Empat Skuadron Bakal Perkuat Komando Operasi Angkatan Udara III
A
A
A
YOGYAKARTA - Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koops AU) III segera diperkuat dengan sejumlah skuadron. Diantaranya skuadron tempur, skuadron helikopter, skuadron angkut, dan skuadron pesawat tanpa awak atau drone.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengungkapkan hal tersebut saat memperingati Hari Bakti Ke-71 TNI AU serta gugurnya Marsda TNI Anumerta Agustinus Adisucipto dan Marsda TNI Anumerta Abdulrachman Saleh di Lapangan Dirgantara, Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, kemarin.“Kita berencana menempatkan skuadron pesawat helikopter, kemudian ke depan secara bertahap akan menempatkan skuadron tempur maupun skuadron angkut,” ujar Yuyu. Saat ini pihaknya telah menaikkan dua lanud tipe B yakni Lanud Silas Papare di Jayapura dan Manuhua, Biak menjadi tipe A dan akan dipimpin oleh perwira tinggi bintang satu.
Sementara lanud tipe C yang naik menjadi tipe B yakni Lanud Johanes Abraham Dimara, Merauke dan Lanud Yohanis Kapiyau, Timika. “Koops III sudah dibentuk, dua hari lalu saya melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan markas komando (mako). Termasuk perumahan untuk anggota di sana. Kondisi di Biak yang ada landasan udara (lanud) dan komando sektor (kosek) sudah penuh,” kata mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pang kohanudnas) ini.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Nov - yan Sam yoga mengakui, untuk mem perkuat operasional Koops III akan dilengkapi se - jum lah skuadron.
Meski begitu, penambahan kekuatan tersebut masih menunggu kesiapan fasilitas seperti hanggar dan sebagainya. Saat ini TNI AU masih melakukan kajian lokasi yang tepat untuk pembangunan skuadron tersebut. “Untuk hanggar, begitu diputuskan akan dibangun di mana, baru pembangunan dimulai. Jadi tinggal keputusan penentuan di mananya karena itu yang sangat-sangat pentingnya di situ,” katanya.
Dia menyebutkan, ada beberapa lokasi yang memungkinkan untuk penempatan semua skuadron tersebut seperti di Biak, Jayapura, atau Sorong. Penen tuan lokasi tersebut didasarkan atas kesiapan pangkalan dan tingkat ancamannya.
“Jadi ada skuadron tempur, skuadron heli, skuadron UAV, bahkan skuadron angkut semua akan digeser ke timur. Untuk pembentukan skuadron heli, skuadron tempur, dan sebagainya itu, pesawatnya sudah ada. Namun, perlu ada hanggar. Jadi menunggu kesiapan fisiknya. Untuk kantor rencananya diresmikan pertengahan 2019,” ucapnya.
Terkait dengan pembentukan skuadron pesawat tanpa awak, Samyoga menegaskan, hal itu sudah masuk dalam program pengadaan sebab tidak mungkin semua kekuatan ditumpuk di wilayah bagian barat. “Ini merupakan skuadron kedua setelah Skuadron 51 Pontianak, Kalimantan.
Jadi skuadron kedua akan dibangun di wilayah timur, Papua sana. Sebenarnya alat utama sistem persenjataan (alutsista) itu tinggal menunggu ketetapan dari fasilitas. Heli sudah ada dan pesawat tempur sudah banyak,” tegasnya. Dalam kesempatan itu, Samyoga juga menyatakan, ada rencana perubahan nama Rumah Sakit Umum Sleman, Yogyakarta menjadi Marsda TNI Anumerta Abdulrachman Saleh. Penggantian nama terse but sebagai bentuk penghargaan atas jasanya saat melawan agresi militer Belanda. “Ada wacana untuk mengubah nama Rumah Sakit Umum Sleman itu menjadi Rumah Sakit Profesor Doktor Abdurachman Saleh, ini sangat positif,” katanya.
Abdulrachman Saleh tidak hanya merupakan seorang pahlawan Angkatan Udara, tapi juga merupakan seorang pionir Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) bahkan sudah menjadikan sosok Abdulrachman Saleh sebagai seorang pahlawannya. “Memang beliau ini seseorang yang sangat luar biasa dan pada saat kejadian itu kebetulan Bapak Profesor Doktor saat itu berdinas di daerah Yogyakarta khususnya di Sleman ini sehingga ada keinginan untuk menggantikannya,” ungkapnya.
Hanya, perubahan nama tersebut masih memerlukan proses karena tetap harus melalui persetujuan DPRD dan sebagainya. “Kami dari Angkatan Udara tentu berharap agar proses ini bisa berjalan dengan mulus sehingga nama beliau bisa diabadikan di rumah sakit umum tersebut,” ucapnya.
Seperti diketahui, Marsda TNI Anumerta Prof Dr Abdulrachman Saleh bersama dengan sejumlah pahlawan di antaranya Marsda TNI Anumerta Agustinus Adisucipto dan Opsir Muda Udara Adi Sumarmo Wirjokusumo gugur setelah pesawat Dakota VT-CLA yang dinaikinya saat tengah membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda. Saat penembakan tersebut, pesawat Dakota VT-CLA yang dipiloti oleh Alexander Noel Contanstine dalam persiapan untuk mendarat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta.
