Pemilu 2019 Diharapkan Bisa Bebas dari Informasi Hoaks
A
A
A
JAKARTA - Musuh terbesar politik Indonesia hari ini adalah kabar bohong atau hoaks yang merajalela. Demikian pernyataan Ketua Tim Komunikasi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Andy Budiman.
Sebelum dimintai keterangan sebagai saksi kasus laporan PSI atas akun di Twitter yang melontarkan fitnah kepada Ketua Umum (Ketum) PSI, Grace Natalie.
"Jika para penyebar kabar bohong tidak segera ditangkap, maka akan mengancam pemilu lewat berbagai fitnah dan disinformasi yang mereka sebarkan melalui hoaks," kata Andy yang dimintai keterangan bersama Ketua DPP PSI Tsamara Amany di Polda Metro Jaya, Senin (11/6/2018).
Lewat hoaks, para politikus hitam memanipulasi informasi dan menyebabkan para pemilih keliru dalam menentukan pilihan di kotak suara, kata Andy yang juga Caleg PSI untuk Jatim I ini.
"PSI mendukung kepolisian menangkap semua penyebar hoaks sesegera mungkin agar Pemilu 2019 berlangsung tenang dan semua kandidat bersaing dengan program dan data, bukan berdasarkan fitnah atau SARA," lanjut Andy.
Hoaks tumbuh subur karena terjadinya hukum permintaan dan penawaran. Di satu sisi para politikus hitam tak bisa bersaing lewat program dan gagasan, karena itu mereka membutuhkan hoaks untuk membolak-balik kebenaran.
"Situasi ini mendorong munculnya para penyedia jasa atau produsen hoax. Praktik politik kotor seperti ini harus dihentikan. Caranya adalah dengan menangkap para penyebar hoaks di media sosial," pungkas Andy.
Sebelum dimintai keterangan sebagai saksi kasus laporan PSI atas akun di Twitter yang melontarkan fitnah kepada Ketua Umum (Ketum) PSI, Grace Natalie.
"Jika para penyebar kabar bohong tidak segera ditangkap, maka akan mengancam pemilu lewat berbagai fitnah dan disinformasi yang mereka sebarkan melalui hoaks," kata Andy yang dimintai keterangan bersama Ketua DPP PSI Tsamara Amany di Polda Metro Jaya, Senin (11/6/2018).
Lewat hoaks, para politikus hitam memanipulasi informasi dan menyebabkan para pemilih keliru dalam menentukan pilihan di kotak suara, kata Andy yang juga Caleg PSI untuk Jatim I ini.
"PSI mendukung kepolisian menangkap semua penyebar hoaks sesegera mungkin agar Pemilu 2019 berlangsung tenang dan semua kandidat bersaing dengan program dan data, bukan berdasarkan fitnah atau SARA," lanjut Andy.
Hoaks tumbuh subur karena terjadinya hukum permintaan dan penawaran. Di satu sisi para politikus hitam tak bisa bersaing lewat program dan gagasan, karena itu mereka membutuhkan hoaks untuk membolak-balik kebenaran.
"Situasi ini mendorong munculnya para penyedia jasa atau produsen hoax. Praktik politik kotor seperti ini harus dihentikan. Caranya adalah dengan menangkap para penyebar hoaks di media sosial," pungkas Andy.
(maf)