Yenny Wahid dan Maruarar Saling Puji di Acara Wahid Foundation
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)Maruarar Sirait dan Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid saling mengapresiasi satu sama lain.
Maruarar menilai apa yang dilakukan Wahid Foundation adalah upaya serius dalam menjaga Pancasila. Wahid Foundation pun dinilai memperjuangkan Pancasila membumi di Nusantara secara implementatif.
"Kita bahkan butuh Yenny Wahid Yenny Wahid baru. Kita butuh banyak Yenny Wahid yang menjaga Pancasila," puji Maruarar di Hotel Sultan, Jakarta (Rabu, 15/8).
Sementara Yenny Wahid mengatakan bahwa Maruarar termasuk politikus langka yang menjadi pejuang Pancasila. Pembelaan Maruarar pada Pancasila buka semata pada kata-kata.
Menurut dia, Maruarar jelas-jelas menjalankan juga secara aktif di dunia nyata. Selain banyak melakukan komunikasi lintas agama, Maruarar juga banyak melakukan Kirab Kebangsaan untuk menjaga Pancasila dari ragam rongrongan ideologi teror.
"Ara (panggilan Maruarar) ini pejuang Pancasila," ungkap Yenny Wahid di sela-sela melaporkan hasil penelitian Wahid Foundation di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Bahkan, Yenny mengaku terkesima dengan Maruarar. Sebagai orang Batak yang beragama Kristen tiga periode menjadi anggota DPR, Maruarar terrpilih dari daerah pemilihan Subang, Majalengka dan Sumedang, yang 99 persen beragama Islam dan bersuku Sunda.
"Ini kan bukan perjuangan yang mudah. Di dapil (daerah pemilihan) yang sudah menjadi basis kita saja susah, apalagi di basis yang secara primordial beda dengan kita," ungkap Yenny.
Yenny memastikan perjalanan politik Maruarar merupakan contoh baik dalam mengamalkan kemajemukan Indonesia. "Ara bukan hanya menyampaikan opini namun benar-benar berkomitmen dalam menjaga kemajemukan Indonesia," ungkap Yenny.
Hari ini, untuk kali yang kesepuluh, sejak tahun 2008, Wahid Foundation di bawah kepemimpinan Yenny Wahid melaporkan hasil penelitian dengan tema kemerdekaan beragama dan berkeyakinan. Tema kali ini terkait dengan dengan politisasi agama.
Hadir sebagai pembicara, anggota DPR Maruarar Sirait, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, perwakilan MUI, komisioner Komnas Perempuan Riri Khorirog. Sementara penanggap ada anggota DOR Eva Kusuma Sundari, Ketua GP Ansor Nuruzzaman dan perwakilan Facebook Ruben Hattari
"Selama 2017, Wahid Foundation mencatat ada 28 peristiwa dan 36 tindakan politisasi agama. Politisasi agama paling banyak dilakukan aktor non-negara dengan 27 peristiwa, sementara negara hanya melakukan 1 persitiwa," ungkap Yenny.
Maruarar menilai apa yang dilakukan Wahid Foundation adalah upaya serius dalam menjaga Pancasila. Wahid Foundation pun dinilai memperjuangkan Pancasila membumi di Nusantara secara implementatif.
"Kita bahkan butuh Yenny Wahid Yenny Wahid baru. Kita butuh banyak Yenny Wahid yang menjaga Pancasila," puji Maruarar di Hotel Sultan, Jakarta (Rabu, 15/8).
Sementara Yenny Wahid mengatakan bahwa Maruarar termasuk politikus langka yang menjadi pejuang Pancasila. Pembelaan Maruarar pada Pancasila buka semata pada kata-kata.
Menurut dia, Maruarar jelas-jelas menjalankan juga secara aktif di dunia nyata. Selain banyak melakukan komunikasi lintas agama, Maruarar juga banyak melakukan Kirab Kebangsaan untuk menjaga Pancasila dari ragam rongrongan ideologi teror.
"Ara (panggilan Maruarar) ini pejuang Pancasila," ungkap Yenny Wahid di sela-sela melaporkan hasil penelitian Wahid Foundation di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Bahkan, Yenny mengaku terkesima dengan Maruarar. Sebagai orang Batak yang beragama Kristen tiga periode menjadi anggota DPR, Maruarar terrpilih dari daerah pemilihan Subang, Majalengka dan Sumedang, yang 99 persen beragama Islam dan bersuku Sunda.
"Ini kan bukan perjuangan yang mudah. Di dapil (daerah pemilihan) yang sudah menjadi basis kita saja susah, apalagi di basis yang secara primordial beda dengan kita," ungkap Yenny.
Yenny memastikan perjalanan politik Maruarar merupakan contoh baik dalam mengamalkan kemajemukan Indonesia. "Ara bukan hanya menyampaikan opini namun benar-benar berkomitmen dalam menjaga kemajemukan Indonesia," ungkap Yenny.
Hari ini, untuk kali yang kesepuluh, sejak tahun 2008, Wahid Foundation di bawah kepemimpinan Yenny Wahid melaporkan hasil penelitian dengan tema kemerdekaan beragama dan berkeyakinan. Tema kali ini terkait dengan dengan politisasi agama.
Hadir sebagai pembicara, anggota DPR Maruarar Sirait, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, perwakilan MUI, komisioner Komnas Perempuan Riri Khorirog. Sementara penanggap ada anggota DOR Eva Kusuma Sundari, Ketua GP Ansor Nuruzzaman dan perwakilan Facebook Ruben Hattari
"Selama 2017, Wahid Foundation mencatat ada 28 peristiwa dan 36 tindakan politisasi agama. Politisasi agama paling banyak dilakukan aktor non-negara dengan 27 peristiwa, sementara negara hanya melakukan 1 persitiwa," ungkap Yenny.
(dam)