Antisipasi Ancaman, Indonesia Harus Mampu Baca Kondisi di 2030
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengutip prediksi para ahli di luar negeri yang menyatakan Indonesia tidak akan ada lagi pada tahun 2030 dinilai sebuah peringatan agar lebih waspada atau tidak meremehkan persoalan bangsa.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, ancaman di masa mendatang baik faktual maupun potensial, dibedakan menurut bentuk dan sifatnya. Menurut bentuknya, maka ada ancaman militer dan ancaman nonmiliter.
"Menurut sifatnya, maka ada ancaman militer itu sendiri dan ancaman nir militer. Kompleksitas bentuk dan sifat ancaman menuntut Bangsa Indonesia menyusun strategi hybrid untuk mengantisipasinya," kata Susaningtyas, Sabtu (24/3/2018).
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menegaskan, Indonesia harus mampu berimajinasi membayangkan Indonesia di tahun 2030, sehingga mampu menuangkan strategi yang yang kreatif dan inovatif.
"Sebagai contoh imajinasi para penulis Ghost Fleet dalam novel fiksinya. Para penulis membayangkan ada perang dunia di masa mendatang dengan skenario ada kelompok negara yang menang dan ada kelompok negara yang kalah," ucapnya.
Menurut Nuning, dari tinjauan matematika, kita bisa telaah kedua skenario tersebut merupakan hasil ekstrapolasi menggunakan kombinasi metode projection, forecasting dan foreseen.
"Seluruh negara di dunia di-ekstrapolasikan di masa mendatang dari kondisinya saat ini. Melalui simulasi program komputer, maka hasil akhir kondisi setiap negara dapat dengan mudah diketahui dengan logika," tuturnya.
"Oleh karenanya strategi hybrida untuk menghadapinya bisa juga menggunakan metode yang sama. Solusinya kita harus bisa merumuskan formulasi strategi hybrida dengan membuat simulasi nasional setiap gatra di dalam Ketahanan Nasional," tambahnya.
Nuning menjelaskan, semua sumber daya nasional baik SDM, SDA dan sumberdaya buatan dapat dianalisa dan disimulasikan secara kuantitatif, sehingga dapat diketahui faktor negatif apa yang harus diantisipasi di masa mendatang.
"Ini penting dilakukan karena seringkali faktor-faktor negatif suatu bangsa adalah hidden factor," tegasnya.
Kata dia, secara internal bangsa Indonesia memiliki kerentanan konflik yang bersumber dari SARA. Dengan metode ilmiah yang tadi dijelaskan, maka salah satu strategi hybrida adalah menyelesaikan secara tuntas akar masalah konflik-konflik yang sekarang masih merebak.
"Bangsa Indonesia harus bisa memperkokoh persatuan dan kesatuan. Persatuan seluruh suku bangsa Indonesia dan kesatuan wilayah seluruh pulau dan lautan Indonesia," kata nya.
Strategi tersebut menurut Nuning, juga didukung data dan fakta sejarah bagaimana negara-negara besar saat ini bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera setelah tercapai konsensus nasional menyelesaikan akar masalah konflik internal mereka.
"Setelah itu setiap generasi berikutnya dapat memegang teguh konsensus nasional tersebut untuk selamanya. Jadi, strategi yang jitu menjadi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan," pungkasnya.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, ancaman di masa mendatang baik faktual maupun potensial, dibedakan menurut bentuk dan sifatnya. Menurut bentuknya, maka ada ancaman militer dan ancaman nonmiliter.
"Menurut sifatnya, maka ada ancaman militer itu sendiri dan ancaman nir militer. Kompleksitas bentuk dan sifat ancaman menuntut Bangsa Indonesia menyusun strategi hybrid untuk mengantisipasinya," kata Susaningtyas, Sabtu (24/3/2018).
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menegaskan, Indonesia harus mampu berimajinasi membayangkan Indonesia di tahun 2030, sehingga mampu menuangkan strategi yang yang kreatif dan inovatif.
"Sebagai contoh imajinasi para penulis Ghost Fleet dalam novel fiksinya. Para penulis membayangkan ada perang dunia di masa mendatang dengan skenario ada kelompok negara yang menang dan ada kelompok negara yang kalah," ucapnya.
Menurut Nuning, dari tinjauan matematika, kita bisa telaah kedua skenario tersebut merupakan hasil ekstrapolasi menggunakan kombinasi metode projection, forecasting dan foreseen.
"Seluruh negara di dunia di-ekstrapolasikan di masa mendatang dari kondisinya saat ini. Melalui simulasi program komputer, maka hasil akhir kondisi setiap negara dapat dengan mudah diketahui dengan logika," tuturnya.
"Oleh karenanya strategi hybrida untuk menghadapinya bisa juga menggunakan metode yang sama. Solusinya kita harus bisa merumuskan formulasi strategi hybrida dengan membuat simulasi nasional setiap gatra di dalam Ketahanan Nasional," tambahnya.
Nuning menjelaskan, semua sumber daya nasional baik SDM, SDA dan sumberdaya buatan dapat dianalisa dan disimulasikan secara kuantitatif, sehingga dapat diketahui faktor negatif apa yang harus diantisipasi di masa mendatang.
"Ini penting dilakukan karena seringkali faktor-faktor negatif suatu bangsa adalah hidden factor," tegasnya.
Kata dia, secara internal bangsa Indonesia memiliki kerentanan konflik yang bersumber dari SARA. Dengan metode ilmiah yang tadi dijelaskan, maka salah satu strategi hybrida adalah menyelesaikan secara tuntas akar masalah konflik-konflik yang sekarang masih merebak.
"Bangsa Indonesia harus bisa memperkokoh persatuan dan kesatuan. Persatuan seluruh suku bangsa Indonesia dan kesatuan wilayah seluruh pulau dan lautan Indonesia," kata nya.
Strategi tersebut menurut Nuning, juga didukung data dan fakta sejarah bagaimana negara-negara besar saat ini bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera setelah tercapai konsensus nasional menyelesaikan akar masalah konflik internal mereka.
"Setelah itu setiap generasi berikutnya dapat memegang teguh konsensus nasional tersebut untuk selamanya. Jadi, strategi yang jitu menjadi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan," pungkasnya.
(maf)