Polri Sebut Generasi Muda Rentan Dicekoki Radikalisme
A
A
A
JAKARTA - Bahaya radikalisme mengancam generasi muda. Dari sekian banyak pelaku bom bunuh diri, generasi muda berusia 18-30 tahun menjadi yang terbanyak.
Di sisi lain pengawasan terus dilakukan polisi. Melalui kunjungan ke Perguruan Tinggi atau Universitas, polisi berharap mahasiswa tak terpengaruh radikalisme.
Hal itu diungkapkan Dirbintibmas Korbinmas Baharkam Polri, Brigjen Pol Edi Setio. Ia mengatakan kampanye radikalisme kini terus dilakukan kelompok tertentu terhadap generasi muda melalui media sosial.
“Ini yang berbahaya, kalau tak memfilter dengan baik, maka radikalisme akan mempengaruhi generasi muda,” ujar Edi saat sosialisasi bahaya radikalisme dan narkoba di Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (23/11/2018).
Edi kemudian melanjutkan kini paham radikal mengalami perubahan. Bila dahulu penyebaran paham melalui upaya keras, kini paham melalui sistem halus. Cara ini pun banyak ditemukan di media sosial melalui tayangan tayang film durasi kurang dari semenit.
Kondisi demikian diperburuk dengan masyarakat Indonesia yang cenderung males baca. Tak terkonfirmasi baik, paham ini kemudian menyebar luas dan memengaruhi beberapa generasi muda.
Termasuk kota-kota besar dengan jumlah penduduk meningkat. Radikalisme kemudian bisa ditemukan di kota kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Yogyakarta.
“Ini lah yang kami pantau. Dan kebanyakan pelakunya usia muda, makanya saya ingatkan mahasiswa di sini jangan sampai terpengaruh,” tutur Edi.
Terpisah Rektor Ukrida, Erning Wihardjo menambahkan selain paham radikalisme, pihaknya juga mewanti wanti tentang penyalahgunaan narkoba. Ia pun tak segan menindak mahasiswanya bila terbukti konsumsi narkoba dan menjadi bagian radikalisme.
“Walaupun saat ini tidak ada, tapi tetap kami waspadai,” tutur Erning di hadapan 700 mahasiswa yang hadir dalam kesempatan itu.
Sikap sama diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran UKRIDA, Kombes Pol (Purn) dr Anton Castelani yang mengatakan pihaknya menjamin tidak ada mahasiswa yang terlibat narkoba maupun radikalisme. Sosialisasi bahaya keduanya terus dilakukan.
“Kami ingin menciptakan pengaruh baik kepada mahasiswa. Jangan sampai terpengaruh narkotika atau terkena radikalisme,” tutup Pria yang sempat menjadi bagian DVI Mabes Polri ini.
Di sisi lain pengawasan terus dilakukan polisi. Melalui kunjungan ke Perguruan Tinggi atau Universitas, polisi berharap mahasiswa tak terpengaruh radikalisme.
Hal itu diungkapkan Dirbintibmas Korbinmas Baharkam Polri, Brigjen Pol Edi Setio. Ia mengatakan kampanye radikalisme kini terus dilakukan kelompok tertentu terhadap generasi muda melalui media sosial.
“Ini yang berbahaya, kalau tak memfilter dengan baik, maka radikalisme akan mempengaruhi generasi muda,” ujar Edi saat sosialisasi bahaya radikalisme dan narkoba di Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (23/11/2018).
Edi kemudian melanjutkan kini paham radikal mengalami perubahan. Bila dahulu penyebaran paham melalui upaya keras, kini paham melalui sistem halus. Cara ini pun banyak ditemukan di media sosial melalui tayangan tayang film durasi kurang dari semenit.
Kondisi demikian diperburuk dengan masyarakat Indonesia yang cenderung males baca. Tak terkonfirmasi baik, paham ini kemudian menyebar luas dan memengaruhi beberapa generasi muda.
Termasuk kota-kota besar dengan jumlah penduduk meningkat. Radikalisme kemudian bisa ditemukan di kota kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Yogyakarta.
“Ini lah yang kami pantau. Dan kebanyakan pelakunya usia muda, makanya saya ingatkan mahasiswa di sini jangan sampai terpengaruh,” tutur Edi.
Terpisah Rektor Ukrida, Erning Wihardjo menambahkan selain paham radikalisme, pihaknya juga mewanti wanti tentang penyalahgunaan narkoba. Ia pun tak segan menindak mahasiswanya bila terbukti konsumsi narkoba dan menjadi bagian radikalisme.
“Walaupun saat ini tidak ada, tapi tetap kami waspadai,” tutur Erning di hadapan 700 mahasiswa yang hadir dalam kesempatan itu.
Sikap sama diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran UKRIDA, Kombes Pol (Purn) dr Anton Castelani yang mengatakan pihaknya menjamin tidak ada mahasiswa yang terlibat narkoba maupun radikalisme. Sosialisasi bahaya keduanya terus dilakukan.
“Kami ingin menciptakan pengaruh baik kepada mahasiswa. Jangan sampai terpengaruh narkotika atau terkena radikalisme,” tutup Pria yang sempat menjadi bagian DVI Mabes Polri ini.
(kri)