Bertolak ke Irak, Delegasi Indonesia Hadiri Konferensi Islam Moderat

Minggu, 24 Juni 2018 - 20:22 WIB
Bertolak ke Irak, Delegasi...
Bertolak ke Irak, Delegasi Indonesia Hadiri Konferensi Islam Moderat
A A A
JAKARTA - Delegasi Indonesia bertolak ke Baghdad, Irak, Minggu (24/6/2018). Mereka akan mengikuti Konferensi Internasional tentang Wasathiyah dan Islam Moderat.

Konferensi digelar oleh Dewan Wakaf Sunni Republik Irak. Delegasi Indonesia terdiri atas tujuh orang, yaitu Muchlis M Hanafi (Ketua Delegasi, mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag).

"Saya mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku ketua delegasi. Konferensi ini akan berlangsung dari Senin-Rabu mendatang," tutur Muchlis M Hanafi di Bandara Soekarno-Hatta menjelang bertolak ke Baghdad, Minggu (24/6/2018).

Menurut Muchlis, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mendukung upaya pembangunan kembali Irak, baik di bidang politik maupun ekonomi. "Kita berharap ke depan akan semakin erat, terutama dalam mengembangkan pemahaman keagamaan yang moderat," tutur Muchlis.

Sebagai Ketua Delegasi, Muchlis akan ikut berbicara pada konferensi tersebut. Muchlis mengaku akan menyampaikan paparan tentang dunia tanpa ISIS.

Menurut dia, setelah kekalahan ISIS di Irak dan Suriah, kini banyak negara di Eropa, Afrika dan Asia merasa dihantui oleh “arus balik” atau ‘returnis’ ISIS ke negara asal mereka. Terdesak di Irak dan Suriah, sel-sel gerakan ISIS akan menyebar di beberapa negara dengan membawa pemikiran ekstrem radikal berikut keahlian dalam menyusun strategi. Bukan tidak mungkin mereka mentransfer pemikiran dan keahliannya kepada kelompok-kelompok ekstrem di tingkat lokal.

Dalam konteks ini, Muchlis menilai perlu kerja sama internasional dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme untuk mencegah kemunculan “ISIS baru”. Paling tidak, lanjut dia, meminimalisasi dampak negatifnya dan membatasi ruang geraknya.

Menurut dia, diperlukan juga upaya meluruskan kesalahpahaman terhadap beberapa konsep dasar keislaman yang selama ini menjadi salah satu faktor kuat munculnya ekstremisme dan terorisme.
Dia menegaskan, negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk meng-counter ideologi tersebut dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kubangan pemikiran radikal.

"Semua akses menuju pemikiran radikal harus ditutup rapat-rapat. Pada saat yang sama kita juga harus bergerak mempromosikan wacana keagamaan yang moderat," tuturnya.

Melalui berbagai program, terutama pendidikan agama dan keagamaan, lanjut Muchlis, Pemerintah Indonesia dengan didukung oleh ormas-ormas Islam berkomitmen untuk terus memperkuat moderasi Islam sebagai sebuah manhaj keberagamaan. Sejak pertama kali ke Indonesia, DNA Islam Indonesia adalah tawassuth dan wasathiyyah sehingga Islam mampu berasimilasi dengan budaya lokal yang sangat beragam.

"Melalui forum ilmiah semacam ini, kita dapat berbagi pengalaman dalam mengembangkan dan memperbaharui wacana keagamaan yang lebih dinamis, harmonis dan humanis. Dengan bersatu, menghargai keragaman dan menghormati perbedaan kita akan mampu menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, tanpa ISIS," tandasnya.

Konferensi ini akan membahas empat tema besar. Pertama, peran organisasi keagamaan dalam melindungi masyarakat dari paham ekstrimisme. Kedua, perbaikan pemahaman konsep-konsep kunci dalam memerangi ekstrimisme (kewarganegaraan, jihad, loyalitas dan kebebasan, ketundukan kepada Allah, proses pemikiran dalam memahami dan memaknai ajaran Islam);

Ketiga, lingkungan sosial dan perannya dalam upaya memerangi ekstrimisme. Keempat, peran lembaga pemerintah dan organisasi sosial masyarakat dalam mencegah kebangkitan ISIS.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7170 seconds (0.1#10.140)