Asian Games, Polri Fokus Atasi Kejahatan Jalanan, Teroris dan Macet

JAKARTA - Polri bakal fokus menangani masalah kemacetan lalu lintas, kejahatan jalanan dan terorisme. Pasalnya, tiga permasalahan itu menjadi ancaman saat gelaran Asian Games 2018 nanti.

"Terorisme kita paralel melanjutkan aksi-aksi pasca bom Surabaya. 204 orang ditangkap, 20 tersangka meninggal dunia karena melawan," ujar Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/7/2018).

Adapun operasi pemberantasan tindak pidana terorisme itu bakal terus dilakukan Polri dengan di bawah komando Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror serta setiap Satuan Tugas (Satgas) di masing-masing Polda.

Sedangkan Polda sekitar venue pertandingan Asian Games, Metro Jaya, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Selatan memiliki konsep operasi yang melibatkan stake holder lain termasuk TNI dan pemerintah setempat. "Kita buat sistem pengawasan dengan CCTV yang ada command center," katanya.

Untuk kejahatan jalanan, Polri menggelar operasi cipta kondisi guna mengantisipasi tindak kriminal seperti begal, copet dan jambret. "Karena akan banyak tamu yang akan datang dari 45 negara. Baik atlet official media supporter," jelas mantan Kapolda Metro Jaya ini.

Dia memberikan contoh di Sumatera Selatan, banyak pelaku copet maupun begal ditangkap belakangan ini. Sementara masalah kemacetan lalu lintas, Polri bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengupayakan akomodasi atlet dari wisma ke venue pertandingan tak lebih dari 30 menit perjalanan.

Adapun satu opsinya meliburkan anak sekolah karena dinilai bisa mereduksi tingkat kemacetan sebesar 11%. "Ini sedang dibicarakan antara Dishub DKI, Kemenhub, Polda Metro, Korlantas, Kementerian Perhubungan," pungkasnya.