Kejutan Pilkada Lampu Kuning Pilpres
A
A
A
Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 yang digelar serentak di 17 provinsi, 39 kota, 115 kabupaten usai dilaku kan.
Hasil quick count (hitung cepat) yang dilakukan sejumlah survei menunjukkan kejutan bagi partai besar seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra. Bagi PDIP yang merupakan partai utama pendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), harus angkat tangan di sejumlah wilayah strategis seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara. Kader yang mereka jagokan juga mengalami kekalahan seperti di Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat. Tercatat PDIP hanya mencatatkan kemenangan di Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Di Jawa Barat, jagoan PDIP, Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan, menempati posisi buncit. Hasil hitung cepat Inews Research misalnya, menyebut pasangan tersebut hanya meraih 11,53% suara. Mereka jauh tertinggal dibanding pasangan yang diusung Partai Gerindra, PKS, dan PAN, Sudra jat-Ahmad Syaikhu, yang sukses membuat kejutan dengan meraup 30,73%; atau menempati po sisi kedua di bawah pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum. Kekalahan juga dialami pasangan yang diusung PDIP di Jawa Timur, yakni Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.
Hitung cepat yang dilakukan Poltracking, Charta Politika, maupun LSI menyebut mereka meraih sekitar 45% suara, atau kalah telak dari pesaingnya, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak. Pasangan yang diusung Partai Demokrat, NasDem, PAN, Hanura, Golkar, dan PPP itu mampu mendulang 53% suara lebih. Ganjar Pranowo, yang berpasangan dengan Taj Yasin, memang sukses memenangi pilkada Jawa Tengah.
Namun, kemenangannya meninggalkan catatan karena suara yang diraih jauh dari prediksi. Hitung cepat versi LSI, Indo Barometer, dan SMRC menyebut kemenangan jagoan PDIP tersebut tidak sampai 60%.
Di lain pihak, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang sebelumnya diperkirakan berbagai lembaga survei hanya mampu meraih maksimal 20% suara ternyata mampu mencuri dukungan lebih dari 40%. Padahal, Jawa Tengah dimafhumi sebagai kandang banteng dan basis utama pendukung Jokowi. Tak hanya PDIP, Partai Gerindra juga gagal memenangkan jagonya di sejumlah wilayah, seperti di Jawa Barat.
Pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) perolehannya meski ada peningkatan dibanding hasil sejumlah survei namun masih kalah dengan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum. Demikian juga di Jawa Tengah pasangan Sudirman-Ida tak mampu mengalahkan petahana.
Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto menilai kekalahan PDIP tersebut berimplikasi negatif bagi Jokowi karena yang diusung PDIP di pilkada otomatis masyarakat menilai calon tersebut memiliki kaitan dengan Jokowi.
“Karena Presiden RI tersebut merupakan kader PDIP. Padahal, bisa jadi pak Jokowi tidak tahu atau tidak diajak berdiskusi,” ujarnya. Raihan negatif tersebut secara spesifik menjadi warning bagi PDIP jika ingin kembali berkuasa di Pemilu 2019. Apalagi, kemenangan PDIP di beberapa daerah juga ada campur tangan partai lain yang masuk ke dalam koalisi.
“Kekalahan disebabkan karena PDIP tidak cermat dalam menempatkan kader sebagai calon seperti di Jabar dan Sumut,” ungkapnya.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi berpendapat lain. Menurut Muradi, warning atau ancaman bagi posisi Jokowi di Pilpres 2019 itu ada dua: kehilangan dukungan dari partai politik (parpol) dan tidak adanya legitimasi dari masyarakat. Sementara, Jokowi tidak mutlak hanya didukung oleh PDIP. Karena itu, lanjut Muradi, jika melihat peta politik Pilkada 2018 terlihat ada pemecahan suara.
Seperti di Jabar, Jatim, dan Jateng. Di Jabar, meskipun pasangan yang diusung PDIP kalah, tetapi yang menang (pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum) diusung oleh partai koalisi pendukung pemerintahan Jokowi. Antara lain, Partai NasDem, PPP, Hanura, dan PKB.
Di Jatim, Khofifah Indarparawansa dan Emil Dardak juga begitu, diusung oleh Partai Golkar yang merupakan sekutu rezim Jokowi. Sebagian besar pemilih Khofifah juga orang-orang NU yang pasti bisa berubah. “Posisi Jokowi di Pil pres 2019 mendatang terancam jika partai-partai koalisi itu merapat ke kubu lain, meninggalkan PDIP dan partai-partai kecil.
Kalau saya melihat (peta politik saat ini) sebaliknya. (Kekuatan mesin politik) PDIP terbatas memang iya. Namun, bukan berarti (dengan hasil pilgub serentak 2018) posisi Jokowi melemah,” kata Muradi.
