Duet Alumni Undip-UGM Pelopori Gerakan Bangun 20 juta jamban
A
A
A
SEMARANG - Alumni Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggagas pembangunan 20 juta jamban di Tanah Air, karena masih banyak warga yang tak memiliki sarana sanitasi memadai. Sebab, kebiasaan buruk warga yang membuang kotoran sembarangan berakibat fatal dengan maraknya penyebaran penyakit mematikan.
"Diare dan Thyroid masih menjadi penyebab nomor satu orang masuk rumah sakit. Dan itu kebanyakan akibat kebiasaan membuang kotoran sembarangan karena tak memiliki jamban. Seperti diketahui human waste (kotoran manusia) itu mengandung dua sampai tiga miliar kuman," ujar pensiunan PNS Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, dr Budi Laksono, Jumat (13/7/2018).
Alumnus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Queensland University of Technology Australia itu mengatakan, dalam sebuah survei pada 2017, sebanyak 35% keluarga di Indonesia belum berjamban sehat. Jumlah tersebut setara dengan 21 juta keluarga atau 85 juta orang Indonesia masih membuang kotoran sembarangan.
"Yang tidak memiliki jamban sehat itu termasuk keluarga yang saluran pembuangannya langsung di arahkan ke sungai atau selokan. Itu sama saja tidak sehat. Makanya kita mendorong masyarakat untuk membuat jamban yang dilengkapi dengan septic tank baik dengan konsep Bio Integrated Compact Septic Tank atau BIC Septic Tank," bebernya.
Dia menjelaskan, hunian padat dan lahan sempit kerap menjadi keluhan warga sehingga tidak bisa membuat jamban sehat. Permasalahan ketika menjambani keluarga di wilayah padat adalah banyak yang tempat tinggalnya sempit sehingga tidak memungkinkan membuat septic tank konvensisonal dengan jarak resapan ke sumber air 10 meter. Bahkan untuk membuat dengan septic tank modern biochemical septic tank tidak mungkin karena terlalu mahal.
"Septic tank kecil kompak yang bisa dipergunakan untuk keluarga kecil yang terdiri lima orang. Dan keluarannya adalah air yang steril sehingga tidak mencemari lingkungan. Ini murah karena harganya bisa separuh dari spesifikasi yang sama, dan bisa di rakit di manapun di Indonesia terutama untuk instalasi lebih dari 100 buah," jelasnya.
Untuk memelopori pembangunan jamban itu, gabungan alumni Undip dan UGM memfasilitasi pembangunan jamban sehat di Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Di kawasan padat dan menjadi langganan rob tersebut setidaknya 35 keluarga yang sebelumnya membuang kotoran sembarangan kini masing-masing telah memiliki jamban sehat.
"Sebagai dokter, dosen, sekaligus relawan kemanusian, kami kaji penyebab dan riset terua menerus baik lokal dan internasional bersama Undip, Griffith Brisbane, dan ANU Canberra dalam riset jamban Balatrine. Dalam mikro, piloting, kita bangun ribuan jamban bersama universitas tersebut, CSR PLN, orang peduli, Rotary club. Dalam giat makro, kita advokasi pemkab, pemprov se-Indonesia hingga Presiden dan saat ini gerakan bersama Mabes TNI AD, dalam gerakan sejuta jamban. Kini kita menuju Gerakan Nasional Bangun 20 Juta Jamban," tandasnya.
"Diare dan Thyroid masih menjadi penyebab nomor satu orang masuk rumah sakit. Dan itu kebanyakan akibat kebiasaan membuang kotoran sembarangan karena tak memiliki jamban. Seperti diketahui human waste (kotoran manusia) itu mengandung dua sampai tiga miliar kuman," ujar pensiunan PNS Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, dr Budi Laksono, Jumat (13/7/2018).
Alumnus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Queensland University of Technology Australia itu mengatakan, dalam sebuah survei pada 2017, sebanyak 35% keluarga di Indonesia belum berjamban sehat. Jumlah tersebut setara dengan 21 juta keluarga atau 85 juta orang Indonesia masih membuang kotoran sembarangan.
"Yang tidak memiliki jamban sehat itu termasuk keluarga yang saluran pembuangannya langsung di arahkan ke sungai atau selokan. Itu sama saja tidak sehat. Makanya kita mendorong masyarakat untuk membuat jamban yang dilengkapi dengan septic tank baik dengan konsep Bio Integrated Compact Septic Tank atau BIC Septic Tank," bebernya.
Dia menjelaskan, hunian padat dan lahan sempit kerap menjadi keluhan warga sehingga tidak bisa membuat jamban sehat. Permasalahan ketika menjambani keluarga di wilayah padat adalah banyak yang tempat tinggalnya sempit sehingga tidak memungkinkan membuat septic tank konvensisonal dengan jarak resapan ke sumber air 10 meter. Bahkan untuk membuat dengan septic tank modern biochemical septic tank tidak mungkin karena terlalu mahal.
"Septic tank kecil kompak yang bisa dipergunakan untuk keluarga kecil yang terdiri lima orang. Dan keluarannya adalah air yang steril sehingga tidak mencemari lingkungan. Ini murah karena harganya bisa separuh dari spesifikasi yang sama, dan bisa di rakit di manapun di Indonesia terutama untuk instalasi lebih dari 100 buah," jelasnya.
Untuk memelopori pembangunan jamban itu, gabungan alumni Undip dan UGM memfasilitasi pembangunan jamban sehat di Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Di kawasan padat dan menjadi langganan rob tersebut setidaknya 35 keluarga yang sebelumnya membuang kotoran sembarangan kini masing-masing telah memiliki jamban sehat.
"Sebagai dokter, dosen, sekaligus relawan kemanusian, kami kaji penyebab dan riset terua menerus baik lokal dan internasional bersama Undip, Griffith Brisbane, dan ANU Canberra dalam riset jamban Balatrine. Dalam mikro, piloting, kita bangun ribuan jamban bersama universitas tersebut, CSR PLN, orang peduli, Rotary club. Dalam giat makro, kita advokasi pemkab, pemprov se-Indonesia hingga Presiden dan saat ini gerakan bersama Mabes TNI AD, dalam gerakan sejuta jamban. Kini kita menuju Gerakan Nasional Bangun 20 Juta Jamban," tandasnya.
(kri)