Tuan Guru Bajang: Isu Palestina Bukan Sembarang Isu
A
A
A
JAKARTA - Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar Cabang Indonesia (OIAA), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi mengatakan penjajahan Israel terhadap Palestina adalah wajah buruk kolonialisme yang masih tersisa. Telanjang dan brutal.
"Penjajahan Israel terhadap Palestina bertentangan dengan nalar kemanusiaan, kebangsaan dan keagamaan kita," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (23/11/2018).
Secara kemanusiaan, menurutnya tidak ada seorangpun yang masih memiliki nurani tidak terusik melihat puluhan tahun warga Palestina menderita. Tanah mereka dirampas, sumber kehidupan mereka dipotong, bahkan nyawa mereka hilang.
"Hak menentukan hidup bebas tidak mereka miliki. Nurani kemanusiaan ini juga tergambar dalam beragam Resolusi PBB terkait Palestina," ucapnya.
Secara kebangsaan, kata mantan Gubernur NTB ini, posisi Indonesia jelas sebagaimana yang termaktub dalam alinea pertama pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, "maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan". Dia menilai setiap pemimpin pemerintahan Indonesia tanpa kecuali menganggap ini garis merah yang tidak boleh dilampaui.
"Tidak ada kompromi terhadap penjajahan Israel terhadap Palestina. Secara keagamaan, saya yakin tidak ada agama yang membolehkan penganiayaan kolektif berkelanjutan yang sistemik sebagaimana yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina," tegas dia.
Khusus bagi kita bangsa Indonesia, lanjut TGB tidak boleh melupakan bahwa Palestina melalui Mufti Besar Syekh Muhammad Amin Husaini adalah salah satu bangsa yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Dia berpandangan Indonesia senasib dan sepenanggungan dengan rakyat Palestina.
"Saya sangat menyayangkan statemen Capres Bapak Prabowo Subianto yang menganggap rencana salah satu negara untuk memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem sebagai hak dan kedaulatan negara tersebut, yang dengan demikian harus dihormati," tandasnya.
Dia berpandangan, pernyataan itu menafikan jalinan sejarah perjuangan Palestina yang berkelindan dengan perjuangan bangsa kita. Menurutnya, ini bukan sekadar masalah kedaulatan suatu negara sahabat tetapi ini isu kebangsaan dan keumatan yang selalu menjadi perhatian kita sebagai bangsa.
"Tidak boleh ada statemen yang secara langsung maupun tidak langsung melegalkan kondisi yang ada di Palestina. Apapun, pernyataan itu tidak boleh melemahkan semangat kita untuk memperjuangan hak saudara kita di Palestina untuk merdeka."
"Pertanggungjawaban kita adalah kepada Allah SWT Sang Pencipta, kepada diri kita sebagai manusia yang merdeka, sebagai bangsa dan kepada sejarah," sambung TGB.
"Penjajahan Israel terhadap Palestina bertentangan dengan nalar kemanusiaan, kebangsaan dan keagamaan kita," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (23/11/2018).
Secara kemanusiaan, menurutnya tidak ada seorangpun yang masih memiliki nurani tidak terusik melihat puluhan tahun warga Palestina menderita. Tanah mereka dirampas, sumber kehidupan mereka dipotong, bahkan nyawa mereka hilang.
"Hak menentukan hidup bebas tidak mereka miliki. Nurani kemanusiaan ini juga tergambar dalam beragam Resolusi PBB terkait Palestina," ucapnya.
Secara kebangsaan, kata mantan Gubernur NTB ini, posisi Indonesia jelas sebagaimana yang termaktub dalam alinea pertama pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, "maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan". Dia menilai setiap pemimpin pemerintahan Indonesia tanpa kecuali menganggap ini garis merah yang tidak boleh dilampaui.
"Tidak ada kompromi terhadap penjajahan Israel terhadap Palestina. Secara keagamaan, saya yakin tidak ada agama yang membolehkan penganiayaan kolektif berkelanjutan yang sistemik sebagaimana yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina," tegas dia.
Khusus bagi kita bangsa Indonesia, lanjut TGB tidak boleh melupakan bahwa Palestina melalui Mufti Besar Syekh Muhammad Amin Husaini adalah salah satu bangsa yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Dia berpandangan Indonesia senasib dan sepenanggungan dengan rakyat Palestina.
"Saya sangat menyayangkan statemen Capres Bapak Prabowo Subianto yang menganggap rencana salah satu negara untuk memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem sebagai hak dan kedaulatan negara tersebut, yang dengan demikian harus dihormati," tandasnya.
Dia berpandangan, pernyataan itu menafikan jalinan sejarah perjuangan Palestina yang berkelindan dengan perjuangan bangsa kita. Menurutnya, ini bukan sekadar masalah kedaulatan suatu negara sahabat tetapi ini isu kebangsaan dan keumatan yang selalu menjadi perhatian kita sebagai bangsa.
"Tidak boleh ada statemen yang secara langsung maupun tidak langsung melegalkan kondisi yang ada di Palestina. Apapun, pernyataan itu tidak boleh melemahkan semangat kita untuk memperjuangan hak saudara kita di Palestina untuk merdeka."
"Pertanggungjawaban kita adalah kepada Allah SWT Sang Pencipta, kepada diri kita sebagai manusia yang merdeka, sebagai bangsa dan kepada sejarah," sambung TGB.
(kri)