Dipecat IDI, Terawan Dibela Banyak Tokoh

Rabu, 04 April 2018 - 07:53 WIB
Dipecat IDI, Terawan Dibela Banyak Tokoh
Dipecat IDI, Terawan Dibela Banyak Tokoh
A A A
JAKARTA - Siapa tidak pernah dengar nama Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto SpRad(K)? Dokter Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto tersebut begitu tenar berkat metode cuci otak untuk mengatasi penyakit yang menyerang syaraf seperti stroke.

Kemarin namanya menjadi pusat perbincangan khalayak ramai karena mendapatkan sanksi pemecatan sementara per 26 Februari 2018 hingga 25 Februari 2019 dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

Dia dipecat karena dianggap melakukan pelanggaran etika kedokteran karena praktik kedokteran yang dilakukannya. Bukan hanya itu, MKEK PB IDI juga mencabutkan izin praktiknya. Surat pemecatan dan pencabutan izin praktik yang ditandatangani Ketua MKEK IDI Prio Sidipratomo dalam surat PB IDI yang diperuntukkan ke Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Seluruh Indonesia (PDSRI) tertanggal 23 Maret 2018.

Kabar pemecatan itu tentu sangat menggemparkan, terutama di dunia maya. Sebagian besar mencibir keputus an IDI tersebut. Reaksi ini muncul karena Terawan yang kini menjabat kepala RSPAD tersebut sudah banyak menolong ribuan pasien. Karena kehebatan metodenya tersebut pasiennya pun harus antre berbulan-bulan untuk mendapatkan penangannya.

Pasiennya pun bukan sembarang. Sejumlah tokoh nasional pernah menjadi pasiennya. Mereka diantaranya Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Keenam Try Sutrisno, mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendro priyono, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan Menkumham Yusril Ihza Mahendra dan lainnya.

Di antara yang bereaksi atas pemecatan Terawan adalah sejumlah tokoh nasional yang pernah mendapat penanganannya. Diantaranya mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Ical, misalnya, melalui Instragram menyayangkan pemecatan itu karena Terawan telah menolong, baik mencegah maupun mengobati, puluhan ribu penderita stroke, termasuk dirinya.

“Inilah mengapa saya perlu ikut membela dia. Orang yang dengki terhadap keberhasilan orang lain, adalah orang yang tak pandai mensyukuri, bahwa Allah telah memberikan kelebihan pada siapa pun yang dikehendakinya.”

Tidak lupa Ical menyertakan tanda pagar #SaveDokterTerawan di Instagram dan melanjutkan, “Mudah-mudahan KASAD sebagai atasannya dapat mengizinkan dr Terawan membela diri.”

Mahfud MD menilai metode pengobatan dokter Terawan sudah memberi manfaat bagi orang banyak. Dia berharap kasus itu selesai dengan baik. “Saya bukan dokter. Mungkin saja pemecatan dokter Terawan oleh IDI benar. Tetapi saya dan istri pernah berobat kepada dr. Terawan dan hasilnya terasa baik. Mudah-mudahan semua berakhir baik,” katanya.

Dave Laksono, politisi muda Partai Golkar yang juga putra tokoh gaek partai berlambang beringin tersebut, Agung Laksono, juga bereaksi atas langkah IDI.

Dia menyebut Terawan telah berhasil menyelamatkan ribuan nyawa manusia, termasuk sejumlah keluarganya. “Kenapa IDI hanya memberi sanksi tanpa solusi? #SaveDokterTerawan,” katanya.

Menurut dia, IDI justru harus berbenah diri untuk dapat menyediakan akses kesehatan yang baik untuk masyarakat. “IDI harusnya ngurusin kenapa orang Indonesia banyak berobat ke luar negeri, Ada dokter yang banyak menyembuhkan pasien seperti dokter Terawan malah di pecat#savedrterawan,” sebutnya.

Sementara itu, ketua IDI terpilih, Daeng M Faqih, menandaskan, putusan pemecatan sementara terhadap Terawan merupakan wewenang MKEK dan apa pun hasilnya tidak boleh diintervensi oleh siapa pun. “Secepatnya pengurus IDI akan melakukan koordinasi internal karena kasus ini sudah menjadi konsumsi publik,” ujarnya saat dikonfirmasi KORAN SINDO kemarin.

Dia mempersilakan Terawan melakukan klarifikasi dan pembelaan diri sesuai per aturan yang ada. “Silakan meng ajukan permintaan forum untuk pembelaan diri. Yang perlu digarisbawahi, hal ini sebe nar nya masalah internal organisasi terkait aturan etika-etika, kepantasan dan kepatutan dalam rumah tangga profesi dokter dan sebenarnya bukan untuk konsumsi publik,’’ katanya.

