Kerugian Gempa Sulteng Lebih dari Rp10 Triliun

Jum'at, 05 Oktober 2018 - 12:18 WIB
Kerugian Gempa Sulteng Lebih dari Rp10 Triliun
Kerugian Gempa Sulteng Lebih dari Rp10 Triliun
A A A
Gempa bumi 7,4 Skala Richter (SR) diikuti tsunami yang mengguncang Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (28/9) lalu bukan hanya menyisakan duka mendalam bagi warga.

Bencana yang menimbulkan kerusakan masif juga menimbulkan kerugian material yang sangat besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian akibat kerusakan berbagai sarana prasarana di Kota Palu, Donggala, dan daerah lain lebih dari Rp10 triliun.

Kerusakan yang kerugian yang terjadi lebih besar dibanding gempa di Lombok. Angka kerugian sementara ini di peroleh berdasar penghitungan cepat yang dilakukan tim Damage and Loses Asses sment.

Tim BNPB tersebut melakukan penghitungan cepat sembari ambil melakukan penanganan darurat. Berdasar data BNPB, bencana telah menghancurkan 66.238 unit rumah yang terdiri dari 65.733 unit di Sulteng dan 505 unit di Sulbar.

Data tersebut bersifat sementara karena pendataan lewat citra satelit maupun survei lapangan masih tersebut dilakukan. Selain rumah, gempa dan tsunami juga menghancurkan jalan, jembatan, fasilitas publik, infrastruktur listrik, komu nikasi, dan lainnya.

“Tentu data akan dinamis, karena kerugian tergantung data kerusakan bangunan, infrastruktur berapa, ekonomi produktif berapa, dan sebagainya,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB Jakarta Timur, kemarin.

Selain tim Loses and Damage Assessment, BNPB juga akan mengerahkan tim Human Recovery Needs Asses sment (HRNA). Melalui gabungan penghitungan tersebut, akan diketahui berapa besar kerusakan yang terjadi dan berapa kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

BNPB memperkirakan pemulihan akibat gempa di Palu, termasuk gempa Lombok, akan memakan waktu sekitar dua tahun. Indonesia tidak sendirian menanggung beban tersebut karena sejumlah negara sudah menawarkan bantuannya.

Kemarin, sumbangan untuk penanganan tanggap darurat pas cagempa sudah diterima dari empat negara asing. Bantuan berupa pesawat angkut, genset dan alat pengasapan tersebut berasal dari pemerintah Singapura, India, Australia, Selandia Baru, dan Qatar.

Untuk mengoordinasi bantuan internasional tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla kemarin memanggil Menko Polhukam Wiranto dan Menlu Retno Marsudi.

“(Kita) tidak meminta, tetapi kita membuka kesempatan; kalau negara-negara asing ingin membantuya terima kasih, dan mereka banyak sekali ‘response’-nya. Hari ini masuk (antara lain) dari Jepang, masuk dari Selandia Baru, masuk dari India,” kata Wapres Jusuf Kalla sebelum memulai rapat di Istana Wapres Jakarta, kemarin.

Retno Marsudi mengungkapkan keempat negara tersebut telah mendapatkan izin untuk memasuki wilayah Indonesia bersama dengan bantuan pesawat dan alat-alat untuk tanggap darurat di Palu, Sulawesi Tengah.

Selain itu, masih ada dua negara lagi yang sudah mengajukan izin masuk ke Indonesia untuk membawa bantuan yaitu Jepang dan Amerika Serikat.

“Di Kemlu sudah ada clearance cepat berdasarkan online. Jadi, data saya mengatakan begitu, dan ada beberapa yang dalam proses misalnya dari Jepang dan dari US Air Force itu juga dalam proses,” jelas Retno.

Bantuan pesawat angkut yang diberikan Singapura berupa dua unit pesawat Hercules C-130, sementara dari India berupa pesawat Hercules C-130j dan Boeing C-17 Globe master.

