Bantuan untuk Pengungsi Belum Maksimal

Rabu, 03 Oktober 2018 - 08:43 WIB
Bantuan untuk Pengungsi...
Bantuan untuk Pengungsi Belum Maksimal
A A A
JAKARTA - umlah pengungsi pascagempa 7,4 Skala Richter yang diikuti tsunami pada Jumat (28/9/2018) di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami peningkatan.

Kemarin tercatat warga yang terpaksa meninggalkan rumahnya sebanyak 61.867 orang. Sehari sebelumnya, pengungsi yang terdata berjumlah 59.450 orang. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menyebut jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami juga bertambah menjadi 1.234 orang, dari sebelumnya sebanyak 844 jiwa.

Adapun korban luka berat mencapai 799 orang. Angka pengungsi dipastikan akan terus bertambah karena pendataan belum mencakup semua wilayah terdampak gempa, termasuk di Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong yang belum sepenuhnya terakses.

Banyak juga warga yang masih memilih tinggal dipegunungan hingga belum bisa terdata petugas. Selain itu, banyak warga yang memilih meninggalkan Sulteng. Pangkalan TNI Ang katan Udara Sultan Hasanuddin Makassar mencatat lebih dari 4.135 warga mengungsi lewat jalur udara.

Para pengungsi tersebar di 109 titik pengungsian, di antaranya di Polda Riau, Lapangan Vatulemo, Bundaran Biromaro, Bun daran STQ, Makorem 132/ Tadulako, Mako Sabhara Poboya, Lapangan Perdis, sepanjang Jalan Garuda, Lapangan Dayodara.

Jumlah pengungsi di tiap titik bervariasi, ada yang hanya 13 orang, namun ada pula yang berkumpul hingga 10.068 orang. Walaupun sudah berada di pos pengungsian, kondisi mereka masih terbilang memprihatinkan karena penanganan terhadap mereka belum maksimal.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, kondisi ini terjadi karena banyak kebutuhan dasar yang belum bisa disalurkan kepada pengungsi.

“Di sana logistik masih berbatas, BBM terbatas, tenda kita membutuhkan banyak, selimut, matras, makanan, pelayanan kesehatan, MCK, dan lainnya,” ujar Sutopo di Jakarta kemarin.

Presiden Jokowi juga memberi perhatian kepada para pengungsi. Kemarin dia meminta semua titik-titik peng ung sian terdapat bahan makanan, kebutuhan untuk wanita, bayi, dan anak. Selain itu, juga berkaitan dengan penyediaan air dan MCK untuk pengungsi.

“Ini betul-betul darurat, karena listriknya masih padam sehingga mencari air sangat sulit di lapangan. Dari aspek keamanan, dari TNI dan Polri untuk menjaga distribusi logistik agar betul-betul sampai kemasyarakat,” tuturnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun KORAN SINDO di lapangan, kondisi pengungsi memang masih memprihatinkan.

Seperti diungkapkan Rahmat, sa lah satu warga yang berasal dari Desa Olojobo, Kabupaten Sigi, yang berbatasan Petobo. Dia menyatakan hingga saat ini masih banyak masyarakat Petobo-Sigi yang mengungsi di puncak bukit dan belum menerima bantuan.

“Masih banyak korban selamat yang mengindikasikan di bukit. Kita tidak butuh uang, perhatian pemerintahlah yang paling penting,” ujarnya di Petobo kemarin. Untuk menangani pengungsi dan evakuasi, kekuatan tim SAR gabungan juga terus ditambah.

Total saat ini sudah ada 6.399 orang yang tergabung dalam tim SAR gabungan, terdiri atas 3.169 anggota TNI, 2.033 anggota Polri, 1.086 dari kementerian/lembaga, dan 1.100 relawan. Tambahan kekuatan ini akan diarahkan ke titik-titik terparah terdampak bencana seperti Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.

Selain mengungsi di tempat yang dianggap aman di Sulteng, banyak warga memilih pergi ke daerah lain. Hingga kemarin, sudah ada 4.135 warga yang tiba di Lanud Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros. Jumlah ini akan terus membesar karena ma sih ada ribuan warga yang ter tatah di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Kota Palu.

Pihak TNI berupaya semaksimal mungkin untuk mengangkut mereka. Hingga kemarin, sudah dioperasikan enam Hercules, masing-masing dengan nomor seri A-1318, A- 1317, A-1320, A-1316, A-1333, A-1336, dan satu pesawat CN dengan nomor seri 2901.

Sebagian pengungsi yang tiba di Lanud Hasanuddin langsung melanjutkan perjalanan menuju rumah kerabat mereka di Kota Makassar dan sejumlah kabupaten lain di Sulsel. Lainnya juga melanjutkan perjalanan ke provinsi lain dengan penerbangan komersial.