Ketua IDI DKI Jakarta Slamet Budiarto menjelaskan, proses pemecatan seorang dokter dari keanggotaan IDI tidaklah singkat. Ada proses panjang yang dilalui, seperti meninjau ulang rekomendasi dari MKEK. Namun, keputusan ada ditangan ketua umum PB IDI.

Baru setelah ada putusan, PB IDI menyampaikan ke IDI Wilayah DKI Jakarta dan diteruskan ke IDI Wilayah Cabang Jakarta Pusat, untuk dilakukan eksekusi.

“MKEK kan memberi rekomendasi kepada Ketua Umum IDI. Kemudian terserah (Ketua Umum IDI) mau direviu atau langsung (diputuskan), itu hak prerogatif PB IDI karena dia yang bertanggung jawab. Setelah itu baru diserahkan ke saya, Ketua IDI DKI,” kata Budiarto.

Dari DPR, Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf Effendi meminta semua pihak menghormati rekomendasi MKEK. Dalam pandangannya, kebijakan merupakan penegakan aturan profesi, bukan pada kepentingan pelayanan ke pada rakyat.

“Saya berharap kasus yang menimpa dokter Terawan dapat dilalui oleh Terawan dengan baik. Tentu, dokter Terawan juga harus diberi kesempatan untuk klarifikasi dan membela diri secara mekanisme organisasi,” ujarnya.

Menyembuhkan Banyak Orang
“Buat saya dia dokter yang mengembalikan ‘cahaya’ ke keluarga.” Pernyataan ini merupakan testimoni Fitri Oktarini yang suaminya berhasil sembuh dari stroke setelah ditangani Terawan.

“Suami akhir nya di DSA, otak nya dicuci, bahasa orang awam. Alhamdulillah, sampai hari ini dia bisa mendampingi anak-anak,” ujar Fitri.

Yusril Ihza Mahendra juga pernah membuat testimoni. Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang yang juga mantan menteri sekretaris negara itu menjalani perawatan pada September 2013 silam karena keluhan sakit kepala. Setelah menjalani perawatan di se buah rumah sakit dia memutuskan menemui Terawan.

“Tim dokter putuskan ambil tindakan cepat karena mereka mengetahui ada dua saluran darah ke otak mengalami penyumbatan. Akibatnya oksigen yang masuk ke otak juga di bawah normal,” kata pakar hukum tata negara ini.

Menurut Yusril, tindakan darurat dilakukan kurang dari satu jam. Dua pembuluh darah ke otak yang tersumbat dibersihkan, lalu darah dan oksigen kembali normal.

Hebatnya, selama tindakan itu Yusril mengaku dalam kondisi sadar sepenuhnya. Digital substraction angiography (DSA) atau dalam bahasa awam disebut metode cuci otak memang tidak dikenal di ranah medis.

Metode ini di perkenalkan dan dikembangkan oleh Terawan. Sejak awal metode ini dipertanyakan beberapa pihak karena banyak yang beranggapan belum ilmiah dan tidak dilakukan oleh ahlinya.

Faktanya, metode ini sukses menyembuhkan penderita stroke ringan ataupun berat. “Brain washing atau cuci otak itu tidak ada dalam istilah medis, yang dikenal itu DSA yang kami modifikasidengantujuanun tuk meningkatkan ke amanan bagi pasien, ke aman an dari radiasi, dari ancaman pada ginjalnya maupun keamanan dari teknik tindakannya,” ucap Terawan, saat menerima penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting( HSC) di HotelBorobudur, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Terawan memastikan sejauh ini metode DSA yang telah dikembangkannya belum ada efek samping. Kendati demikian, dia mengaku tetap terus mewaspadai segala kemungkinan.

“Dalam melaku kan teknik DSA ini, semua tindakan medis dilakukan secara terbuka, siapa pun dapat memantaunya melalui monitor, termasuk keluar ga pasien,” paparnya.

Metode yang juga disebut brainflushing ini merupakan karya Terawan yang tertuang dalam disertasinya saat menyelesaikan program doktor di Universitas Hassanudin dengan tajuk “Efek Intra Arterial Heparin Flushing terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis”. Berkat metode tersebut Terawan mendapatkan sejumlah penghargaan.

Di antaranya penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting dan dua rekor Muri sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program DSA terbanyak. Karena kepakarannya itu pula Terawan pernah diper caya menjadi anggota tim dokter kepresidenan, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, Ketua World Inter national Committee of Military Medicine, Ketua ASEAN Association of Radiology, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPYo). (Neneng Zubaedah/ Iman Firmansyah/Inews.id)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4723 seconds (0.1#10.140)