Faktor Miskin dan Pendidikan Dinilai Bukan Pengaruh Aksi Teror
A
A
A
JAKARTA - Direktur Wahid Foundation, Zannuba Ariffah Chafsoh menemukan fakta baru bahwa tindakan radikal dan aksi terorisme tak dipengaruhi atau tak memiliki korelasi dengan masalah kemiskinan dan pendidikan.
Hal ini terbukti dari para pelaku terorisme khususnya pelaku bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan keluargnya, Dita Supriyanto yang dikenal keluarga berkecukupan.
"Selama ini diasumsikan kemiskinan, pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan radikal, terbukti tidak terkorelasi," ujar perempuan yang akrab disapa Yenny Wahid ini dalam diskusi 'Setelah Mako Brimob, Bom Surabaya' di Rumah Pergerakan Gus Dur, Menteng, Jakarta, Senin (15/5/2018).
Lalu apa saja faktor yang mempengaruhi sehingga pelaku teror nekat melakukan aksinya? Putri mendiang Presiden keempat Abdurrahman Wahid menjelaskan, antara lain faktor kegelisahan, teralienasi, dan frustasi mendorong para pelaku memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dan bertindak ekstrem.
"Ini bukan hanya pada kelompok agama tapi semua kelompok. Semua materi yang mengajarkan kebencian punya andil besar. Tidak terkontrolnya kelompok-kelompok ini," ungkapnya.
Yenny mencermati rasa frustasi dan teralienasi kemudian diluapkan melalui pencarian jati diri untuk bergabung dengan organisasi yang dianggap menyebarkan paham radikal dan menjanjikan jalan pintas dalam memberikan sesuatu.
"Intoleran pintu gerbang terorisme, tapi bukan berarti intoleransi pasti akan menjadi teroris. Makin tinggi intoleransi, makin tinggi kemungkinan jadi radikal," pungkasnya.
Hal ini terbukti dari para pelaku terorisme khususnya pelaku bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan keluargnya, Dita Supriyanto yang dikenal keluarga berkecukupan.
"Selama ini diasumsikan kemiskinan, pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan radikal, terbukti tidak terkorelasi," ujar perempuan yang akrab disapa Yenny Wahid ini dalam diskusi 'Setelah Mako Brimob, Bom Surabaya' di Rumah Pergerakan Gus Dur, Menteng, Jakarta, Senin (15/5/2018).
Lalu apa saja faktor yang mempengaruhi sehingga pelaku teror nekat melakukan aksinya? Putri mendiang Presiden keempat Abdurrahman Wahid menjelaskan, antara lain faktor kegelisahan, teralienasi, dan frustasi mendorong para pelaku memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dan bertindak ekstrem.
"Ini bukan hanya pada kelompok agama tapi semua kelompok. Semua materi yang mengajarkan kebencian punya andil besar. Tidak terkontrolnya kelompok-kelompok ini," ungkapnya.
Yenny mencermati rasa frustasi dan teralienasi kemudian diluapkan melalui pencarian jati diri untuk bergabung dengan organisasi yang dianggap menyebarkan paham radikal dan menjanjikan jalan pintas dalam memberikan sesuatu.
"Intoleran pintu gerbang terorisme, tapi bukan berarti intoleransi pasti akan menjadi teroris. Makin tinggi intoleransi, makin tinggi kemungkinan jadi radikal," pungkasnya.
(maf)