Politikus PDIP Nilai Pidato Zulhas Tak Hormati Presiden
A
A
A
JAKARTA - Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR 2018 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018). Dalam pidatonya, Zulkifli menyampaikan aspirasi ibu-ibu.
Menurutnya, kenaikan harga bahan pokok sangat dikeluhkan para ibu-ibu. Apalagi, golongan miskin dan hampir miskin masih sangat besar jumlahnya.
Menanggapi hal itu, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Aria Bima menyayangkan sambutan yang disampaikan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan yang dinilai tak tak menghormati kehadiran Presiden Jokowi sebagai kepala negara.
"Inilah forumnya yang harus melihat visi eksekutif-legislatif-yudikatif, kemudian peran-peran itu seperti apa yang harusnya kalau diberikan prolog, bukan memberikan prolog satu lembaga eksekutif yang dalam hal ini, konteks kehadiran pak presiden bukan kepala pemerintahan, tapi kepala negara," kata Arie di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Aria juga menilai, pidato ketua MPR tersebut tidak sesuai dengan koridor tempat dan waktunya. "Sebagai anggota DPR, Pak Zul punya hak. Tapi sebagai pimpinan MPR, rasanya memang tidak salah, tapi kurang tepat atau kurang etis untuk menyampaikan hal-hal dalam 73 tahun peringatan Indonesia merdeka," jelasnya.
Bahkan Aria menganggap perkataan Zulkifli di dalam sidang tahunan menempatkan diri sebagai seseorang yang sudah berbeda arah politiknya, padahal hal tersebut tidak di perkenankan bagi seorang ketua MPR.
"Padahal yang harus terjadi politik kenegarawanan antara beliau sebagai Ketua MPR, bukan sebagai Ketua PAN yang mengusung Pak Prabowo dan Pak Sandiaga Uno. Saya kira terjadi kurang tepat atau kurang etis yang disampaikan Pak Zul, termasuk ada kata emak-emak yang merupakan suatu idiom yang dipakai Pak Sandi," ujarnya.
Menurutnya, kenaikan harga bahan pokok sangat dikeluhkan para ibu-ibu. Apalagi, golongan miskin dan hampir miskin masih sangat besar jumlahnya.
Menanggapi hal itu, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Aria Bima menyayangkan sambutan yang disampaikan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan yang dinilai tak tak menghormati kehadiran Presiden Jokowi sebagai kepala negara.
"Inilah forumnya yang harus melihat visi eksekutif-legislatif-yudikatif, kemudian peran-peran itu seperti apa yang harusnya kalau diberikan prolog, bukan memberikan prolog satu lembaga eksekutif yang dalam hal ini, konteks kehadiran pak presiden bukan kepala pemerintahan, tapi kepala negara," kata Arie di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Aria juga menilai, pidato ketua MPR tersebut tidak sesuai dengan koridor tempat dan waktunya. "Sebagai anggota DPR, Pak Zul punya hak. Tapi sebagai pimpinan MPR, rasanya memang tidak salah, tapi kurang tepat atau kurang etis untuk menyampaikan hal-hal dalam 73 tahun peringatan Indonesia merdeka," jelasnya.
Bahkan Aria menganggap perkataan Zulkifli di dalam sidang tahunan menempatkan diri sebagai seseorang yang sudah berbeda arah politiknya, padahal hal tersebut tidak di perkenankan bagi seorang ketua MPR.
"Padahal yang harus terjadi politik kenegarawanan antara beliau sebagai Ketua MPR, bukan sebagai Ketua PAN yang mengusung Pak Prabowo dan Pak Sandiaga Uno. Saya kira terjadi kurang tepat atau kurang etis yang disampaikan Pak Zul, termasuk ada kata emak-emak yang merupakan suatu idiom yang dipakai Pak Sandi," ujarnya.
(pur)