Soal Pembakaran Bendera, Lakpesdam PBNU Imbau Jangan Terprovokasi

Rabu, 24 Oktober 2018 - 14:29 WIB
Soal Pembakaran Bendera,...
Soal Pembakaran Bendera, Lakpesdam PBNU Imbau Jangan Terprovokasi
A A A
JAKARTA - Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU) Rumadi Ahmad menilai oknum anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang yang telah membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut telah bersikap ceroboh.

Pembakaran bendera dilakukan tanpa menghitung risiko yang akan muncul setelah peristiwa tersebut. Meski demikian, Rumadi meminta semua pihak tidak terus berlarut-larut menyikapi persitiwa tersebut.

Dia menilai, bendera bertuliskan kalimat tauhid dengan bendera Hibut Tahrir Indonesia, salah satu organisasi terlarang, adalah dua hal yang berbeda.

"Jangan terlarut dengan provokasi dan narasi Banser membakar kalimah tauhid. Bendera HTI dan kalimah tauhid itu dua hal yang berbeda," kata Runadi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (24/10/2018).

Rumadi mengakui sulit membedakan bendera bertuliskan kalimat tauhid dengan bendera HTI. Butuh kecerdasan dan bukan sekadar emosi saja untuk melihat perkara tersebut. Untuk itu, Rumadi meminta semua pihak jangan sampai terprovokasi.

Rumadi pun mempertanyakan keberadaan bendera HTI yang berkibar dalam peringatan Hari Santri. Kata dia, itu menjadi satu persoalan sendiri yang harus dicermati.

"Dan benar Banser marah, bendera HTI dibakar. Sebenarnya memang gak perlu dibakar sih. Cukup dilipat saja. Tapi ya sudah terlanjur," sambungnya.

Menurut Rumadi, bisa jadi ini adalah skenario yang diciptakan HTI sendiri. Seperti membuat jebakan, khususnya ke pihak Banser. Supaya muncul rasa simpatik pada ormas tersebut.

Permintaan maaf pihak Banser pun tidak akan menjadi jalan keluar atas persoalan tersebut. Isu ini akan terus digoreng, bahkan Banser bisa disebut menistakan agama.

"Lalu, Banser harus dibubarkan. Pelakunya harus dibawa ke penjara. Nanti akan terus dikatakan, Banser penista Islam dan sebagainya," tambah Rumadi.

Ujung-ujungnya pasti akan ditarik pada persoalan pilpres. Di mana muncul persepsi supaya publik tak memilih calon yang didukung penista agama.

"Jadi, HTI sekarang di atas angin. Mereka akan mengelola emosi dan akan terus menggerakkan emosi massa, karena sudah ada yang terbakar," ujar Rumadi.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1104 seconds (0.1#10.140)