Selain pengungsi, terdapat 166 korban dievakuasi langsung ke sejumlah rumah sakit di Makassar, seperti RSUP Wahidin Sudirohusodo, RSUD Daya, RS TNI AU Dody, RS Sayang Rakyat, dan RS Pelamonia. Kebanyakan mereka menderita luka-luka akibat gempa dan lain nya karena persalinan.

Komandan Lanud Hasan uddin Marsma TNI Bowo Budiarto menerangkan, TNI AU saat ini terus melakukan upaya pemenuhan kebutuhan korban maupun melakukan operasi evakuasi.

Untuk menjamin kelancaran proses evakuasi dioperasikan enam Hercules bantuan Lanud Halim Perdanakusuma dan Malang. “Pe nerbangan khu sus nya Makassar menuju Palu ham pir 10 sortie. Nanti total de ngan siang 14 Sortie . yang kembali ke sini diprediksi 16 sampai 17 sortie,” terangnya.

Wapres Pimpin Penanganan Bencana

Dalam rapat terbatas (ratas), Presiden Jokowi menunjuk Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla untuk mengomandoi penanganan bencana di Sulteng. Selain itu, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto sebagai koordinator penanganan.

Jokowi secara khusus meminta Menko Polhukam untuk mengoordinasikan bantuan-bantuan asing yang masuk ke Indonesia. “Pagi hari ini saya sampaikan sekalian agar penanganan korban gempa dan tsunami yang ada di Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong dikoordinasi oleh menko polhukam dan dikomandani langsung oleh pak wakil presiden,” kata Jokowi di Kantor Presiden kemarin.

Jokowi kembali menegaskan pemerintah telah memutuskan untuk menerima bantuan dari negara-negara lain. Dia pun meminta Menko Polhukam untuk mengidentifikasi kebutuh an-kebutuhan di wilayah terdampak bencana. Hal ini karena negara-negara lain ingin membantu sesuai kebutuhan prioritas.

“Ini karena telepontelepon yang masuk kepada kami, meminta apa yang dibutuhkan. Kemarin Raja Salman menelepon langsung, Presiden Turki menelepon langsung, dan Perdana Menteri Australia juga,” ungkap Jokowi.

Menko Polhukam Wiranto mengatakan telah menyampaikan apa saja yang dibutuhkan para korban bencana di Sulteng kepada para duta besar negaranegara yang berniat membantu. Menurut dia, hal yang di butuhkan antara lain pesawat angkut udara, tenda, dan water treat ment untuk pemurnian air minum.

“Kemudian juga fogging. Fogging itu ada satu alat melakukan netralisasi dari kemungkinan adanya mayat-mayat yang terlambat dikuburkan sehingga menimbulkan penyakit. Itu sudah kita berikan arah ke sana,” tuturnya.

Wiranto menuturkan, dari 18 negara yang sudah menyampaikan keinginan membantu, sudah terdaftar 14 negara mem berikan bantuan sampai dengan kemarin. Misalnya saja pesawat udara jenis C130 sudah hampir 10 pesawat yang akan diperbantukan kepada AU.

Dengan bantuan itu maka angkutan udara lebih lancar, lebih cepat, dan bisa masuk dari semua ju rusan baik dari Jakarta, Balikpapan, maupun Makassar. “Singapura dua sampai tiga pesawat. Lalu Malaysia, Korea, India, dan juga Amerika Serikat bisa bantu pesawat angkut C130,” katanya.

Namun berdasarkan data BNPB, hingga kemarin sudah ada 26 negara yang siap membantu Indonesia terkait dengan gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) memastikan, APBN masih sanggup untuk membantu penanggulangan bencana gempa serta tsunami yang melanda Palu dan Donggala, walaupun sebelumnya Indonesia juga menghadapi bencana Lombok dengan dampak yang lumayan besar.

“Soal dana, Insyaallah APBN kita masih sanggup,” kata JK yang di temui di kantornya, Selasa (2/10). Kendati demikian, Indonesia membuka bantuan negara sahabat. JK menandaskan bahwa pemerintah tidak meminta namun membuka kesempatan bagi negara asing yang ingin beramal membantu Indonesia.

“Kalau ada yang mau kasih, silakan, banyak negara yang menelepon melalui Presiden, juga lembaga-lembaga lain,” ujar JK. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa untuk pembiayaan penanganan bencana di kelola bersama BNPB.

Disebutkan BNPB akan menyampaikan kebutuhan kepada Kementerian Keuangan baik dalam bentuk dana tunai ataupun proposal-proposal dari kementerian/lembaga untuk penanganan bencana. “Dan untuk Palu dan Donggala, fokusnya (anggaran) adalah pada kemanusiaan, humanitarian.

Jadi logistik untuk makanan, yang dilakukan oleh menteri sosial, menteri kesehatan, menteri PU, dan menteri lain, adalah yang langsung memberikan implikasi terha dap belanja dari penanganan bencana. Itu termasuk kategori emergensi,” kata Sri
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9726 seconds (0.1#10.140)