PDIP membantah hasil pilkada membawa ancaman pada Jokowi pada Pilpres 2019. Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno mengatakan, pendukung Jokowi bukan hanya PDIP. Artinya, meskipun PDIP kalah di sejumlah pilgub, hal itu tidak memengaruhi Jokowi pada pilpres mendatang. Bahkan di Jawa umumnya yang memenangkan pilkada adalah partai pendukung Jokowi.
“Lho, justru yang menang di tiga provinsi di Jawa para pendukung Pak Jokowi. Jangan salah baca, koalisi pengusung Jokowi kan tidak hanya PDIP,” kata Hendrawan kepada KORAN SINDO di Jakarta tadi malam.
Bahkan, lanjut Hendrawan, hasil quick count pilkada ini membuat PDIP semakin percaya diri dan mantap untuk menyambut pileg dan pilpres. Internal PDIP juga tidak khawatir karena pada pilkada tingkat kabupaten/kota PDIP menang di banyak tempat. “Untuk tingkat provinsi kami masih menunggu hasil-hasil dari Maluku Utara dan Papua,” ujarnya.
Belum Lempar Handuk
Walaupun hampir semua lembaga survei menyatakan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum, Sudrajat- Syaikhu belum mendeklarasikan kekalahannya. Begitu pun Sudirman Said-Ida Fauziyah masih belum mengakui kekalahan dari Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Sudrajat menegaskan bahwa hasil hitung cepat bukan hasil penghitungan final dan tidak menggambarkan hasil pilkada.
Menurut dia, ada 75 ribu TPS di seluruh wilayah yang harus di hitung secara utuh. “Hasil quick count tidak merepresentasikan. Belum boleh satu pun mengklaim kemenangan berdasarkan quick count,” ujarnya di posko pemantauan quick count di Hotel Grand Preanger, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, kemarin.
Berdasar hasil hitung cepat, selisih suara mereka dengan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Umum terhitung tipis. Hasil quick count SMRC, misalnya menemukan RK-Uu meraih 32,26%, sedangkan pasangan Asyik meraih 29,58%. Adapun hasil hitung cepat LSI Denny JA menyebut RK-Uu unggul di angka 32,98%, Asyik mendulang 27,98%.
Di Jawa Tengah, Sudirman Said menyatakan pikir-pikir untuk melakukan komunikasi politik dengan rivalnya dalam kontestasi Pilgub Jateng 2018, Ganjar Pranowo. Pernyataan tersebut disampaikan Sudirman saat disinggung awak media mengenai rencana Ganjar Pranowo yang hendak bersilaturahmi dengannya saat konferensi pers di Semarang, tadi malam.
“Kalau komunikasi secara pribadi ya, tapi kalau komunikasi politik membahas Jawa Tengah ke depan saya masih pikir-pikir. Untuk itu (komunikasi politik), enggak (tidak),” ucapnya. Dia menyatakan, saat ini pihaknya masih fokus pada tahapan pelaksanaan Pilgub Jateng 2018 selanjutnya, yakni rekapitulasi suara. Sebab, tahapan tersebut merupakan penentu hasil Pilgub Jateng 2018.
“Kita ikuti proses hingga tuntas. Kami akan menjalani proses ini dengan baik dan kami sangat menghargai kerja keras tim yang telah berusaha maksimal untuk memenangkan kami,” katanya.
Ida Fauziyah juga menandaskan hitung cepat merupakan alat bantu merekam sementara perolehan suara. Karena itu, dia bersama tim pemenangan masih menunggu hasil akhir penghitungan suara secara resmi dari KPU Jateng.
“Ini (survei) kan koma, bukan titik. Kita tunggu saja hasil akhir dari KPU,” ujarnya dalam keterangan pers di Semarang kemarin. Ida memastikan bahwa partai koalisi, tim pemenangan, dan relawan masih bekerja di lapangan. “Kami masih bekerja sampai nanti ada pengumuman resmi dari KPU,” katanya.
Dari Jawa Timur, Saifullah Yusuf masih menunggu hasil kerja timnya untuk mengetahui perolehan suara. Meski begitu, dia legawa dan menghormati hasil hitung cepat dari beberapa lembaga yang merilis Kho fifah-Emil unggul. Bersama calon gubernur Jatim Puti Guntur Soekarno, Gus Ipul menyatakan bahwa timnya akan tetap bekerja untuk menghimpun dan menganalisis data.
