Masyarakat Harus Waspadai Munculnya Ideologi Pengganti Pancasila

Rabu, 14 Maret 2018 - 23:04 WIB
Masyarakat Harus Waspadai Munculnya Ideologi Pengganti Pancasila
Masyarakat Harus Waspadai Munculnya Ideologi Pengganti Pancasila
A A A
YOGYAKARTA - Semua elemen masyarakat diminta mewaspadai munculnya paham dan ajaran yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Negara Pancasila adalah bentuk ideal dan sudah final bagi bangsa Indonesia. Karenanya paham lain seperti munculnya ideologi khilafah atau ancaman bangkitnya kembali ideologi komunisme harus dicegah.

“Jika taruhannya adalah ideologi Pancasila, tegaknya NKRI serta persatuan dan kesatuan bangsa, maka tidak boleh ada keraguan sedikitpun untuk menyatakan sikap dengan tegas. Ideologi Pancasila harga mati. Karena itu harus kita jaga dan kita pertahankan, walaupun dengan pengorbanan jiwa dan raga,” kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat orasi politik di Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Yogyakarta, Rabu (14/3/2018) malam.

Kendati demikian, Bamsoet mengingatkan perbedaan pandangan tak serta merta harus diselesaikan dengan cara demonstrasi yang membabi buta dan kekerasan. Cara itu tidak boleh lagi dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Ia menekankan dialog dan musyawarah harus menjadi jalan utama dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan.

“Kendati kebebasan dijamin oleh konstitusi, tetapi tidak boleh kebebasan itu bertentangan dengan hukum. Dahulukan cara dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Kalau tidak bisa juga, biarkan hukum menjadi jalan terakhir. Disitulah sejatinya kehidupan demokrasi yang berkeadaban,” ujarnya.

Politisi Partai Golkar ini mengungkapkan polarisasi dan fragmentasi di masyarakat muncul sebagai dampak dari pertarungan dalam Pilkada. Munculnya politik identitas dengan menggunakan isu SARA dapat mengancam keutuhan bangsa.

“Pembangunan tidak boleh dibebani oleh masalah-masalah politik serta isu SARA yang tidak produktif. Apalagi, sampai mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Politik zaman now harus jauh dari penggunaan isu-isu SARA yang jelas hanya akan memecah belah persatuan bangsa,” pesannya.

Bamsoet juga mengajak semua pihak untuk berjuang bersama mengatasi kesenjangan sosial yang masih terjadi di masyarakat. Pemerintah dinilainya sudah bekerja keras menurunkan angka gini ratio dari 0,41 menjadi 0,38. Tetapi, diakuinya kesenjangan sosial dan ekonomi masih tetap ada di masyarakat. “IMM bersama organisasi kemahasiswaan yang lain harus hadir untuk memberi solusi,” sambungnya.

Lebih lanjut Bamsoet meminta IMM menjadi tenda besar bagi kemajemukan kaum muda Indonesia. IMM harus menjadi pionir terdepan di kalangan generasi muda untuk merangkul semua kelompok, golongan, etnis dan agama. IMM juga harus mampu membangun kehidupan berbangsa yang sejuk dan damai.

Di akhir sambutannya, Bamsoet pun berpantun. “Mahasiswi cantik beli kuini/Kuini dibeli di tengah pasar/Dari jauh saya datang ke sini/Karena IMM rayakan Milad Akbar. Makan sayur dengan ketupat/Minum teh seribu bunga/IMM menjadi kekuatan perekat, untuk perkuat persatuan bangsa".

Hadir dalam kegiatan ini Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto serta perwakilan IMM dari sejumlah wilayah di Indonesia.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6013 seconds (0.1#10.140)