49 Juta Kaum Milenial Harus Ambil Peran di Pemilu 2019
A
A
A
JAKARTA - Kontestasi Pemilu 2019 mendatang tak boleh lagi diabaikan kaum generasi milenial. Sudah saatnya, mereka mengambil peran dalam konteks perpolitikan nasional.
"Jangan lagi abai terhadap politik, sudah saatnya berpartisipasi aktif," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir ketika menjadi pembicara dalam acara Festival dan Dialog Generasi Muslim Milenial yang diselenggarakan Sinergy 2019 di Jakarta Selatan, Selasa (31/7/2018).
Dalam diskusi bertajuk 'Pandangan Muslim Milenial terhadap Pemilu 2019' itu, Haedar memaparkan bagaimana besarnya kekuatan yang dimiliki kaum milenial, terutama dalam membangun sebuah perbadaban politik. "Sekitar 49 juta penduduk Indonesia merupakan generasi milenial. Tentu potensinya luar biasa, harus diberdayakan, termasuk dalam hal politik. Jangan sampai mereka menjadi objek penderita saja. Jangan alergi," katanya.
Haedar berharap generasi milenial menjadi partisipan aktif. Artinya tak hanya berkontribusi ketika waktu pemilihan saja, melainkan terjun aktif saat prapemilu. "Ikuti prosesnya, kawal proses Pemilunya hingga tuntas," ujarnya.
Ketua Sinergy 2019 Fajar Zulkarnaen menyebut peran generasi milennial dalam kontestasi Pemilu 2019 sangat penting. Fajar mengatakan, akan menjadi sebuah kesalahan besar jika mereka memilih apatis alias masa bodoh. "Keterwakilan mereka di politik menjadi sebuah keniscayaan. Jangan sampai golput," kata Fajar.
Fajar memaparkan, merujuk data KPU, dari total DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pilpres 2014 sebanyak 190.291.110 juta orang, mereka yang tak memilih mencapai 29,8% atau 56.732.857 suara. Angka golput Pilpres 2014 lebih parah dibanding Pilpres 2009 yang mencapai 27,7%. "Termasuk ketika Pileg (2014). Sekitar 24% warga tak memilih. Itulah mengapa kami bertekad terus mengkampanyekan '2019 Anti Golput'," katanya.
Fajar mengingatkan bahwa golput merupakan sebuah pilihan adalah persepsi yang keliru. Pun yang menyatakan memilih golput karena menganggap semua calon sama saja.
Sementara, Juru Bicara Sinergy 2019 Frans Syisca mengungkapkan Festival Muslim Milenial ini diselenggarakan untuk menggerakkan kaum milenial agar tidak pasif dalam pemilu 2019. Kaum milenial sudah saatnya berperan dan bergerak demi kemajuan bangsa.
"Perwakilan kaum milenial sangat penting, karena kaum milenial kami anggap punya track record yang masih bersih, punya semangat dan idealisme. Itu penting dalam memperjuangkan kepentingan rakyat," kata Frans Syisca.
Sinergy 2019 membuat Festival dan Dialog Generasi Muslim Milenial menghadirkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Dosen Universitas Muhammadiah Bandung Ace Sumantri, serta peneliti Lembaga Survey Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby. Acara berjargon 'Saatnya Bersinergi, Bukan Saatnya Membenci' itu turut dimeriahkan oleh stand up comedian, Neneng Garut, juga penampilan apik dari grup musik Ghania.
"Jangan lagi abai terhadap politik, sudah saatnya berpartisipasi aktif," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir ketika menjadi pembicara dalam acara Festival dan Dialog Generasi Muslim Milenial yang diselenggarakan Sinergy 2019 di Jakarta Selatan, Selasa (31/7/2018).
Dalam diskusi bertajuk 'Pandangan Muslim Milenial terhadap Pemilu 2019' itu, Haedar memaparkan bagaimana besarnya kekuatan yang dimiliki kaum milenial, terutama dalam membangun sebuah perbadaban politik. "Sekitar 49 juta penduduk Indonesia merupakan generasi milenial. Tentu potensinya luar biasa, harus diberdayakan, termasuk dalam hal politik. Jangan sampai mereka menjadi objek penderita saja. Jangan alergi," katanya.
Haedar berharap generasi milenial menjadi partisipan aktif. Artinya tak hanya berkontribusi ketika waktu pemilihan saja, melainkan terjun aktif saat prapemilu. "Ikuti prosesnya, kawal proses Pemilunya hingga tuntas," ujarnya.
Ketua Sinergy 2019 Fajar Zulkarnaen menyebut peran generasi milennial dalam kontestasi Pemilu 2019 sangat penting. Fajar mengatakan, akan menjadi sebuah kesalahan besar jika mereka memilih apatis alias masa bodoh. "Keterwakilan mereka di politik menjadi sebuah keniscayaan. Jangan sampai golput," kata Fajar.
Fajar memaparkan, merujuk data KPU, dari total DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pilpres 2014 sebanyak 190.291.110 juta orang, mereka yang tak memilih mencapai 29,8% atau 56.732.857 suara. Angka golput Pilpres 2014 lebih parah dibanding Pilpres 2009 yang mencapai 27,7%. "Termasuk ketika Pileg (2014). Sekitar 24% warga tak memilih. Itulah mengapa kami bertekad terus mengkampanyekan '2019 Anti Golput'," katanya.
Fajar mengingatkan bahwa golput merupakan sebuah pilihan adalah persepsi yang keliru. Pun yang menyatakan memilih golput karena menganggap semua calon sama saja.
Sementara, Juru Bicara Sinergy 2019 Frans Syisca mengungkapkan Festival Muslim Milenial ini diselenggarakan untuk menggerakkan kaum milenial agar tidak pasif dalam pemilu 2019. Kaum milenial sudah saatnya berperan dan bergerak demi kemajuan bangsa.
"Perwakilan kaum milenial sangat penting, karena kaum milenial kami anggap punya track record yang masih bersih, punya semangat dan idealisme. Itu penting dalam memperjuangkan kepentingan rakyat," kata Frans Syisca.
Sinergy 2019 membuat Festival dan Dialog Generasi Muslim Milenial menghadirkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Dosen Universitas Muhammadiah Bandung Ace Sumantri, serta peneliti Lembaga Survey Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby. Acara berjargon 'Saatnya Bersinergi, Bukan Saatnya Membenci' itu turut dimeriahkan oleh stand up comedian, Neneng Garut, juga penampilan apik dari grup musik Ghania.
(amm)