“Malam ini kami langsung kerja. Jadi saya me nung gu tim saya bekerja. Nanti, jika sudah ada laporan dari tim, se cepatnya saya sampaikan ke publik,” kata Gus Ipul di teras halaman kediamannya di Perumahan The Gayungsari A/31, Gayungan, Surabaya, kemarin. (Agus Warsudi/ Kiswondari/Ahmad Antoni/Lukman Hakim/Inews.id/ Sindonews.com)
Hasil quick count (hitung cepat) yang dilakukan sejumlah survei menunjukkan kejutan bagi partai besar seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra. Bagi PDIP yang merupakan partai utama pendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), harus angkat tangan di sejumlah wilayah strategis seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara. Kader yang mereka jagokan juga mengalami kekalahan seperti di Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat. Tercatat PDIP hanya mencatatkan kemenangan di Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Di Jawa Barat, jagoan PDIP, Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan, menempati posisi buncit. Hasil hitung cepat Inews Research misalnya, menyebut pasangan tersebut hanya meraih 11,53% suara. Mereka jauh tertinggal dibanding pasangan yang diusung Partai Gerindra, PKS, dan PAN, Sudra jat-Ahmad Syaikhu, yang sukses membuat kejutan dengan meraup 30,73%; atau menempati po sisi kedua di bawah pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum. Kekalahan juga dialami pasangan yang diusung PDIP di Jawa Timur, yakni Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.
Hitung cepat yang dilakukan Poltracking, Charta Politika, maupun LSI menyebut mereka meraih sekitar 45% suara, atau kalah telak dari pesaingnya, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak. Pasangan yang diusung Partai Demokrat, NasDem, PAN, Hanura, Golkar, dan PPP itu mampu mendulang 53% suara lebih. Ganjar Pranowo, yang berpasangan dengan Taj Yasin, memang sukses memenangi pilkada Jawa Tengah.
Namun, kemenangannya meninggalkan catatan karena suara yang diraih jauh dari prediksi. Hitung cepat versi LSI, Indo Barometer, dan SMRC menyebut kemenangan jagoan PDIP tersebut tidak sampai 60%.
Di lain pihak, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang sebelumnya diperkirakan berbagai lembaga survei hanya mampu meraih maksimal 20% suara ternyata mampu mencuri dukungan lebih dari 40%. Padahal, Jawa Tengah dimafhumi sebagai kandang banteng dan basis utama pendukung Jokowi. Tak hanya PDIP, Partai Gerindra juga gagal memenangkan jagonya di sejumlah wilayah, seperti di Jawa Barat.
Pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) perolehannya meski ada peningkatan dibanding hasil sejumlah survei namun masih kalah dengan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum. Demikian juga di Jawa Tengah pasangan Sudirman-Ida tak mampu mengalahkan petahana.
Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto menilai kekalahan PDIP tersebut berimplikasi negatif bagi Jokowi karena yang diusung PDIP di pilkada otomatis masyarakat menilai calon tersebut memiliki kaitan dengan Jokowi.
“Karena Presiden RI tersebut merupakan kader PDIP. Padahal, bisa jadi pak Jokowi tidak tahu atau tidak diajak berdiskusi,” ujarnya. Raihan negatif tersebut secara spesifik menjadi warning bagi PDIP jika ingin kembali berkuasa di Pemilu 2019. Apalagi, kemenangan PDIP di beberapa daerah juga ada campur tangan partai lain yang masuk ke dalam koalisi.
“Kekalahan disebabkan karena PDIP tidak cermat dalam menempatkan kader sebagai calon seperti di Jabar dan Sumut,” ungkapnya.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi berpendapat lain. Menurut Muradi, warning atau ancaman bagi posisi Jokowi di Pilpres 2019 itu ada dua: kehilangan dukungan dari partai politik (parpol) dan tidak adanya legitimasi dari masyarakat. Sementara, Jokowi tidak mutlak hanya didukung oleh PDIP. Karena itu, lanjut Muradi, jika melihat peta politik Pilkada 2018 terlihat ada pemecahan suara.
Seperti di Jabar, Jatim, dan Jateng. Di Jabar, meskipun pasangan yang diusung PDIP kalah, tetapi yang menang (pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum) diusung oleh partai koalisi pendukung pemerintahan Jokowi. Antara lain, Partai NasDem, PPP, Hanura, dan PKB.
Di Jatim, Khofifah Indarparawansa dan Emil Dardak juga begitu, diusung oleh Partai Golkar yang merupakan sekutu rezim Jokowi. Sebagian besar pemilih Khofifah juga orang-orang NU yang pasti bisa berubah. “Posisi Jokowi di Pil pres 2019 mendatang terancam jika partai-partai koalisi itu merapat ke kubu lain, meninggalkan PDIP dan partai-partai kecil.
Kalau saya melihat (peta politik saat ini) sebaliknya. (Kekuatan mesin politik) PDIP terbatas memang iya. Namun, bukan berarti (dengan hasil pilgub serentak 2018) posisi Jokowi melemah,” kata Muradi.
