Survei LSI Denny JA: 7 Faktor yang Untungkan Jokowi sebagai Petahana
A
A
A
JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan bahwa ada sejumlah faktor terkait kondisi ekonomi yang menguntungkan Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana.
Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa mengatakan ada tujuh faktor yang pertama mayoritas publik menilai kondisi ekonomi saat ini baik. Sebesar 70.3% pemilih menyatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang dan baik. Hanya minoritas yaitu 24,7% yang menilai kondisi ekonomi buruk.
"Seperti yang telah diuraikan diawal, bahwa persepsi baik buruk ekonomi sangat penting bagi seorang petahana yang akan maju kembali di periode kedua," ujar Adrian di kantor LSI Denny JA, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Yang kedua, lanjut Adrian, tingginya optimisme publik bahwa kondisi ekonomi akan lebih baik. Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa sebesar 37,8% pemilih menyatakan bahwa mereka optimis ekonomi Indonesia akan lebih baik, sebesar 31,3% menyatakan bahwa kondisi Indonesia akan sama saja dan hanya sebesar 18,5% yang menilai bahwa kondisi ekonomi akan makin buruk.
Lalu yang ketiga, mayoritas publik menyatakan puas dengan kinerja pemerintah di bidang ekonomi. Sebesar 56,8% menyatakan bahwa mereka puas dengan kinerja presiden dan kabinetnya dalam bidang ekonomi dan hanya 35,6% yang menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan performa pemerintah di bidang ekonomi.
Untuk yang keempat, lanjut Adrian, mayoritas publik optmis bahwa ekonomi rumah tangga mereka akan lebih baik. Sebesar 58,7% menyatakan bahwa mereka yakin kondisi ekonomi rumah tangga mereka akan lebih baik.
Hanya sebesar 15,5% pemilih yang menyatakan bahwa mereka menilai tidak ada perubahan kondisi ekonomi rumah tangga mereka dan hanya sebesar 5,9% yang menyatakan pesimis dengan kondisi ekonomi rumah tangga mereka.
Yang kelima, Adrian menyebut sejumlah program unggulan Jokowi populer dan disukai mayoritas pemilih. Ada enam program Jokowi yang populer dan disukai pemilih.
"Yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Beras Sejahtera (Rastra), Program Keluarga Harapan (PKH), pembangunan infrastruktur, dan pembagian serfikat tanah. Program-program ini rata-rata dikenal diatas 50% pemilih. Dan rata-rata disukai di atas 90% dari mereka yang mengetahui program tersebut," jelas Adrian.
Keenam, Jokowi punya pemilih loyal di segmen agama minoritas. Ada sebagian pemilih dari segmen agama minoritas yang menilai ekonomi buruk. Meski mereka menilai ekonomi buruk, namun pilihan capresnya tetap Jokowi-Ma'ruf.
"Artinya segmen pemilih ini adalah pemilih loyal yang tidak terpengaruh oleh naik turunnya kondisi ekonomi Indonesia," kata Adrian.
Yang terakhir, Jokowi punya pemilih loyal di wilayah tertentu. Di segmen pemilih yang tinggal di Indonesia Timur terutama Maluku dan Papua yang menilai ekonomi buruk namun mereka tetap mendukung Jokowi-Ma'ruf sebagai capresnya.
"Itu berarti dukungan terhadap capres tidak bergantung pada naik turunnya kondisi ekonomi," pungkasnya.
Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa mengatakan ada tujuh faktor yang pertama mayoritas publik menilai kondisi ekonomi saat ini baik. Sebesar 70.3% pemilih menyatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang dan baik. Hanya minoritas yaitu 24,7% yang menilai kondisi ekonomi buruk.
"Seperti yang telah diuraikan diawal, bahwa persepsi baik buruk ekonomi sangat penting bagi seorang petahana yang akan maju kembali di periode kedua," ujar Adrian di kantor LSI Denny JA, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Yang kedua, lanjut Adrian, tingginya optimisme publik bahwa kondisi ekonomi akan lebih baik. Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa sebesar 37,8% pemilih menyatakan bahwa mereka optimis ekonomi Indonesia akan lebih baik, sebesar 31,3% menyatakan bahwa kondisi Indonesia akan sama saja dan hanya sebesar 18,5% yang menilai bahwa kondisi ekonomi akan makin buruk.
Lalu yang ketiga, mayoritas publik menyatakan puas dengan kinerja pemerintah di bidang ekonomi. Sebesar 56,8% menyatakan bahwa mereka puas dengan kinerja presiden dan kabinetnya dalam bidang ekonomi dan hanya 35,6% yang menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan performa pemerintah di bidang ekonomi.
Untuk yang keempat, lanjut Adrian, mayoritas publik optmis bahwa ekonomi rumah tangga mereka akan lebih baik. Sebesar 58,7% menyatakan bahwa mereka yakin kondisi ekonomi rumah tangga mereka akan lebih baik.
Hanya sebesar 15,5% pemilih yang menyatakan bahwa mereka menilai tidak ada perubahan kondisi ekonomi rumah tangga mereka dan hanya sebesar 5,9% yang menyatakan pesimis dengan kondisi ekonomi rumah tangga mereka.
Yang kelima, Adrian menyebut sejumlah program unggulan Jokowi populer dan disukai mayoritas pemilih. Ada enam program Jokowi yang populer dan disukai pemilih.
"Yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Beras Sejahtera (Rastra), Program Keluarga Harapan (PKH), pembangunan infrastruktur, dan pembagian serfikat tanah. Program-program ini rata-rata dikenal diatas 50% pemilih. Dan rata-rata disukai di atas 90% dari mereka yang mengetahui program tersebut," jelas Adrian.
Keenam, Jokowi punya pemilih loyal di segmen agama minoritas. Ada sebagian pemilih dari segmen agama minoritas yang menilai ekonomi buruk. Meski mereka menilai ekonomi buruk, namun pilihan capresnya tetap Jokowi-Ma'ruf.
"Artinya segmen pemilih ini adalah pemilih loyal yang tidak terpengaruh oleh naik turunnya kondisi ekonomi Indonesia," kata Adrian.
Yang terakhir, Jokowi punya pemilih loyal di wilayah tertentu. Di segmen pemilih yang tinggal di Indonesia Timur terutama Maluku dan Papua yang menilai ekonomi buruk namun mereka tetap mendukung Jokowi-Ma'ruf sebagai capresnya.
"Itu berarti dukungan terhadap capres tidak bergantung pada naik turunnya kondisi ekonomi," pungkasnya.
(kri)