Pascabencana, Masyarakat Diimbau Waspada Wabah Penyakit
A
A
A
JAKARTA - Bencana gempa bumi disertai tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah, Jumat 28 September 2018 lalu menyisakan duka yang mendalam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), angka korban meninggal sudah mencapai 1.950 jiwa yang tersebar di Palu, Donggala, Sigi, Parigi Moutong serta Pasangkayu/Mamuju Utara.
Jumlah korban jiwa tersebut diperkirakan masih akan bertambah karena proses evakuasi masih terus berlangsung. Luas daerah yang terdampak bencana gempa dan tsunami Palu lebih dari 350 hektar, di antaranya yang sudah dirilis secara resmi oleh BNPB dan Lapan adalah 180 hektar di Petobo, 202 hektare di Jono Oge, dan 47,8 hektare di Balaroa.
Ketiga wilayah tersebut menjadi sorotan dunia dikarenakan merupakan wilayah pemukiman warga yang dianggap 'hilang' akibat gempa dan sapuan lumpur tsunami. Luasnya daerah yang rusak akibat bencana tersebut membuat korban terdampak mengungsi ke wilayah lain, seperti Kabupaten Mamuju.Menurut berbagai studi, penyakit diare menyumbang sebanyak 40% angka kematian di lokasi bencana dan pengungsian. Kemudian Infeksi saluran pernasapan akut merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di antara pengungsi di Banda Aceh akibat tsunami tahun 2004.
Selain itu, campak dan meningitis juga merupakan penyakit yang dilaporkan banyak menginfeksi pengungsi Banda Aceh.
Pengungsian yang terlalu penuh, kebersihan yang buruk, dan akses yang sulit ke fasilitas layanan kesehatanan serta tinggal di dekat dengan orang yang terinfeksi adalah faktor risiko utama terkait dengan penyebaran kedua penyakit ini.
Penyebaran penyakit tetanus juga dilaporkan terjadi selama fase pasca dan pemulihan bencana tsunami Aceh. Penyebaran tersebut diakibatkan oleh infeksi luka terbuka dan populasi yang tidak tervaksinasi dengan baik.
Selain memakan banyak korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 65.000 bangunan, gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah juga berdampak pada pertanian perikanan, maupun peternakan.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugiantono menyatakan, Palu, Donggala, dan daerah sekitarnya merupakan daerah endemis malaria.
"Kondisi perubahan lingkungan setelah gempa dan tsunami akan memudahkan penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles tersebut," kata Anung melalui siaran pers, Rabu (10/10/2018).
One Health adalah usaha kolaborasi berbagai profesi dan institusi kesehatan yang bekerja secara lokal, nasional, dan global dalam mencapai kesehatan yang optimal melalui pencegahan dan mitigasi dampak buruk akibat interaksi hewan, manusia, dan lingkungan.
Ini berarti bahwa dokter, dokter hewan, perawat, apoteker, dokter gigi, ahli epidemiologi, serta institusi kesehatan maupun institusi lainnya yang terkait bekerjasama dalam mengatasi isu kesehatan. Pendekatan One Health mempertimbangkan peran lingkungan yang berubah berkaitan dengan risiko penyakit menular dan kronis yang memengaruhi manusia dan hewan.Berdasarkan situasi yang ada, Prof Wiku Adisasmito sebagai koordinator INDOHUN (Indonesia One Health Univerty Network) mengungkapkan pentingnya implementasi konsep One Health sebagai upaya efektif yang dapat diterapkan dalam mencegah penyebaran penyakit menular pascabencana."Konsep One Health yang dikembangkan oleh multidisiplin ilmu dan lintas sektor yang terintegrasi dapat mencegah wabah penyakit pascabencana, terutama transmisi penyakit antara manusia, hewan, dan lingkungan," ujar Wiku.
Menurut Wiku, langkah yang harus diambil pemerintah adalah membentuk koordinasi antara dinas-dinas kota/kabupaten setempat dengan badan atau dinas tingkat provinsi serta tingkat nasional agar menghasilkan strategi penanganan yang menyeluruh.
"Salah satu contoh program yang dapat dicapai dengan kerja sama multisektor adalah program pengadaan tempat pengungsian bersama yang memenuhi standar.