Penyerangan oleh Belanda ini merupakan balasan atas aksi heroik para kadet udara yaitu Kadet Udara I Suharnoko Harbani, Kadet Udara I Mulyono, dan Kadet Udara I Sutardjo Sigit yang menyerang tangsi Belanda di Semarang, Sala tiga, dan Ambarawa.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengungkapkan hal tersebut saat memperingati Hari Bakti Ke-71 TNI AU serta gugurnya Marsda TNI Anumerta Agustinus Adisucipto dan Marsda TNI Anumerta Abdulrachman Saleh di Lapangan Dirgantara, Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, kemarin.“Kita berencana menempatkan skuadron pesawat helikopter, kemudian ke depan secara bertahap akan menempatkan skuadron tempur maupun skuadron angkut,” ujar Yuyu. Saat ini pihaknya telah menaikkan dua lanud tipe B yakni Lanud Silas Papare di Jayapura dan Manuhua, Biak menjadi tipe A dan akan dipimpin oleh perwira tinggi bintang satu.
Sementara lanud tipe C yang naik menjadi tipe B yakni Lanud Johanes Abraham Dimara, Merauke dan Lanud Yohanis Kapiyau, Timika. “Koops III sudah dibentuk, dua hari lalu saya melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan markas komando (mako). Termasuk perumahan untuk anggota di sana. Kondisi di Biak yang ada landasan udara (lanud) dan komando sektor (kosek) sudah penuh,” kata mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pang kohanudnas) ini.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Nov - yan Sam yoga mengakui, untuk mem perkuat operasional Koops III akan dilengkapi se - jum lah skuadron.
Meski begitu, penambahan kekuatan tersebut masih menunggu kesiapan fasilitas seperti hanggar dan sebagainya. Saat ini TNI AU masih melakukan kajian lokasi yang tepat untuk pembangunan skuadron tersebut. “Untuk hanggar, begitu diputuskan akan dibangun di mana, baru pembangunan dimulai. Jadi tinggal keputusan penentuan di mananya karena itu yang sangat-sangat pentingnya di situ,” katanya.
Dia menyebutkan, ada beberapa lokasi yang memungkinkan untuk penempatan semua skuadron tersebut seperti di Biak, Jayapura, atau Sorong. Penen tuan lokasi tersebut didasarkan atas kesiapan pangkalan dan tingkat ancamannya.
“Jadi ada skuadron tempur, skuadron heli, skuadron UAV, bahkan skuadron angkut semua akan digeser ke timur. Untuk pembentukan skuadron heli, skuadron tempur, dan sebagainya itu, pesawatnya sudah ada. Namun, perlu ada hanggar. Jadi menunggu kesiapan fisiknya. Untuk kantor rencananya diresmikan pertengahan 2019,” ucapnya.
Terkait dengan pembentukan skuadron pesawat tanpa awak, Samyoga menegaskan, hal itu sudah masuk dalam program pengadaan sebab tidak mungkin semua kekuatan ditumpuk di wilayah bagian barat. “Ini merupakan skuadron kedua setelah Skuadron 51 Pontianak, Kalimantan.
Jadi skuadron kedua akan dibangun di wilayah timur, Papua sana. Sebenarnya alat utama sistem persenjataan (alutsista) itu tinggal menunggu ketetapan dari fasilitas. Heli sudah ada dan pesawat tempur sudah banyak,” tegasnya. Dalam kesempatan itu, Samyoga juga menyatakan, ada rencana perubahan nama Rumah Sakit Umum Sleman, Yogyakarta menjadi Marsda TNI Anumerta Abdulrachman Saleh. Penggantian nama terse but sebagai bentuk penghargaan atas jasanya saat melawan agresi militer Belanda. “Ada wacana untuk mengubah nama Rumah Sakit Umum Sleman itu menjadi Rumah Sakit Profesor Doktor Abdurachman Saleh, ini sangat positif,” katanya.
Abdulrachman Saleh tidak hanya merupakan seorang pahlawan Angkatan Udara, tapi juga merupakan seorang pionir Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) bahkan sudah menjadikan sosok Abdulrachman Saleh sebagai seorang pahlawannya. “Memang beliau ini seseorang yang sangat luar biasa dan pada saat kejadian itu kebetulan Bapak Profesor Doktor saat itu berdinas di daerah Yogyakarta khususnya di Sleman ini sehingga ada keinginan untuk menggantikannya,” ungkapnya.
Hanya, perubahan nama tersebut masih memerlukan proses karena tetap harus melalui persetujuan DPRD dan sebagainya. “Kami dari Angkatan Udara tentu berharap agar proses ini bisa berjalan dengan mulus sehingga nama beliau bisa diabadikan di rumah sakit umum tersebut,” ucapnya.
Seperti diketahui, Marsda TNI Anumerta Prof Dr Abdulrachman Saleh bersama dengan sejumlah pahlawan di antaranya Marsda TNI Anumerta Agustinus Adisucipto dan Opsir Muda Udara Adi Sumarmo Wirjokusumo gugur setelah pesawat Dakota VT-CLA yang dinaikinya saat tengah membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda. Saat penembakan tersebut, pesawat Dakota VT-CLA yang dipiloti oleh Alexander Noel Contanstine dalam persiapan untuk mendarat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta.
Penyerangan oleh Belanda ini merupakan balasan atas aksi heroik para kadet udara yaitu Kadet Udara I Suharnoko Harbani, Kadet Udara I Mulyono, dan Kadet Udara I Sutardjo Sigit yang menyerang tangsi Belanda di Semarang, Sala tiga, dan Ambarawa.
(don)