Tim Prabowo Sebut Ada Aspek Fundamental yang Belum Diperbaiki
A
A
A
JAKARTA - Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengatakan, sebetulnya Indonesia punya masalah yang cukup rawan. Menurutnya, empat tahun Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), aspek fundamental belum bisa diperbaiki.
"Misal dari sisi kemiskinan kesenjangan, memang betul ada kata-kata pertama kali dalam sejarah poverty rate drop to single digit, paling rendah," kata Sudirman dalam seminar Membedah Visi Ekonomi Capres 2019, di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/11/2018)
"Tapi sebetulnya kalau kita mundur ke belakang dari tahun ke tahun, kecuali beberapa tahun masa kepemimpinan Pak Susilo Bambang Yudhoyoni selalu rendah, memang angka kemiskinan selalu terendah sepanjang sejarah. Karena usaha kita kan terus mengurangi kemiskinan," tambahnya.
Menurut Sudirman Said, yang paling mencemaskan sebetulnya adalah angka kemiskinan yang berkisar 25.9 juta. Namun bila standar dinaikkan sedikit, maka jumlah yang rentan miskin itu bisa mencapai 100 juta. Artinya hampir separuh dari penduduk Indonesia.
"Ini harus kita cermati, karena kelompok masyarakat ini bila ada tekanan sedikit saja jatuh kepada kategori miskin. Jadi 26 + 70 itu sekitar 96 juta, ditambahkan gini ratio yang tidak signifikan membaiknya bahkan dibanding 20 tahun yang lalu kita ini lebih buruk," jelasnya.
Lalu lanjut Sudirman, mengenai lapangan pekerjaan, di mana dirinya sangat mengapresiasi
semakin berkurang pada pemerintahan Jokowi. Namun yang memiliki pekerjaan bermutu baik dengan jaminan kesehatan dan sebagainya itu tidak sampai 50 persen, karena 60 persen tenaga kerja di Indonesia tamatan sekolah sangat rentan dengan gejolak ekonomi.
"Kita mengalami deindsutrialisasi sudah cukup lama dan kita selalu mempertukarkan antara agenda-agenda jangka pendek yang apa boleh buat harus men-serve apa yang di depan mata, dengan kepentigan mengurus yang sifatnya long term," tuturnya.
"Misal dari sisi kemiskinan kesenjangan, memang betul ada kata-kata pertama kali dalam sejarah poverty rate drop to single digit, paling rendah," kata Sudirman dalam seminar Membedah Visi Ekonomi Capres 2019, di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/11/2018)
"Tapi sebetulnya kalau kita mundur ke belakang dari tahun ke tahun, kecuali beberapa tahun masa kepemimpinan Pak Susilo Bambang Yudhoyoni selalu rendah, memang angka kemiskinan selalu terendah sepanjang sejarah. Karena usaha kita kan terus mengurangi kemiskinan," tambahnya.
Menurut Sudirman Said, yang paling mencemaskan sebetulnya adalah angka kemiskinan yang berkisar 25.9 juta. Namun bila standar dinaikkan sedikit, maka jumlah yang rentan miskin itu bisa mencapai 100 juta. Artinya hampir separuh dari penduduk Indonesia.
"Ini harus kita cermati, karena kelompok masyarakat ini bila ada tekanan sedikit saja jatuh kepada kategori miskin. Jadi 26 + 70 itu sekitar 96 juta, ditambahkan gini ratio yang tidak signifikan membaiknya bahkan dibanding 20 tahun yang lalu kita ini lebih buruk," jelasnya.
Lalu lanjut Sudirman, mengenai lapangan pekerjaan, di mana dirinya sangat mengapresiasi
semakin berkurang pada pemerintahan Jokowi. Namun yang memiliki pekerjaan bermutu baik dengan jaminan kesehatan dan sebagainya itu tidak sampai 50 persen, karena 60 persen tenaga kerja di Indonesia tamatan sekolah sangat rentan dengan gejolak ekonomi.
"Kita mengalami deindsutrialisasi sudah cukup lama dan kita selalu mempertukarkan antara agenda-agenda jangka pendek yang apa boleh buat harus men-serve apa yang di depan mata, dengan kepentigan mengurus yang sifatnya long term," tuturnya.
(maf)