Pantau 3 Juta Jamaah lewat Ruang Kontrol

Kamis, 19 Juli 2018 - 11:29 WIB
Pantau 3 Juta Jamaah...
Pantau 3 Juta Jamaah lewat Ruang Kontrol
A A A
MEKKAH - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membangun ruang kontrol terbesar di dunia di Masjidilharam, Mekkah. Fasilitas itu digunakan untuk memantau aktivitas lebih dari 3 juta orang jamaah haji yang berdatangan dan menjalankan ibadah rukun Islam kelima di Kota Mekkah.
Ruang kontrol itu dibangun untuk mengawasi 6.000 closedcircuit television (CCTV) yang terpasang di beberapa kota di Arab Saudi. Khususnya kotakota terkait pelaksanaan ibadah haji seperti Mekkah, Muzdalifah, Arafah, dan Mina.

”Ruang kontrol Masjidilharam tersebut baru sekarang ini dibuka ke pers. MNC Media merupakan salah satu dari enam media di dunia yang diberi kepercayaan masuk dan melihat langsung fasilitas tersebut,” ujar Yadi Hendriana, Pemimpin Redaksi iNewsTV, dari Mekkah, kemarin.

Yadi yang juga ketua umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menegaskan, fasilitas ruang kontrol itu dikelola oleh manajemen kontrol Masjidilharam, Mekkah. Pasalnya, pelaksanaan ibadah haji yang diikuti jutaan jamaah dari seluruh penjuru dunia itu terpusat di Masjidilharam. Langkah itu juga sebagai upaya pemerintah Arab Saudi mengantisipasi dan meminimalisasi hal-hal yang mungkin terjadi selama pelaksanaan ibadah haji, termasuk mengantisipasi insiden-insiden yang pernah terjadi di masa lalu.

Seperti tragedi Mina pada 2015 yang menelan lebih dari 1.000 korban jiwa, serta kasus ambruknya crane di Masjidilharam pada 2015 yang menewaskan 118 orang dan mencederai 394 orang lainnya.

”Ruang kontrol ini menjadi sangat penting karena dibangun untuk menjaga keselamatan jamaah sehingga jamaah akan merasa aman dan tidak mendapat gangguan apa pun selama menjalankan ibadah haji,” ujarnya.

9.000 Jamaah Tiba di Madinah
Sementara itu, lebih dari 9.000 jamaah haji dari 20 kelompok terbang (kloter) tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi, tadi malam. Mereka berangkat dari Tanah sejak pukul 01.15 WIB. Sejauh ini diketahui bahwa Kementerian Agama (Kemenag) telah menyewa 107 hotel di Madinah untuk menampung para jamaah haji.

Sebanyak 32 hotel disewa satu musim penuh, sementara 75 lainnya menggunakan sistem paro waktu atau blocking time. ”Yang 32 hotel itu kapasitasnya mencapai 105 ribu jamaah,” terang Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis.

Hotel-hotel itu berada di area Markaziyah yang memiliki jarak dekat dengan Masjid Nabawi. Jarak terjauh hotel dari Masjid Nabawi hanya sekitar 650 meter. Sri menjelaskan, jamaah haji tahun ini tidak perlu membawa koper dari lobi ke kamar hotel sebab koper mereka akan diantar hingga kamar hotel masing- masing.

”Tahun lalu jamaah mengangkut sendiri koper dari lobi hotel ke kamar. Tahun ini kami minta pemilik hotel menyediakan petugas angkut koper jamaah,” jelasnya.

Dia juga memastikan sejumlah layanan yang sudah berjalan baik tahun lalu tetap diterapkan tahun ini. Salah satunya soal keharusan pihak hotel menyediakan satu liter air mineral per hari.

Sementara data tim kesehatan Daker Bandara menunjukkan, tiga jamaah yang tiba sakit dan harus dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia. Mereka di antaranya penderita vertigo dan kelelahan.

Di sisi lain, konsumsi yang didapatkan jamaah haji di Tanah Suci tahun ini pun tergolong istimewa. Selain jumlah paket katering yang diterima lebih banyak dibandingkan tahun lalu, cita rasanya pun diupayakan khas masakan Tanah Air. Rasa ayamnya terasa agak pedas dengan rasa lebih dekat bumbu-bumbu Indonesia. Ada bawang putih terasa di masakan tersebut. Gurihnya juga pas dengan lidah Indonesia. Nasi yang digunakan merupakan beras Thailand, berbeda dengan jenis nasi pera ala India atau Timur Tengah.

Dapur yang digunakan memasak makanan untuk jamaah pun berukuran cukup luas, selebar lapangan tenis. Bahkan, para pekerja yang berjumlah 60-an orang itu berseragam hijau dilengkapi sarung tangan, penutup mulut atau masker, penutup rambut serta apron plastik, sehingga terjaga kesehatannya.

Kabid Konsumsi PPIH Arab Saudi Ahmad Abdullah mengatakan, mereka mengontrak 15 perusahaan untuk menyediakan masakan untuk jamaah. Seluruhnya menggunakan koki dari Indonesia meski pemiliknya rata-rata warga Arab Saudi. ”Yang istimewa, kami melatih dan menyertifikasi semua juru masak di Madinah, dan sekarang sedang berjalan sertifikasi di Mekkah,” kata Ahmad di Madinah kemarin.

Tak hanya menyertifikasi, PPIH Arab Saudi juga akan melakukan pemeriksaan harian terkait operasional dapur dan pengawasan saat distribusi dan setelah distribusi. ”Hal ini untuk meningkatkan kualitas konsumsi jamaah,” tegas Ahmad.

Dia menjamin masakan yang akan dihidangkan ke jamaah rasanya sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Hanya, untuk rasa pedas dan manis masih belum seluruhnya terpenuhi lantaran persediaan kecap dan saus sambal belum bisa didatangkan karena masih tertahan di pelabuhan. ”Tapi insya Allah, rasa sudah sesuai dengan lidah orang Indonesia, khas Nusantara,” tuturnya. (M Ridwan/ Okezone)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9979 seconds (0.1#10.140)