HNW Ajak Mahasiswa Baca Biografi Sembilan Tokoh Pancasilais

Selasa, 23 Oktober 2018 - 17:17 WIB
HNW Ajak Mahasiswa Baca Biografi Sembilan Tokoh Pancasilais
HNW Ajak Mahasiswa Baca Biografi Sembilan Tokoh Pancasilais
A A A
JAKARTA - Pemimpin unggul adalah pemimpin yang berjiwa Pancasila. Hal itu ditandai dengan sikap pemimpin yang memiliki karakter keadilan, kemanusiaan, dan keberadaban.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional Indonesia Creative Leadership Camp (ICLC) II 2018 di Politeknik Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (23/10/2018).

Menurut Hidayat, untuk melihat contoh pemimpin yang Pancasilais sebetulnya bisa berkaca dari sosok-sosok pemuda Indonesia pada masa lalu, yakni sembilan tokoh pendiri bangsa Indonesia.Mereka adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Alexander Andries (AA) Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Moezakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Abdul Wahid Hasyim, dan Muhammad Yamin.

Mereka merupakan terpelajar dari berbagai latar belakang pendidikan. Bahkan, ada juga yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal atau autodidak. Dia adalah Agus Salim. Dia tidak belajar formal namun menguasai sembilan bahasa asing.

Kesembilan tokoh tersebut terlibat langsung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sejak 1 Juni 1945. Mereka berani berdebat tapi juga mau mendengarkan pendapat orang lain. Terpenting, mereka yang terdiri atas kaum kebangsaan dan kelompok Islam itu, akhirnya bersepakat menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal sebagai Piagam Jakarta.

"Mereka bukan pemuda biasa. Mereka orang-orang hebat. Meski latar belakang agama, suku, daerah yang berbeda, mereka tetap bersatu. Itulah contoh pemimpin Pancasilais," ujar Hidayat di depan ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sumatera Selatan.

Karena itu, Hidayat menyarankan, jika ingin menjadi pemimpin yang berkeunggulan, maka pemuda Indonesia harus banyak membaca biografi kesembilan tokoh tersebut.Dalam diri mereka tercermin jiwa kepemimpinan Pancasilais. Terbukti, meski berlatar belakang berbeda baik asal daerah, bahasa, budaya, dan keyakinan, mereka tetap bersatu. Soekarno, Kahar Moezakir, Soebardjo, Wahid Hasyim, misalnya merupakan kelompok pemuda yang berlatar belakang Jawa. Sementara Hatta, Agus Salim, dan Yamin berasal dari Sumatera. Begitu juga AA Maramis datang dengan membawa nama Young Celebes (Sulawesi).
Hidayat menegaskan, para tokoh pemuda itu tidak mengedepankan kepemimpinan individual atau kelompok melainkan kepemimpinan kolektif. Karena itu, mereka tak pernah bicara tentang asal usul melainkan bersatu untuk menyepakati ideologi negara yaitu Pancasila. Sebab, kata Hidayat, tidak mungkin Indonesia memiliki peradaban yang besar jika tidak memiliki rujukan yang disepakati bersama.

“Jiwa Pancasila itu ada pada tokoh-tokoh pemuda itu. Dan, sejarah adalah ulangan. Karena itu, sikap para tokoh pemuda di masa lalu itu harus diulangi di masa kini. Kebhinekaan begitu tercemin dalam jiwa dan sikap mereka. Itu yang harus menjadi cerminan para pemuda masa kini jika ingin menjadi pemimpin yang unggul,” tandas Hidayat.

Menurut dia, pemimpin yang benar adalah pemimpin yang rahmatan lilalamin. Karena itu, keunggulan kepemimpinan kolektif jauh lebih penting ketimbang keunggulan kepemimpinan individu.

“Kepemimpinan yang hanya berorientasi kepada individu, golongan, adalah kepemimpinan yang gagal. Kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan yang berorientasi pada persatuan Indonesia atau kepemimpinan yang tidak memecah belah persatuan. Itu ada dalam diri sembilan tokoh pemuda Indonesia pendiri bangsa,” ujarnya.

Karena itu, Hidayat berharap para pemuda masa kini dapat mengikuti jejak para tokoh masa lalu yang punya integritas kuat dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara. “Bila kita ingin menghadirkan kepemimpinan Indonesia masa kini yang kreatif dan inovatif, maka kita harus kembali ke spirit sejarah dan mau mempelajari biografi sosok 9 tokoh pemuda yang melahirkan Piagam Jakarta,” ujar Hidayat.

Sementara itu, Direktur Politeknik Sriwijaya Ahmad Taqwa menyatakan sangat gembira dengan penyelenggaraan seminar nasional tersebut, apalagi mendatangkan pembicara Hidayat Nur Wahid.“Semoga seminar ini bisa melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dalam membangun bangsa,” ujar Taqwa.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4820 seconds (0.1#10.140)