor, Banser di Malaysia. "Saya salut dengan sahabat semua yang telah merelakan waktu, tenaga, dan penghasilan, untuk merawat NU, termasuk mendirikan Ansor dan Banser di Malaysia," kata Gus Yaqut.
Menurut dia, Malaysia adalah cabang GP Ansor ketiga di luar Negeri setelah Saudi Arabia dan Korea Selatan. Selanjutnya akan menyusul Taiwan, Jepang, Mesir, dan Hong Kong.
Dalam kesempatan itu Gus Yaqut mem-baiat dan melantik pengurus PC GP Ansor Malaysia. Terpilih sebagai ketua adalah Nur Alamin. Pelantikan disaksikan Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Abdul Rochman, Ketua Khoirul, Wakil Sekjen Rifqi Almubarok, Kepala Densus 99 Asmaul Husna Banser Nurruzaman, dan Ketua PCI NU Malaysia Ihyaul Lazib.
Lebih jauh Gus Yaqut mengatakan, kader Ansor adalah harapan NU di masa depan, sekaligus masa depan NU. "Jika kader Ansor dan Banser melangkah tidak benar dalam mengelola organisasi, maka NU di masa depan akan hancur, dan tidak dihargai kelompok lain," ujarnya.
"Saya minta seluruh kader Ansor dan Banser untuk mewaspadai gerakan radikal. Selain menganggap kelompok di luar mereka musuh, kelompok ini memiliki agenda merebut kekuasaan. Setelah berhasil direbut, selanjutnya mengganti ideologi negara menjadi khilafah islamiyah," kata Yaqut di depan puluhan peserta Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Pimpinan Cabang GP Ansor Malaysia, di Adamson Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (27/11/2018).
Menurut Gus Yaqut, sapaan akrabnya, kenapa sebagai muslim pihaknya menolak negara Islam, karena negara ini didirikan tidak hanya kaum muslim, tapi semua komponen bangsa yang beragam keyakinan, suku, agama, budaya. Apalagi, salah satu pendiri bangsa Indonesia adalah para muassis jam'iyah NU, para kiai, seperti Hadratussyekh Hasyim Asya'ri, Mbah Wahab Chasbullah, Mbah Bisri Sansuri, dll. Mereka sepakat dengan bentuk negara kesatuan.
"Sangat tidak mungkin para kiai, apalagi sekelas Mbah Hasyim mengabaikan pertimbangan syar'i. Bentuk negara ini sudah berdasarkan pertimbangan syar'i ketika menyetujui bentuk negara. Lihat saja, apa yang tidak dilakukan negara dengan pertimbangan syar'i? Semua diurus, mulai dari UU Perkawinan hingga perbankan," ujar Gus Yaqut.
Selanjutnya dia menjelaskan, jam'iyah NU didirikan salah satunya untuk memerdekaan Indonesia. "Kalau sekadar untuk mensyiarkan agama Islam maka tidak perlu mendirikan NU. Jaringan pesantren sudah cukup untuk mensyiarkan agama Islam dan NU," katanya.
Sebab itu, NU didirikan untuk Indonesia. Sehingga jika ada yang mencoba mengganti kesepakatan rumah bersama, rumah yang nyaman untuk berdakwah ini dengan bentuk negara lain, seperti khilafah, maka kader NU yang harus pertama melawan. Melawan kelompok radikal, kata dia, harus semua lini, baik di darat maupun udara.
"Melawan mereka dengan terus merawat jamaah kita agar tidak terpapar; memperluas jaringan NU, melakukan kaderisasi, dan memberi pemahaman kepada masyarakat lainnya atas fenomena massifnya gerakan radikal untuk mengubah bentuk negara menjadi khilafah. Itu kita lakukan baik secara langsung, maupun di dunia maya dengan aktif di media sosial. Bagi kader Ansor, para pengurus harus terus-menerus melakukan kaderisasi. Seberat apa pun kaderisasi harus dilakukan, meskipun cuma lima orang," katanya.
Gus Yaqut memberi apresiasi tinggi atas atas semua aktivitas yang telah dilakukan dalam merawat dan mengembangkan NU, Ansor, Banser di Malaysia. "Saya salut dengan sahabat semua yang telah merelakan waktu, tenaga, dan penghasilan, untuk merawat NU, termasuk mendirikan Ansor dan Banser di Malaysia," kata Gus Yaqut.
Menurut dia, Malaysia adalah cabang GP Ansor ketiga di luar Negeri setelah Saudi Arabia dan Korea Selatan. Selanjutnya akan menyusul Taiwan, Jepang, Mesir, dan Hong Kong.
Dalam kesempatan itu Gus Yaqut mem-baiat dan melantik pengurus PC GP Ansor Malaysia. Terpilih sebagai ketua adalah Nur Alamin. Pelantikan disaksikan Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Abdul Rochman, Ketua Khoirul, Wakil Sekjen Rifqi Almubarok, Kepala Densus 99 Asmaul Husna Banser Nurruzaman, dan Ketua PCI NU Malaysia Ihyaul Lazib.
Lebih jauh Gus Yaqut mengatakan, kader Ansor adalah harapan NU di masa depan, sekaligus masa depan NU. "Jika kader Ansor dan Banser melangkah tidak benar dalam mengelola organisasi, maka NU di masa depan akan hancur, dan tidak dihargai kelompok lain," ujarnya.
(thm)