Jokowi Layani Ajakan Selfie Santriwati di Semarang
A
A
A
SEMARANG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi magnet tersendiri ketika berkunjung ke Ponpes Al Itqon Bugen Tlogosari Semarang, Sabtu (20/10/2018). Ribuan santri berebut untuk bersalaman dan berselfie. Jokowi dengan ramah juga melayani ajakan santriwati yang ingin berfoto bersama.
Presiden Jokowi menitip pesan kepada pengajar dan santri agar terus belajar di pondok dengan telaten dan jangan cepat puas merasa telah menguasai ilmu agama. Dia didampingi sejumlah menteri kabinet kerja dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Mari kita bangun SDM yang berkarakter, ponpes ini membangun santri berakhlakul karimah dan mencintai negara," katanya.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Al Itqon KH Ubaidillah Shodaqoh berkisah kali pertama pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo. Waktu itu, Jokowi ingin meminta pertimbangan padanya sebagai ahli hukum Islam (fiqih) terkait kebijakan yang bakal dia terapkan.
KH Ubaidillah mengatakan, pertemuan itu terjadi tatkala Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Sebagai dasar untuk mengeluarkan kebijakan, Jokowi berkonsultasi dengan PCNU Surakarta yang kemudian mengarahkan kepada KH Ubaidillah Shodaqoh, yang saat itu menjadi kader Syuriah PWNU Jawa Tengah.
"Beliau sangat taat hukum. Meskipun banyak fitnah dan rintangan beliau tetap sabar tekun dan lembut dan kasih sayang terhadap rakyat. Baru kali ini satu-satunya bapak presiden yang berkunjung ke sini. Kenapa beliau ketika kami undang kok mau? Ya Allah jangan kuasakan pada kami pemimpin yang kasar dan kuasakan pada kami pemimpin yang lembut mencintai rakyatnya," katanya.
Menurut KH Ubaidillah, di balik kesuksesan sosok Jokowi hingga menjadi presiden tidak bisa terlepas dari peran perempuan yang mendampingi. Di belakang lelaki adil itu, kata KH Ubaidillah pasti ada wanita baik.
"Di balik kejujuran dan ketokohan pak Jokowi ada yang berperan, siapa? Bu Iriana. Beliau begitu teguh dan kukuh menjalani seorang presiden, dibaliknya ada doa dan peran ibu. Maka sowan ke ibu Jokowi," katanya.
Tentang Ponpes Al Itqon, KH Ubaidillah mengatakan di pondok ini mengajarkan tafaqquh fiddin, agar tidak menjadikan agama dan tidak dianggap sebagai ajaran-ajaran instan, tekstual dan harfiah. Yang merupakan benih-benih ekstremis.
Presiden Jokowi menitip pesan kepada pengajar dan santri agar terus belajar di pondok dengan telaten dan jangan cepat puas merasa telah menguasai ilmu agama. Dia didampingi sejumlah menteri kabinet kerja dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Mari kita bangun SDM yang berkarakter, ponpes ini membangun santri berakhlakul karimah dan mencintai negara," katanya.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Al Itqon KH Ubaidillah Shodaqoh berkisah kali pertama pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo. Waktu itu, Jokowi ingin meminta pertimbangan padanya sebagai ahli hukum Islam (fiqih) terkait kebijakan yang bakal dia terapkan.
KH Ubaidillah mengatakan, pertemuan itu terjadi tatkala Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Sebagai dasar untuk mengeluarkan kebijakan, Jokowi berkonsultasi dengan PCNU Surakarta yang kemudian mengarahkan kepada KH Ubaidillah Shodaqoh, yang saat itu menjadi kader Syuriah PWNU Jawa Tengah.
"Beliau sangat taat hukum. Meskipun banyak fitnah dan rintangan beliau tetap sabar tekun dan lembut dan kasih sayang terhadap rakyat. Baru kali ini satu-satunya bapak presiden yang berkunjung ke sini. Kenapa beliau ketika kami undang kok mau? Ya Allah jangan kuasakan pada kami pemimpin yang kasar dan kuasakan pada kami pemimpin yang lembut mencintai rakyatnya," katanya.
Menurut KH Ubaidillah, di balik kesuksesan sosok Jokowi hingga menjadi presiden tidak bisa terlepas dari peran perempuan yang mendampingi. Di belakang lelaki adil itu, kata KH Ubaidillah pasti ada wanita baik.
"Di balik kejujuran dan ketokohan pak Jokowi ada yang berperan, siapa? Bu Iriana. Beliau begitu teguh dan kukuh menjalani seorang presiden, dibaliknya ada doa dan peran ibu. Maka sowan ke ibu Jokowi," katanya.
Tentang Ponpes Al Itqon, KH Ubaidillah mengatakan di pondok ini mengajarkan tafaqquh fiddin, agar tidak menjadikan agama dan tidak dianggap sebagai ajaran-ajaran instan, tekstual dan harfiah. Yang merupakan benih-benih ekstremis.
(pur)