Dominasi PDIP di Jawa Belum Tergoyahkan
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih belum tergoyahkan di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Barat. PDIP masih menjadi jawara pada pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) 2019 mendatang. Sementara di Jawa Timur, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih mempertahankan tajinya dan di wilayah Banten diprediksi akan dikuasai Partai Gerindra.
Gambaran peta kekuatan partai politik (parpol) di wilayah Jawa dan Banten itu setidaknya bisa dilihat dari hasil survei Charta Politika Indonesia yang dirilis di Jakarta pada Rabu (6/6/2018) lalu. Dengan waktu sisa pelaksanaan Pemilu 2019 yang kurang dari satu tahun, diprediksi peta kekuatan parpol di wilayah Jawa dan Banten tidak akan banyak berubah.
Kekuatan politik di empat wilayah tersebut menarik untuk dibedah karena Jawa merupakan barometer politik nasional karena 60% lumbung suara nasional. Menilik hasil survei itu, ada beberapa pergerakan elektabilitas parpol besar yang menarik untuk disorot. Di Banten, misalnya, jika pada Pemilu 2014 lalu, PDIP keluar sebagai juara dengan meraih 989.329 suara, pada hasil survei Charta Politika dilakukan pada 23-29 Mei 2018 dominasi PDIP terancam oleh Partai Gerindra yang meraih 20,6%, disusul Golkar meraup 15,0%, sementara PDIP melorot di urutan ketiga sebanyak 14,%.
"Sayangnya, Banten ini suaranya tergolong kecil dibanding Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Selain di Banten, perolehan suara PDIP di Jawa Barat juga menarik disoroti. Memang dalam Pileg 2014 di Jabar, PDIP keluar sebagai juara dengan meraih 4.159.411 suara. Namun, pada Pilpres 2014 justru pasangan Prabowo-Hatta yang mendominasi dengan meraih suara 14.167.381 atau 59,78%. Sementara pasangan Jokowi-JK saat itu hanya mendapat suara 9.530.315 atau 40,22%.
Dalam survei terbaru, PDIP unggul jauh di Jabar dengan meraih 22,1%, disusul Gerindra 14,7%, dan Partai Golkar 11,7%. Kondisi ini linier dengan prediksi perolehan suara Pilpres 2019 jika head to head Jokowi-Prabowo. Jokowi unggul 46,1% sedangkan Prabowo 40,5%. "Inilah yang menjadi PR (pekerjaan rumah) Prabowo yang dulunya Jabar menjadi lumbung suaranya pada Pilpres 2019," tutur Yunarto.
Berbeda dengan di Jateng yang sejak dulu menjadi basis partai Moncong Putih itu. Pada Pemilu 2019 nanti, suara PDIP di Jateng bakal kembali dominan dengan perolehan suara 38,3%, disusul PKB 10,0%, dan PPP 7,1%. Yunarto menyebutkan, Jateng memang berbeda karena dari dulu selalu dimenangkan PDIP. "Wilayah Jateng ini PDIP terlalu dominan sehingga kurang kompetitif," katanya.
Sementara di Jawa Timur, PKB yang pada Pileg 2014 lalu keluar sebagai juara, pada Pileg 2019 nanti juga diprediksi bakal kembali menunjukkan dominasinya dengan memperoleh suara signifikan sebanyak 25,1%. Kemudian di urutan kedua dan ketiga masing-masing ditempati PDIP 20,3% dan Partai Gerindra 10,0%. "Jatim ini dari dulu kita kenal sebagai basisnya suara Nahdliyin sehingga politik kulturalnya sangat kuat. PKB adalah partai yang identik dengan basis suara NU," tutur Yunarto.
Survei tersebut untuk mengetahui preferensi politik masyarakat di empat provinsi di Pulau Jawa menjelang Pilgub 2018, Pilpres, dan Pileg 2019. Empat provinsi menjadi sasaran karena menjadi kunci perolehan suara. Proses pengumpulan data dilaksanakan pada 23-29 Mei 2018 melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview). Total responden mencapai 4.400 dengan rincian, 800 responden dari Provinsi Banten dan 1.200 responden masingmasing dari tiga wilayah. "Usia minimum responden 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih," katanya.
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan, ketika membaca survei ini menunjukkan ada kemajuan dari upaya Jokowi memperluas pengaruhnya. Terkait masih rendahnya elektabilitas Jokowi dan PDIP di Banten, menurut Eva, hal ini menjadi tantangan sehingga perlu kerja ekstra. "Mungkin karena belum banyak proyek di Banten yang bisa dikapitalisasi menjadi pendongkrak suara. Mungkin Pak Jokowi harus banyak kunjungan seperti dilakukan di Jabar dan dialog. Perlu ada strategi khusus untuk menggarap tokoh-tokoh di Banten," katanya.
