Prabowo Subianto: Sistem Ekonomi Neoliberal Itu Keliru
A
A
A
DEPOK - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan sistem ekonomi neoliberal tidak memberikan kesejahteraan pada rakyat. Sistem ekonomi neoliberal adalah keliru.
“Saya pernah bicara tentang sistem ekonomi neoliberal (Neolib) tapi tidak didengar,” kata Prabowo di hadapan ribuan kader dan simpatisan Partai Gerindra Depok, Minggu (1/4/2018).
Prabowo menuturkan, sistem ekonomi neoliberal sangat tidak berpihak dengan rakyat kalangan bawah di Indonesia. Yang disebut tetesan menetes ke bawah oleh teori trickle down effect itu tidak pernah terjadi. “Yang kaya makin kaya. Kekayaan tidak menetes ke bawah,” ucapnya.
Dalam ruh partai yang didirikan sejak tahun 2008 lalu, lanjut Prabowo, dengan tegas menolak sistem neoliberal. “Gerindra dalam manifestonya sejak partai dibentuk pada 2008 lalu tegas menolak sistem neolib karena meningkatkan kesenjangan pendapatan,” tuturnya.
Pada zaman Orde Baru, Prabowo mengaku sempat menganut sistem ekonomi neoliberal. Alasannya saat itu, sistem tersebut akan meningkatkan kekayaan masyarakat dari seorang kapitalis.
"Apa itu neolib, zaman Orde baru dulu diujungnya percaya dengan neolib. Bahwa ekonomi yang kaya hanya segelintir enggak apa yang kaya 1%, karena nanti menurut ilmu neolib dari yang kaya 1% akan menetes ke bawah," paparnya.
Tapi sistem ekonomi neoliberal mempunyai masalah, Prabowo menungkapkan, menurut teori ahli ekonomi John Maynard Keynes sistem neoliberal tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Jika kekayaan kapitalis dapat menetes ke bawah.
“Masalahnya adalah tokoh-tokoh ahli ekonomi barat sudah mengkritik dia mengatakan juga waktu itu. Masalahnya menetes ke bawahnya kapan sedangkan John Maynard Keynes ahli ekonomi terkenal di barat mengatakan jika menetes ke bawahnya, kita sudah mati semua alias tidak ada netes ke bawah. Karena orang kalau sudah kaya dia pengin kaya lagi. Kapitalisme artinya harus ada modal dengan modal kita bisa dapat modal lebih besar lagi,” ujarnya.
“Saya pernah bicara tentang sistem ekonomi neoliberal (Neolib) tapi tidak didengar,” kata Prabowo di hadapan ribuan kader dan simpatisan Partai Gerindra Depok, Minggu (1/4/2018).
Prabowo menuturkan, sistem ekonomi neoliberal sangat tidak berpihak dengan rakyat kalangan bawah di Indonesia. Yang disebut tetesan menetes ke bawah oleh teori trickle down effect itu tidak pernah terjadi. “Yang kaya makin kaya. Kekayaan tidak menetes ke bawah,” ucapnya.
Dalam ruh partai yang didirikan sejak tahun 2008 lalu, lanjut Prabowo, dengan tegas menolak sistem neoliberal. “Gerindra dalam manifestonya sejak partai dibentuk pada 2008 lalu tegas menolak sistem neolib karena meningkatkan kesenjangan pendapatan,” tuturnya.
Pada zaman Orde Baru, Prabowo mengaku sempat menganut sistem ekonomi neoliberal. Alasannya saat itu, sistem tersebut akan meningkatkan kekayaan masyarakat dari seorang kapitalis.
"Apa itu neolib, zaman Orde baru dulu diujungnya percaya dengan neolib. Bahwa ekonomi yang kaya hanya segelintir enggak apa yang kaya 1%, karena nanti menurut ilmu neolib dari yang kaya 1% akan menetes ke bawah," paparnya.
Tapi sistem ekonomi neoliberal mempunyai masalah, Prabowo menungkapkan, menurut teori ahli ekonomi John Maynard Keynes sistem neoliberal tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Jika kekayaan kapitalis dapat menetes ke bawah.
“Masalahnya adalah tokoh-tokoh ahli ekonomi barat sudah mengkritik dia mengatakan juga waktu itu. Masalahnya menetes ke bawahnya kapan sedangkan John Maynard Keynes ahli ekonomi terkenal di barat mengatakan jika menetes ke bawahnya, kita sudah mati semua alias tidak ada netes ke bawah. Karena orang kalau sudah kaya dia pengin kaya lagi. Kapitalisme artinya harus ada modal dengan modal kita bisa dapat modal lebih besar lagi,” ujarnya.
(whb)