Perempuan Berperan Penting Cegah Radikalisme dan Terorisme

Jum'at, 06 Juli 2018 - 15:08 WIB
Perempuan Berperan Penting...
Perempuan Berperan Penting Cegah Radikalisme dan Terorisme
A A A
JAKARTA - Kaum perempuan merupakan salah satu pondasi penting bangsa Indonesia. Bahkan bangsa Indonesia juga menyebut negara ini dengan Ibu Pertiwi.

Untuk itu seorang ibu harus bisa mendidik anaknya agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa, serta mengawasi mereka dari pengaruh radikalisme dan terorisme.

“Apa pun keberhasilan seseorang maka di situ ada warna seorang ibu yang telah mendidik, mengasuh, membuat kepribadian dan watak seorang anak. Karena itu, perempuan memiliki peran penting dalam pencegahan radikalisme dan terorisme sejak usia dini,” tutur Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius dalam acara seminar dan diskusi bertema Islam Rahmatan Lil Alamin: Antara Ajaran dan Budaya yang digelar Yayasan Lingkar Perempuan Nusantara (LPN), di Main Hall, Pondok Indah Golf Course, Jakarta, Kamis 5 Juli 2018.

Suhardi mengungkapkan, radikalisme ini bersifat intoleransi, anti-NKRI, anti -Pancasila dan penyebaran-penyebaran paham takfiri. Hal ini perlu dijelaskan agar para perempuan bisa memiliki pemahaman yang sama terkait radikalisme dan terorisme ini.

“Saya telah menjelaskan secara detail bagaimana proses itu terjadi di lingkungan kita, terutama terhadap kaum perempuan dan anak-anak,” ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.

Dia menilai peran penting kaum perempuan dalam melindungi keluarganya sangat vital. Kaum perempuan bisa melakukan deteksi dini paham-paham negatif di sekitarnya. Dari situ, nantinya BNPT bisa mengidentifikasi untuk mencari solusinya

“Jangan dibiarkan radikalisme dan terorisme berkembang. Saya secara jelas memaparkan tahapan-tahapan orang menjadi radikal, kemudian bagaimana mengatasinya, dan bagaimana mengamatinya,” tutur Suhardi.

Dia tidak memungkiri bahwa kaum perempuan dan anak-anak saat ini mudah terpengaruh paham radikal yang berujung pada tindakan terorisme. Teror bom Surabaya beberapa waktu menjadi bukti nyata.

“Ternyata orang (kelompok teroris-red) juga melirik wanita. Modus operandi itu bergerak dinamis sekali melihat kultur kita, perempuan sama anak-anak sudah mulai didekati,” tuturnya.

Selain itu, generasi muda dinilainya menjadi ladang penyebaran paham negatif ini karena mereka masih proses mencari jati diri. “Emosional anak muda ini masih belum stabil, sementara di satu sisi pengetahuannya ingin maju terus sehingga sangat rentan disusupi paham-paham semacam itu,” ujarnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1245 seconds (0.1#10.140)