Antisipasi Serangan Teror, BNPT Beri Masukan ke Inasgoc
A
A
A
JAKARTA - Indonesia akan menjadi penyelenggaraan pesta olah raga Asian Games 2018. Ajang yang akan digelar pada 18 Agustus-2 September 2018 mendatang akan menjadi ajang pertaruhan gengsi bagi Indonesia.
Berbagai cara akan dipergunakan agar event tersebut bisa berjalan lancar tanpa adanya gangguan apapun termasuk gangguan keamanan.
Pada event-event besar berskala internasional, selalu saja ada potensi gangguan keamanan, termasuk event seperti Asian Games. Salah satu yang menjadi perhatian dalam ajang Asian Games nanti salah satunya ancaman terorisme.
Ancaman terorisme yang selama ini sudah menjadi ancaman global itu bukan tidak mungkin akan terjadi di ajang pesta olahraga seperti yang pernah terjadi di luar negeri beberapa tahun lalu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengungkapkan, keamanan Asian Games 2018 yang akan digelar di DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Banten tentunya menjadi fokus perhatian.
BNPT tidak ingin pesta olahraga terbesar di Asia tersebut dinodai dengan aksi-aksi teror yang bisa mengancam keselamatan atlet dan tamu.
Agar ajang tersebut dapat berjalan dengan sukses dan aman serta untuk mengantisipasi ancaman terorisme, Panitia Pelaksana Asian Games 2018/ Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committe (Inasgoc) mengundang Kepala BNPT beserta jajarannya untuk berbagi informasi mengenai potensi dan mengantisipasi ancaman terorisme yang dapat saja terjadi di ajan gtersebut.
“Kita dari BNPT memberikan penjelasan kepada Inasgoc dengan seluruh tim di sini mengenai bagaimana langkah-langkah untuk mengantisipasi kemunginan serangan teror dan sebagainya. Karena bagaimanapun juga yang namanya even-even internasional termasuk cabang olahraga menjadi sasaran dari orang-orang yang tidak sepaham dengan itu,” tutur Suhardi seperti dalam siaran pers BNPT, Rabu (4/4/2018).
Pertemuan BNPT dengan Inasgoc digelar di Gedung Serba Guna, Senayan, Jakarta, Senin lalu. Suhardi menjelaskan, selama ini pihaknya sudah melakukan studi banding ke Korea Selatan, yang mana negara tersebut sudah pernah menjadi tuan rumah Asian Games 2014 lalu di Incheon dan yang juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2018 di Pyeongchang.
“Di sana, saya melihat bagaimana mereka melakukan antisipasi agar serangan teror itu tidak terjadi selama pelaksanaan. Dan hasil studi banding itu yang menjadi dasar kita untuk kita sharing kepada panitia Asian Games 2018 yang akan digelar di Indonesia pada Agustus nanti,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurut dia, lokasi-lokasi yang menjadi titik berkumpul para atlet dan official negara peserta seperti lokasi penginapan dan tempat pertandingan akan diperketat dan menjadi salah satu lokasi fokus pengamanan.
“Baik itu di Jakarta atau Palembang, pengamanan betul-betul kita utamakan untuk mengantisipasi adanya ancaman aksi teror oleh kelompok tertentu,” kata Kepala BNPT.
Untuk itu menurut mantan Kapolda Jawa Barat ini, dalam dua pekan mendatang pihaknya bersama Inasgoc akan kembali melakukan pertemuan untuk membicarakan mengenai langkah-langkah nyata untuk bisa mengaplikasikan mengenai bagaimana cara mengantisipasi agar ancaman teror itu tidak terjadi.
“Bukan hanya sebagai tataran konsep tetapi juga implementasi bagaimana cara mengantisipasinya
Berbagai cara akan dipergunakan agar event tersebut bisa berjalan lancar tanpa adanya gangguan apapun termasuk gangguan keamanan.
Pada event-event besar berskala internasional, selalu saja ada potensi gangguan keamanan, termasuk event seperti Asian Games. Salah satu yang menjadi perhatian dalam ajang Asian Games nanti salah satunya ancaman terorisme.
Ancaman terorisme yang selama ini sudah menjadi ancaman global itu bukan tidak mungkin akan terjadi di ajang pesta olahraga seperti yang pernah terjadi di luar negeri beberapa tahun lalu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengungkapkan, keamanan Asian Games 2018 yang akan digelar di DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Banten tentunya menjadi fokus perhatian.
BNPT tidak ingin pesta olahraga terbesar di Asia tersebut dinodai dengan aksi-aksi teror yang bisa mengancam keselamatan atlet dan tamu.
Agar ajang tersebut dapat berjalan dengan sukses dan aman serta untuk mengantisipasi ancaman terorisme, Panitia Pelaksana Asian Games 2018/ Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committe (Inasgoc) mengundang Kepala BNPT beserta jajarannya untuk berbagi informasi mengenai potensi dan mengantisipasi ancaman terorisme yang dapat saja terjadi di ajan gtersebut.
“Kita dari BNPT memberikan penjelasan kepada Inasgoc dengan seluruh tim di sini mengenai bagaimana langkah-langkah untuk mengantisipasi kemunginan serangan teror dan sebagainya. Karena bagaimanapun juga yang namanya even-even internasional termasuk cabang olahraga menjadi sasaran dari orang-orang yang tidak sepaham dengan itu,” tutur Suhardi seperti dalam siaran pers BNPT, Rabu (4/4/2018).
Pertemuan BNPT dengan Inasgoc digelar di Gedung Serba Guna, Senayan, Jakarta, Senin lalu. Suhardi menjelaskan, selama ini pihaknya sudah melakukan studi banding ke Korea Selatan, yang mana negara tersebut sudah pernah menjadi tuan rumah Asian Games 2014 lalu di Incheon dan yang juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2018 di Pyeongchang.
“Di sana, saya melihat bagaimana mereka melakukan antisipasi agar serangan teror itu tidak terjadi selama pelaksanaan. Dan hasil studi banding itu yang menjadi dasar kita untuk kita sharing kepada panitia Asian Games 2018 yang akan digelar di Indonesia pada Agustus nanti,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurut dia, lokasi-lokasi yang menjadi titik berkumpul para atlet dan official negara peserta seperti lokasi penginapan dan tempat pertandingan akan diperketat dan menjadi salah satu lokasi fokus pengamanan.
“Baik itu di Jakarta atau Palembang, pengamanan betul-betul kita utamakan untuk mengantisipasi adanya ancaman aksi teror oleh kelompok tertentu,” kata Kepala BNPT.
Untuk itu menurut mantan Kapolda Jawa Barat ini, dalam dua pekan mendatang pihaknya bersama Inasgoc akan kembali melakukan pertemuan untuk membicarakan mengenai langkah-langkah nyata untuk bisa mengaplikasikan mengenai bagaimana cara mengantisipasi agar ancaman teror itu tidak terjadi.
“Bukan hanya sebagai tataran konsep tetapi juga implementasi bagaimana cara mengantisipasinya
(dam)