Mengenal Hellen Kurniati, Perempuan Pemberani Peneliti Buaya

Sabtu, 21 April 2018 - 13:48 WIB
Mengenal Hellen Kurniati, Perempuan Pemberani Peneliti Buaya
Mengenal Hellen Kurniati, Perempuan Pemberani Peneliti Buaya
A A A
JAKARTA - Pekerjaan terkait binatang buas seperti buaya, biasanya hanya dilakukan kaum pria. Namun, di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ada peneliti perempuan yang sangat berani menjadikan buaya sebagai subjek penelitiannya.

Wanita tangguh itu bernama Hellen Kurniati, yang bergabung dengan LIPI sejak 1988. Dia kini berstatus sebagai peneliti herpetologist Pusat Penelitian Biologi LIPI. "Saya mulai bekerja di lab itu hanya karena cuma satu orang yang mau di situ. Syaratnya juga harus berani pegang ular, kodok, kadal, hingga buaya," kata Hellen saat diskusi Wanita Tangguh dalam Iptek Bangsa di kantor LIPI Jakarta.

Wanita tangguh kelahiran Jakarta ini mengaku tidak pernah didampingi pawang buaya ketika observasi di lapangan. Kata dia, waktu terbaik untuk meneliti buaya adalah malam hari. Syarat utamanya adalah memakai perahu dan dayung, sebab jika memakai perahu bermesin tidak akan ada buaya yang muncul ke permukaan.

Kata dia, ada tiga jenis buaya yang beredar di Indonesia, yakni Crocodylus nova e guineae yang banyak ditemui di Papua dan Papua Barat, Tomis toma schlegelii di Sumatera, dan buaya yang paling banyak habitatnya di seluruh Indonesia adalah buaya muara dengan nama latin Cro codylus porosus. Dalam sebuah penelitian tentang buaya, Hellen pernah menelusuri Sungai Mamberamo di Papua selama tiga pekan. Total panjang sungai yang harus diarungi mencapai 320 kilometer. "Pulang-pulang saya (kena) malaria," katanya.

Sementara saat observasi di sungai dia mengaku belum pernah digigit. Kata dia, buaya itu sebenarnya penakut. Hanya dengar suara mesin perahu meraung saja dia tidak akan mau menampakkan anggota tubuhnya ke permukaan. Namun dia mengaku, dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini tren konflik buaya dan manusia meningkat.

"Di NTT ada 24 korban lebih manusia diserang buaya. Kalau di Pulau Timor itu buayanya di laut karena kurang makan. Dia menyerang orang yang mancing, tengah mencari udang, dan yang sedang panen rumput laut," katanya.

Sebenarnya tidak hanya Hellen yang menjadi srikandi peneliti di LIPI. Ada Maria Margaretha Yulianti yang bergabung dengan LIPI sejak 1986 serta fokus pada penelitian Spectroscopy dan pengembangan laser. Selain itu, juga ada Mutia Dewi Yuniati yang menjadi sosok peneliti mudah di LIPI sejak 2006. Mutia meraih gelar Doktor Mineral Processing, Recycling and Enviromental Remediation Laboratory dari Department of Earth Resources Engineering di Kyushu University Jepang pada 2015.

Total peneliti perempuan di LIPI hingga saat ini mencapai 779 peneliti atau 45,5% dari total populasi peneliti di LIPI. Sementara itu, ada 111 perempuan atau 31% yang me megang jabatan struktural.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8426 seconds (0.1#10.140)