4 Tahun Terbaring di RS, WNI Misterius Ini Dipulangkan KJRI Jeddah
A
A
A
JEDDAH - Setelah empat tahun terbaring di rumah sakit (RS) di Jeddah Arab Saudi, perempuan WNI yang tidak diketahui identitasnya ini dipulangkan oleh Konsulat Jederal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah Selasa, 4 September 2018.
Kepastian kepulangan perempuan yang diberi nama "Aminah Shagar" (AS) oleh pihak RS Al Shagar, Jeddah, diperoleh setelah Tim Pelindungan KJRI Jeddah melakukan komunikasi intensif dengan pejabat Tarhil (Pusat Detensi Imigrasi) di Shumaisi untuk pengurusan exit permit, pihak maskapai yang akan mengangkut AS dan rumah sakit tempat AS selama ini dirawat.
Atas pertimbangan kondisi AS yang masih lemah dan sulit bergerak, pihak Tarhil mengatur kepulangannya dengan menggunakan kursi roda, sementara KJRI Jeddah menugaskan seorang staf untuk mendampingi AS selama penerbangan hingga Tanah Air.
"Kami telah mengirimkan surat permohonan bantuan penjemputan kepada pejabat berwenang di Tanah Air untuk menjemput Aminah di Bandara," terang Safaat Ghofur, Pelaksana Fungsi Konsuler(PFK)-1 merangkap Koordinator Pelindungan Warga (KPW) KJRI Jeddah.
Dalam surat tersebut, imbuh Safaat, KJRI telah menyampaikan kepada instansi terkait (Kemenaker, Kemsos dan Kemkes) untuk mengupayakan tindakan perawatan medis lanjutan bagi AS setibanya di Tanah Air, menelusuri alamat pihak keluarga AS dan mengantarnya pulang jika kondisinya telah membaik.
Seperti diberitakan, KJRI Jeddah memperoleh informasi adanya WNI penderita stroke dirawat di rumah sakit. Menurut pihak rumah sakit, perempuan tidak beridentitas ini ditemukan dalam keadaan sekarat di jalan.
Ia kemudian dibawa ambulans ke Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit King Fahd dan dirawat di rumah sakit itu selama dua tahun. Selanjutnya, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Al Shagar.
Karena tidak mempu menyebutkan identitas dirinya, perempuan ini oleh pihak rumah sakit diberi nama "Aminah Shagar" merujuk ke nama rumah sakit, tempat dua dia dirawat selama dua tahun terakhir.
"Dia tidak bisa berbicara dan kesulitan mengingat identitas dirinya. Bagian tubuhnya yang sebelah kanan lumpuh," tutur Ainur Rifqie Madanie, PFK-3, yang memantau perkembangan AS dari waktu ke waktu.
Tim Perlindungan berhasil menyingkap sedikit demi sedikit misteri identitas AS dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang ditulis di secarik kertas seputar daerah-daerah di Tanah Air. Pertanyaan diajukan dalam beberara bahasa daerah, antara lain bahasa Bahasa Sunda dan Madura.
"Kalau 'bukan' dia jawab dengan gelengan kepala. Kalau 'iya' dia mengangguk. Ucapan dia sulit dimengerti," sambung Rifqie.
Konsul Jenderal RI Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, menyayangkan adanya sebagian WNI di Arab Saudi yang kurang menyadari pentingnya dokumen identitas, terutama mereka yang tidak berdokumen resmi (undocumented).
Kasus AS ini, sambung Konjen, cukup menyulitkan KJRI untuk menelusuri identitas diri dan keluarganya di Tanah Air. "Apa susahnya menyelipkan secarik kertas di saku atau di tas saat bepergian," ucap dia.
Kepastian kepulangan perempuan yang diberi nama "Aminah Shagar" (AS) oleh pihak RS Al Shagar, Jeddah, diperoleh setelah Tim Pelindungan KJRI Jeddah melakukan komunikasi intensif dengan pejabat Tarhil (Pusat Detensi Imigrasi) di Shumaisi untuk pengurusan exit permit, pihak maskapai yang akan mengangkut AS dan rumah sakit tempat AS selama ini dirawat.
Atas pertimbangan kondisi AS yang masih lemah dan sulit bergerak, pihak Tarhil mengatur kepulangannya dengan menggunakan kursi roda, sementara KJRI Jeddah menugaskan seorang staf untuk mendampingi AS selama penerbangan hingga Tanah Air.
"Kami telah mengirimkan surat permohonan bantuan penjemputan kepada pejabat berwenang di Tanah Air untuk menjemput Aminah di Bandara," terang Safaat Ghofur, Pelaksana Fungsi Konsuler(PFK)-1 merangkap Koordinator Pelindungan Warga (KPW) KJRI Jeddah.
Dalam surat tersebut, imbuh Safaat, KJRI telah menyampaikan kepada instansi terkait (Kemenaker, Kemsos dan Kemkes) untuk mengupayakan tindakan perawatan medis lanjutan bagi AS setibanya di Tanah Air, menelusuri alamat pihak keluarga AS dan mengantarnya pulang jika kondisinya telah membaik.
Seperti diberitakan, KJRI Jeddah memperoleh informasi adanya WNI penderita stroke dirawat di rumah sakit. Menurut pihak rumah sakit, perempuan tidak beridentitas ini ditemukan dalam keadaan sekarat di jalan.
Ia kemudian dibawa ambulans ke Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit King Fahd dan dirawat di rumah sakit itu selama dua tahun. Selanjutnya, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Al Shagar.
Karena tidak mempu menyebutkan identitas dirinya, perempuan ini oleh pihak rumah sakit diberi nama "Aminah Shagar" merujuk ke nama rumah sakit, tempat dua dia dirawat selama dua tahun terakhir.
"Dia tidak bisa berbicara dan kesulitan mengingat identitas dirinya. Bagian tubuhnya yang sebelah kanan lumpuh," tutur Ainur Rifqie Madanie, PFK-3, yang memantau perkembangan AS dari waktu ke waktu.
Tim Perlindungan berhasil menyingkap sedikit demi sedikit misteri identitas AS dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang ditulis di secarik kertas seputar daerah-daerah di Tanah Air. Pertanyaan diajukan dalam beberara bahasa daerah, antara lain bahasa Bahasa Sunda dan Madura.
"Kalau 'bukan' dia jawab dengan gelengan kepala. Kalau 'iya' dia mengangguk. Ucapan dia sulit dimengerti," sambung Rifqie.
Konsul Jenderal RI Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, menyayangkan adanya sebagian WNI di Arab Saudi yang kurang menyadari pentingnya dokumen identitas, terutama mereka yang tidak berdokumen resmi (undocumented).
Kasus AS ini, sambung Konjen, cukup menyulitkan KJRI untuk menelusuri identitas diri dan keluarganya di Tanah Air. "Apa susahnya menyelipkan secarik kertas di saku atau di tas saat bepergian," ucap dia.
(pur)