”Jenis bantuan (asing) untuk ‘emergency’ yang diperlukan ini adalah mengacu dari apa yang sudah di sampaikan Pak Menko (Polhukam). Misalnya, untuk transportasi udara, maka pesawat C-130 itu yang diperlukan,” ujar Menlu.

Berdasar data BNPB, setidaknya 29 negara dan empat lembaga kemanusiaan sudah menawarkan bantuan kemanu siaan. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 17 negara yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah Indonesia yang sudah ditetapkan.

Hal ini karena Indonesia hanya memprioritaskan enam kebutuhan utama, yakni transportasi udara, pesawat dalam hal ini, water treatment, genset, rumah sakit lapangan, te naga medis, dan fogging.
Negara-negara itu antara lain AS, Prancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Hungaria, Turki, Uni Eropa, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Jepang, India, dan China.

Sebanyak 1.424 Jiwa Meninggal

Pada H+6, jumlah korban meninggal mencapai 1.424 orang meninggal. Korban berasal dari Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.407 jenazah sudah dimakamkan secara massal, yang sebagian besar dilakukan di TPU Paboya, Kota Palu. Jenazah itu berasal dari em pat kabupaten/kota yang berada di Sulteng.

Selain korban meninggal, BNPB juga mencatat adanya korban luka berat sebanyak 2.549 orang. Mereka semua sudah berada di rumah sakit, sebagian korban dirawat di luar Kota Palu.

“Adapun korban hilang mencapai 113 orang. Sedangkan, korban tertimbun mencapai 152 orang. Ini di luar wilayah Petobo, Balaroa, Desa Sidera, Biromaru, Jono Oge, yang tenggelam akibat likue faksi,” ujar Sutopo.

Akibat gempa dan tsunami, 70.821 warga terpaksa meninggalkan rumahnya dan tinggal di pengungsian yang tersebar di 141 titik. Hingga kemarin proses evakuasi korban terus berjalan. Namun, upaya tersebut tidak berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala.

Kepala Biro Perencanaan Badan SAR Nasional mengungkapkan, kendala dimaksud antara lain luasnya daerah terdampak gempa di sertai tsunami yang melanda Kota Palu, dan wilayah terdampak di sekitarnya.

Selain luas, banyak korban meninggal diakibatkan tertimpa reruntuhan bangunan dan peristiwa likuefaksi yang menenggelamkan sejumlah rumah di wilayah Petobo. Tim evakuasi juga kesulitan memasukkan alat berat ke lokasi kejadian, karena akses jalan menuju lokasi yang terputus atau rusak akibat gempa.

Belum masih matinya aliran listrik, sehingga petugas hanya bergantung pada genset. “Dalam proses evakuasi dan penanganan bencana di Kota Palu dan sekitarnya, Basarnas mengerahkan 477 personel yang memiliki kualifikasi dan kompetensi,” ujar dia.

Asisten Operasi Panglima TNI Ganip Warsito mengungkapkan pihaknya telah mengerahkan 4.044 prajurit TNI untuk membantu proses evakuasi.

Selain itu, TNI saat ini telah mengerahkan pesawat Her cules 10 unit. Pesawat CN295 4 unit, Heli Super Puma 1 unit, Heli Bell 412 1 unit, Heli Mi17 TNI AD 2 unit, KRI Kapal Perang ada 4 unit, pesawat CASA TNI AL 1 unit,” jelasnya.

Upaya pemulihan juga dilakukan badan usaha milik negara (BUMN). Melalui sinergi BUMN, mereka melakukan pemulihan saluran listrik, bahan bakar minyak (BBM), telekomunikasi, perbankan hingga layanan kesehatan. BUMN juga memberi bantuan sosial berupa bahan makanan, makanan ringan, tenda dan kebutuhan sehari-hari lainnya seperti selimut, pembalut, popok, pakaian hingga alas tidur.

Deputi Bidang Infra struktur Bisnis Kementerian BUMN Hambra Samal mengatakan, untuk koordinasi, BUMN telah mendirikan sedikitnya sembilan posko yang tersebar di Palu dan Donggala.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5949 seconds (0.1#10.140)