Gambaran peta kekuatan partai politik (parpol) di wilayah Jawa dan Banten itu setidaknya bisa dilihat dari hasil survei Charta Politika Indonesia yang dirilis di Jakarta pada Rabu (6/6/2018) lalu. Dengan waktu sisa pelaksanaan Pemilu 2019 yang kurang dari satu tahun, diprediksi peta kekuatan parpol di wilayah Jawa dan Banten tidak akan banyak berubah.
Kekuatan politik di empat wilayah tersebut menarik untuk dibedah karena Jawa merupakan barometer politik nasional karena 60% lumbung suara nasional. Menilik hasil survei itu, ada beberapa pergerakan elektabilitas parpol besar yang menarik untuk disorot. Di Banten, misalnya, jika pada Pemilu 2014 lalu, PDIP keluar sebagai juara dengan meraih 989.329 suara, pada hasil survei Charta Politika dilakukan pada 23-29 Mei 2018 dominasi PDIP terancam oleh Partai Gerindra yang meraih 20,6%, disusul Golkar meraup 15,0%, sementara PDIP melorot di urutan ketiga sebanyak 14,%.
"Sayangnya, Banten ini suaranya tergolong kecil dibanding Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Selain di Banten, perolehan suara PDIP di Jawa Barat juga menarik disoroti. Memang dalam Pileg 2014 di Jabar, PDIP keluar sebagai juara dengan meraih 4.159.411 suara. Namun, pada Pilpres 2014 justru pasangan Prabowo-Hatta yang mendominasi dengan meraih suara 14.167.381 atau 59,78%. Sementara pasangan Jokowi-JK saat itu hanya mendapat suara 9.530.315 atau 40,22%.
Dalam survei terbaru, PDIP unggul jauh di Jabar dengan meraih 22,1%, disusul Gerindra 14,7%, dan Partai Golkar 11,7%. Kondisi ini linier dengan prediksi perolehan suara Pilpres 2019 jika head to head Jokowi-Prabowo. Jokowi unggul 46,1% sedangkan Prabowo 40,5%. "Inilah yang menjadi PR (pekerjaan rumah) Prabowo yang dulunya Jabar menjadi lumbung suaranya pada Pilpres 2019," tutur Yunarto.
Berbeda dengan di Jateng yang sejak dulu menjadi basis partai Moncong Putih itu. Pada Pemilu 2019 nanti, suara PDIP di Jateng bakal kembali dominan dengan perolehan suara 38,3%, disusul PKB 10,0%, dan PPP 7,1%. Yunarto menyebutkan, Jateng memang berbeda karena dari dulu selalu dimenangkan PDIP. "Wilayah Jateng ini PDIP terlalu dominan sehingga kurang kompetitif," katanya.
Sementara di Jawa Timur, PKB yang pada Pileg 2014 lalu keluar sebagai juara, pada Pileg 2019 nanti juga diprediksi bakal kembali menunjukkan dominasinya dengan memperoleh suara signifikan sebanyak 25,1%. Kemudian di urutan kedua dan ketiga masing-masing ditempati PDIP 20,3% dan Partai Gerindra 10,0%. "Jatim ini dari dulu kita kenal sebagai basisnya suara Nahdliyin sehingga politik kulturalnya sangat kuat. PKB adalah partai yang identik dengan basis suara NU," tutur Yunarto.
Survei tersebut untuk mengetahui preferensi politik masyarakat di empat provinsi di Pulau Jawa menjelang Pilgub 2018, Pilpres, dan Pileg 2019. Empat provinsi menjadi sasaran karena menjadi kunci perolehan suara. Proses pengumpulan data dilaksanakan pada 23-29 Mei 2018 melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview). Total responden mencapai 4.400 dengan rincian, 800 responden dari Provinsi Banten dan 1.200 responden masingmasing dari tiga wilayah. "Usia minimum responden 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih," katanya.
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan, ketika membaca survei ini menunjukkan ada kemajuan dari upaya Jokowi memperluas pengaruhnya. Terkait masih rendahnya elektabilitas Jokowi dan PDIP di Banten, menurut Eva, hal ini menjadi tantangan sehingga perlu kerja ekstra. "Mungkin karena belum banyak proyek di Banten yang bisa dikapitalisasi menjadi pendongkrak suara. Mungkin Pak Jokowi harus banyak kunjungan seperti dilakukan di Jabar dan dialog. Perlu ada strategi khusus untuk menggarap tokoh-tokoh di Banten," katanya.
(amm)