65% Peta Bawah Laut Buatan Belanda
A
A
A
JAKARTA - Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) mengatakan baru 35% peta bawah laut yang berhasil diperbarui atau di-update. Sedangkan sisanya, 65% peta bawah laut Indonesia masih menggunakan peta tahun 1927 buatan Belanda.
Hal itu ditegaskan Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi Laksamana Muda Harjo Susmoro saat menggelar pertemuan dengan jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Utara di Pusdalops Pushidrosal, Jakarta Utara, Rabu (4/7/2018).
"Baru 35% pemetaan bawah laut yang sudah ter-update. Sebagian besar adalah yang memang padat lalu lintas terutama pelabuhan-pelabuhan makanya kategorinya di situ adalah confidence sudah dapat dipercaya," katanya.
Dia menyebut, 65% peta perairan yang belum ter-update itu adalah laut dalam sehingga masih menggunakan data lama buatan zaman Belanda.
"Itu jadi kewajiban Hidros untuk memberikan update karena datanya masih 1927-an. Tetapi secara kepentingan keselamatan pelayaran tidak terlalu banyak berpengaruh. Tapi ke depan kita harapkan bisa dilaksanakan survei," ucapnya.
Untuk meng-update seluruh peta bawah laut perairan Indonesia, kata dia, dibutuhkan waktu minimal 47 tahun. Artinya, hasil pemetaan yang dilakuna saat ini sudah tidak update lagi pada 47 tahun yang akan datang. "Peta laut itu, peta hidup yang perkembangannya sangat cepat," ucapnya.
Dia menilai, pemetaan bawah laut sangat penting karena merupakan kunci pintu gerbang perekonomian Indonesia. Sekaligus ujung tombak keamanan negara. "Kalau data kolom laut yang menjadi medan pertempuran bawah air sudah dikuasai asing selesai sudah. Indonesia wilayah lautnya buat pertempuran. Kalau tidak dikelola dengan baik, berdampak pada keamanan nasional," katanya.
Hal itu ditegaskan Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi Laksamana Muda Harjo Susmoro saat menggelar pertemuan dengan jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Utara di Pusdalops Pushidrosal, Jakarta Utara, Rabu (4/7/2018).
"Baru 35% pemetaan bawah laut yang sudah ter-update. Sebagian besar adalah yang memang padat lalu lintas terutama pelabuhan-pelabuhan makanya kategorinya di situ adalah confidence sudah dapat dipercaya," katanya.
Dia menyebut, 65% peta perairan yang belum ter-update itu adalah laut dalam sehingga masih menggunakan data lama buatan zaman Belanda.
"Itu jadi kewajiban Hidros untuk memberikan update karena datanya masih 1927-an. Tetapi secara kepentingan keselamatan pelayaran tidak terlalu banyak berpengaruh. Tapi ke depan kita harapkan bisa dilaksanakan survei," ucapnya.
Untuk meng-update seluruh peta bawah laut perairan Indonesia, kata dia, dibutuhkan waktu minimal 47 tahun. Artinya, hasil pemetaan yang dilakuna saat ini sudah tidak update lagi pada 47 tahun yang akan datang. "Peta laut itu, peta hidup yang perkembangannya sangat cepat," ucapnya.
Dia menilai, pemetaan bawah laut sangat penting karena merupakan kunci pintu gerbang perekonomian Indonesia. Sekaligus ujung tombak keamanan negara. "Kalau data kolom laut yang menjadi medan pertempuran bawah air sudah dikuasai asing selesai sudah. Indonesia wilayah lautnya buat pertempuran. Kalau tidak dikelola dengan baik, berdampak pada keamanan nasional," katanya.
(pur)