Tempat pengungsian bersama seperti tenda-tenda darurat atau barak harus dalam kondisi layak agar tidak membuat angka korban jiwa semakin bertambah akibat penyakit menular," pungkasnya.
Jumlah korban jiwa tersebut diperkirakan masih akan bertambah karena proses evakuasi masih terus berlangsung. Luas daerah yang terdampak bencana gempa dan tsunami Palu lebih dari 350 hektar, di antaranya yang sudah dirilis secara resmi oleh BNPB dan Lapan adalah 180 hektar di Petobo, 202 hektare di Jono Oge, dan 47,8 hektare di Balaroa.
Ketiga wilayah tersebut menjadi sorotan dunia dikarenakan merupakan wilayah pemukiman warga yang dianggap 'hilang' akibat gempa dan sapuan lumpur tsunami. Luasnya daerah yang rusak akibat bencana tersebut membuat korban terdampak mengungsi ke wilayah lain, seperti Kabupaten Mamuju.Menurut berbagai studi, penyakit diare menyumbang sebanyak 40% angka kematian di lokasi bencana dan pengungsian. Kemudian Infeksi saluran pernasapan akut merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di antara pengungsi di Banda Aceh akibat tsunami tahun 2004.
Selain itu, campak dan meningitis juga merupakan penyakit yang dilaporkan banyak menginfeksi pengungsi Banda Aceh.
Pengungsian yang terlalu penuh, kebersihan yang buruk, dan akses yang sulit ke fasilitas layanan kesehatanan serta tinggal di dekat dengan orang yang terinfeksi adalah faktor risiko utama terkait dengan penyebaran kedua penyakit ini.
Penyebaran penyakit tetanus juga dilaporkan terjadi selama fase pasca dan pemulihan bencana tsunami Aceh. Penyebaran tersebut diakibatkan oleh infeksi luka terbuka dan populasi yang tidak tervaksinasi dengan baik.
Selain memakan banyak korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 65.000 bangunan, gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah juga berdampak pada pertanian perikanan, maupun peternakan.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugiantono menyatakan, Palu, Donggala, dan daerah sekitarnya merupakan daerah endemis malaria.
"Kondisi perubahan lingkungan setelah gempa dan tsunami akan memudahkan penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles tersebut," kata Anung melalui siaran pers, Rabu (10/10/2018).
One Health adalah usaha kolaborasi berbagai profesi dan institusi kesehatan yang bekerja secara lokal, nasional, dan global dalam mencapai kesehatan yang optimal melalui pencegahan dan mitigasi dampak buruk akibat interaksi hewan, manusia, dan lingkungan.
Ini berarti bahwa dokter, dokter hewan, perawat, apoteker, dokter gigi, ahli epidemiologi, serta institusi kesehatan maupun institusi lainnya yang terkait bekerjasama dalam mengatasi isu kesehatan. Pendekatan One Health mempertimbangkan peran lingkungan yang berubah berkaitan dengan risiko penyakit menular dan kronis yang memengaruhi manusia dan hewan.Berdasarkan situasi yang ada, Prof Wiku Adisasmito sebagai koordinator INDOHUN (Indonesia One Health Univerty Network) mengungkapkan pentingnya implementasi konsep One Health sebagai upaya efektif yang dapat diterapkan dalam mencegah penyebaran penyakit menular pascabencana."Konsep One Health yang dikembangkan oleh multidisiplin ilmu dan lintas sektor yang terintegrasi dapat mencegah wabah penyakit pascabencana, terutama transmisi penyakit antara manusia, hewan, dan lingkungan," ujar Wiku.
Menurut Wiku, langkah yang harus diambil pemerintah adalah membentuk koordinasi antara dinas-dinas kota/kabupaten setempat dengan badan atau dinas tingkat provinsi serta tingkat nasional agar menghasilkan strategi penanganan yang menyeluruh.
"Salah satu contoh program yang dapat dicapai dengan kerja sama multisektor adalah program pengadaan tempat pengungsian bersama yang memenuhi standar.
Tempat pengungsian bersama seperti tenda-tenda darurat atau barak harus dalam kondisi layak agar tidak membuat angka korban jiwa semakin bertambah akibat penyakit menular," pungkasnya.
(maf)