Langkahi Makam, Tindakan Sandiaga Uno Dikritik

Senin, 12 November 2018 - 21:51 WIB
Langkahi Makam, Tindakan...
Langkahi Makam, Tindakan Sandiaga Uno Dikritik
A A A
JAKARTA - Tindakan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno yang melangkahi makam salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri di Kompleks Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur beberapa hari lalu, menuai kritikan.

Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nasyirul Fallah Amru mengatakan, apa yang dilakukan Sandiaga Uno saat menabur bunga itu dinilai melanggar norma dan etika.

"Secara etika, Sandiaga Uno melanggar unggah-ungguh kita. Masyarakat NU tersinggung karena makam ulamanya dilangkahi. Itu lah akibatnya kalau pemimpin tidak paham kultur politik bangsanya," kata Nasyirul dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/11/2018).

Menurut dia, seseorang harus menjaga etika ketika berziarah atau menabur bunga di makam leluhur. Maka itu, dia menyayangkan jika Sandiaga tidak mengetahui adab ziarah hingga tega melangkahi makam KH Bisri Syansuri tanpa perasaan bersalah.

Pria yang akrab disapa Gus Falah itu menambahkan, dalam sebuah hadits diriwayatkan, sesungguhnya seseorang yang duduk di atas bara api, lalu membakar pakaian hingga menyisakan kulitnya lebih baik baginya daripada duduk di atas sebuah kuburan.

"Sebenarnya dia tahu enggak sih etika ziarah makam leluhur? Apa yang diperlihatkan Sandiaga dengan melangkahi makam Kiai Bisri itu bukan cermin menghormati leluhur," kata Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia itu.

Dia berpendapat, masyarakat semakin geram karena dalam video yang viral di media sosial beberapa hari lalu, Sandiaga Uno nampak berdiri saat menabur bunga sebelum melangkahi makam KH Bisri Syansuri. Dia menilai Sandiaga Uno tidak paham etika ziarah dan sangat menyakiti masyarakat yang menghormati ulama.

"Makam itu diduduki saja enggak boleh, ini malah dilangkahi sama Sandiaga, itu bukan watak warga NU. Cara Sandiaga menabur bunga juga seperti memberi makan kepada ternak," katanya.

Dikatakannya, menabur bunga itu harus sopan, duduk, dan bersimpuh. "Sebab, ziarah itu harus dilakukan dengan niatan bersih, dan tidak bisa dilakukan dengan motif kekuasaan hanya karena menjadi calon, lalu menjadi rajin ziarah kubur," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8368 seconds (0.1#10.140)