PDIP membantah hasil pilkada membawa ancaman pada Jokowi pada Pilpres 2019. Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno mengatakan, pendukung Jokowi bukan hanya PDIP. Artinya, meskipun PDIP kalah di sejumlah pilgub, hal itu tidak memengaruhi Jokowi pada pilpres mendatang. Bahkan di Jawa umumnya yang memenangkan pilkada adalah partai pendukung Jokowi.
“Lho, justru yang menang di tiga provinsi di Jawa para pendukung Pak Jokowi. Jangan salah baca, koalisi pengusung Jokowi kan tidak hanya PDIP,” kata Hendrawan kepada KORAN SINDO di Jakarta tadi malam.
Bahkan, lanjut Hendrawan, hasil quick count pilkada ini membuat PDIP semakin percaya diri dan mantap untuk menyambut pileg dan pilpres. Internal PDIP juga tidak khawatir karena pada pilkada tingkat kabupaten/kota PDIP menang di banyak tempat. “Untuk tingkat provinsi kami masih menunggu hasil-hasil dari Maluku Utara dan Papua,” ujarnya.
Belum Lempar Handuk
Walaupun hampir semua lembaga survei menyatakan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum, Sudrajat- Syaikhu belum mendeklarasikan kekalahannya. Begitu pun Sudirman Said-Ida Fauziyah masih belum mengakui kekalahan dari Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Sudrajat menegaskan bahwa hasil hitung cepat bukan hasil penghitungan final dan tidak menggambarkan hasil pilkada.
Menurut dia, ada 75 ribu TPS di seluruh wilayah yang harus di hitung secara utuh. “Hasil quick count tidak merepresentasikan. Belum boleh satu pun mengklaim kemenangan berdasarkan quick count,” ujarnya di posko pemantauan quick count di Hotel Grand Preanger, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, kemarin.
Berdasar hasil hitung cepat, selisih suara mereka dengan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Umum terhitung tipis. Hasil quick count SMRC, misalnya menemukan RK-Uu meraih 32,26%, sedangkan pasangan Asyik meraih 29,58%. Adapun hasil hitung cepat LSI Denny JA menyebut RK-Uu unggul di angka 32,98%, Asyik mendulang 27,98%.
Di Jawa Tengah, Sudirman Said menyatakan pikir-pikir untuk melakukan komunikasi politik dengan rivalnya dalam kontestasi Pilgub Jateng 2018, Ganjar Pranowo. Pernyataan tersebut disampaikan Sudirman saat disinggung awak media mengenai rencana Ganjar Pranowo yang hendak bersilaturahmi dengannya saat konferensi pers di Semarang, tadi malam.
“Kalau komunikasi secara pribadi ya, tapi kalau komunikasi politik membahas Jawa Tengah ke depan saya masih pikir-pikir. Untuk itu (komunikasi politik), enggak (tidak),” ucapnya. Dia menyatakan, saat ini pihaknya masih fokus pada tahapan pelaksanaan Pilgub Jateng 2018 selanjutnya, yakni rekapitulasi suara. Sebab, tahapan tersebut merupakan penentu hasil Pilgub Jateng 2018.
“Kita ikuti proses hingga tuntas. Kami akan menjalani proses ini dengan baik dan kami sangat menghargai kerja keras tim yang telah berusaha maksimal untuk memenangkan kami,” katanya.
Ida Fauziyah juga menandaskan hitung cepat merupakan alat bantu merekam sementara perolehan suara. Karena itu, dia bersama tim pemenangan masih menunggu hasil akhir penghitungan suara secara resmi dari KPU Jateng.
“Ini (survei) kan koma, bukan titik. Kita tunggu saja hasil akhir dari KPU,” ujarnya dalam keterangan pers di Semarang kemarin. Ida memastikan bahwa partai koalisi, tim pemenangan, dan relawan masih bekerja di lapangan. “Kami masih bekerja sampai nanti ada pengumuman resmi dari KPU,” katanya.
Dari Jawa Timur, Saifullah Yusuf masih menunggu hasil kerja timnya untuk mengetahui perolehan suara. Meski begitu, dia legawa dan menghormati hasil hitung cepat dari beberapa lembaga yang merilis Kho fifah-Emil unggul. Bersama calon gubernur Jatim Puti Guntur Soekarno, Gus Ipul menyatakan bahwa timnya akan tetap bekerja untuk menghimpun dan menganalisis data.
“Malam ini kami langsung kerja. Jadi saya me nung gu tim saya bekerja. Nanti, jika sudah ada laporan dari tim, se cepatnya saya sampaikan ke publik,” kata Gus Ipul di teras halaman kediamannya di Perumahan The Gayungsari A/31, Gayungan, Surabaya, kemarin. (Agus Warsudi/ Kiswondari/Ahmad Antoni/Lukman Hakim/Inews.id/ Sindonews.com)
(nfl)