Pemuda Muhammadiyah Minta UAS Tak Gentar Lawan Intimidasi
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak meminta Ustaz Abdul Somad (UAS) tidak gentar menghadapi intimidasi dan ancaman yang mewarnai aktivitas dakwahnya.
Dorongan Dahnil menyikapi kabar adanya intimidasi dan tekanan yang diterima UAS sehingga membatalkan agenda ceramah di sejumlah kota di Pulau Jawa.
Terkait pembatalan itu, Dahnil mengaku kecewa dengan sikap UAS dan timnya yang membatalkan agenda dakwah di Jawa dengan alasan tidak kondusif. Padahal banyak pihak memastikan keamanan dan kondusifitas acara tersebut.
"Dakwah harus terus berjalan, dengan pembatalan tersebut seolah UAS membiarkan perilaku antidemokrasi dan kebencian menang," ujar Dahnil kepada SINDOnews, Selasa (4/9/2018). (Baca juga: Ada Intimidasi, Ustaz Abdul Somad Batalkan Ceramah di Pulau Jawa )
Dahnil menegaskan, UAS tidak boleh membiarkan para pelaku intimidasi berlaku dengan cara pikir yang mundur. Bila benar ada tekanan dan intimidasi kepada UAS, keluarga dan tim, Dahnil menyebut ada banyak tokoh-tokoh perlawanan dalam sejarah Indonesia mengalami tekanan tapi tidak pernah mundur selangkah pun.
"Itu watak dai pejuang. Saya berharap UAS mengedukasi publik agar tidak kalah dengan intimidasi dan sikap anti demokrasi dan anti toleransi dan memastikan aparat bertugas sebagaimana mestinya," kata Dahnil.
Tak hanya mengkritisi sikap UAS, Dahnil juga menyesalkan sikap polisi yang tidak memproses pihak-pihak yang mengancam dan mengintimidasi. Bagi Dahnil, intimidasi adalah ancaman serius bagi kebebasan bersyarikat dan berpendapat.
Terlebih ancaman dan intimidasi gangguan kondusivitas itu terjadi terhadap acara keagamaan yang harusnya dilindungi negara.
"Nalar sehatnya, harusnya aparat bertanggung jawab mengamankan. Penyelenggara dan UAS tak perlu khawatir dengan ancaman tersebut. Bila ada yang benar mengancam dan intimidasi, polisi bertanggung jawab menangkap siapa saja. Terang mereka adalah radikalis antitoleransi dan anti demokrasi," tutur Dahnil.
Dorongan Dahnil menyikapi kabar adanya intimidasi dan tekanan yang diterima UAS sehingga membatalkan agenda ceramah di sejumlah kota di Pulau Jawa.
Terkait pembatalan itu, Dahnil mengaku kecewa dengan sikap UAS dan timnya yang membatalkan agenda dakwah di Jawa dengan alasan tidak kondusif. Padahal banyak pihak memastikan keamanan dan kondusifitas acara tersebut.
"Dakwah harus terus berjalan, dengan pembatalan tersebut seolah UAS membiarkan perilaku antidemokrasi dan kebencian menang," ujar Dahnil kepada SINDOnews, Selasa (4/9/2018). (Baca juga: Ada Intimidasi, Ustaz Abdul Somad Batalkan Ceramah di Pulau Jawa )
Dahnil menegaskan, UAS tidak boleh membiarkan para pelaku intimidasi berlaku dengan cara pikir yang mundur. Bila benar ada tekanan dan intimidasi kepada UAS, keluarga dan tim, Dahnil menyebut ada banyak tokoh-tokoh perlawanan dalam sejarah Indonesia mengalami tekanan tapi tidak pernah mundur selangkah pun.
"Itu watak dai pejuang. Saya berharap UAS mengedukasi publik agar tidak kalah dengan intimidasi dan sikap anti demokrasi dan anti toleransi dan memastikan aparat bertugas sebagaimana mestinya," kata Dahnil.
Tak hanya mengkritisi sikap UAS, Dahnil juga menyesalkan sikap polisi yang tidak memproses pihak-pihak yang mengancam dan mengintimidasi. Bagi Dahnil, intimidasi adalah ancaman serius bagi kebebasan bersyarikat dan berpendapat.
Terlebih ancaman dan intimidasi gangguan kondusivitas itu terjadi terhadap acara keagamaan yang harusnya dilindungi negara.
"Nalar sehatnya, harusnya aparat bertanggung jawab mengamankan. Penyelenggara dan UAS tak perlu khawatir dengan ancaman tersebut. Bila ada yang benar mengancam dan intimidasi, polisi bertanggung jawab menangkap siapa saja. Terang mereka adalah radikalis antitoleransi dan anti demokrasi," tutur Dahnil.
(dam)