Aktif Berpatroli di Habitat Satwa Liar
A
A
A
PADA 4 Maret 2018 lalu masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita terbunuhnya seekor harimau sumatera di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Dilatarbelakangi warga setempat yang merasa terancam dengan aktivitas harimau yang masuk permukiman warga, tapi nyatanya beberapa bagian tubuh harimau, seperti kulit kepala, ekor, taring, dan cakarnya hilang.
Sebelumnya, tepatnya pada awal tahun, Indonesia menjadi perhatian dunia saat seekor orangutan ditemukan tewas mengambang tanpa kepala dengan luka sabetan benda tajam serta luka tembak di Sungai Kalahien, Kalimantan Tengah.
Dua kasus tersebut menjadi gambaran masih lemahnya perlindungan pemerintah dan kesadaran masyarakat melindungi satwa liar. Sejatinya Indonesia memiliki banyak satwa yang harus dilindungi. Perlindungan satwa liar menjadi sangat penting, selain sebagai upaya pencegahan kepunahan, satwa liar juga dinilai sebagai budaya.
Di Sumatera Selatan misalnya, harimau dianggap sebagai sosok yang menjaga adat dan nilai luhur masyarakat. Harimau sumatera berhasil menjaga kelestarian alam dan keselarasan kehidupan dengan tidak menempatkan manusia sebagai sumber makanan.
Information and Communication Officer Forum Harimau Kita, Yanuar Ishaq, 28, menuturkan setiap spesies satwa memiliki peranan yang saling terikat untuk membentuk alam yang lestari. "Berdampingan hidup secara lestari, berarti menganggap keberadaan satwa liar sebagai sesama makhluk hidup yang mesti dihargai dan dihormati keberadaannya.
Seperti harimau dianggap sebagai nenek moyang atau saudara, jadi tidak saling menyakiti," sebut Yanuar. Itulah mengapa satwa liar penting untuk dilindungi. Sejalan dengan Yanuar, Meylanda, koordinator Tiger Heart (Relawan Harimau Sumatera) dan relawan COP (Central of Orangutan Protection) juga menganggap penting untuk melindungi satwa liar.
Menurut cewek yang akrab disapa Amey ini, status satwa liar banyak yang terancam punah. "Salah satunya karena ulah manusia seperti penebangan liar hingga perdagangan satwa secara ilegal.
Padahal, satwa liar adalah aset yang berharga untuk masa depan bangsa karena memiliki nilai sejarah dan budaya," kata cewek yang tengah menyelesaikan studinya di UIN Palembang ini. Ditambahkan Yanuar, beragam upaya perlindungan dan penyelamatan satwa liar dilakukan perorangan atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Biasanya dengan melakukan patroli di habitat satwa, kampanye pengetahuan mengenai satwa kepada masyarakat sekitar hutan. Salah satu LSM yang aktif menyuarakan perlindungan satwa adalah Forum Harimau Kita (FHK).
FHK memiliki beberapa program untuk mendukung pelestarian satwa, di antaranya mendorong dan memfasilitasi program konservasi harimau di lanskap kritis, pembangunan berwawasan konservasi dan proteksi hewan, mendorong upaya advokasi kebijakan dan penegakan hukum harimau, serta mengawal dokumen nasional konservasi harimau.
Beberapa upaya yang telah dilakukan FHK adalah memfasilitasi dokter hewan untuk terjun langsung ke daerah konflik masyarakat dan satwa, serta kampanye tahunan untuk perayaan global Tiger Day di kota-kota besar Sumatera dan Jawa.
Untuk masyarakat umum, Yanuar mengajak untuk sama-sama melindungi satwa, salah satu cara yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan tidak membeli produk dari satwa liar seperti kulit harimau, ular, beruang, taring harimau dan sebagainya serta masyarakat juga bisa bergabung menjadi volunteer atau relawan lembaga-lembaga konservasi satwa seperti Forum Harimau Kita.
Selain di lingkup lembaga, sebagai seorang mahasiswa pun kita dapat ikut serta dalam upaya pelindungan satwa, seperti yang dilakukan Maylenda. Dia menjadi volunteer di beberapa lembaga konservasi satwa.
"Sebagai mahasiswa, kita bisa melakukan sosialisasi kepada mahasiswa lainnya tentang betapa pentingnya keberadaan satwa lewat seminar atau workshop, " ujarnya. Harapannya, mahasiswa sekarang lebih memperbanyak ilmu di bidang konservasi untuk modal penggalangan konservasi satwa.
MUHAMMAD AMINULLAH
GEN SINDO UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Dilatarbelakangi warga setempat yang merasa terancam dengan aktivitas harimau yang masuk permukiman warga, tapi nyatanya beberapa bagian tubuh harimau, seperti kulit kepala, ekor, taring, dan cakarnya hilang.
Sebelumnya, tepatnya pada awal tahun, Indonesia menjadi perhatian dunia saat seekor orangutan ditemukan tewas mengambang tanpa kepala dengan luka sabetan benda tajam serta luka tembak di Sungai Kalahien, Kalimantan Tengah.
Dua kasus tersebut menjadi gambaran masih lemahnya perlindungan pemerintah dan kesadaran masyarakat melindungi satwa liar. Sejatinya Indonesia memiliki banyak satwa yang harus dilindungi. Perlindungan satwa liar menjadi sangat penting, selain sebagai upaya pencegahan kepunahan, satwa liar juga dinilai sebagai budaya.
Di Sumatera Selatan misalnya, harimau dianggap sebagai sosok yang menjaga adat dan nilai luhur masyarakat. Harimau sumatera berhasil menjaga kelestarian alam dan keselarasan kehidupan dengan tidak menempatkan manusia sebagai sumber makanan.
Information and Communication Officer Forum Harimau Kita, Yanuar Ishaq, 28, menuturkan setiap spesies satwa memiliki peranan yang saling terikat untuk membentuk alam yang lestari. "Berdampingan hidup secara lestari, berarti menganggap keberadaan satwa liar sebagai sesama makhluk hidup yang mesti dihargai dan dihormati keberadaannya.
Seperti harimau dianggap sebagai nenek moyang atau saudara, jadi tidak saling menyakiti," sebut Yanuar. Itulah mengapa satwa liar penting untuk dilindungi. Sejalan dengan Yanuar, Meylanda, koordinator Tiger Heart (Relawan Harimau Sumatera) dan relawan COP (Central of Orangutan Protection) juga menganggap penting untuk melindungi satwa liar.
Menurut cewek yang akrab disapa Amey ini, status satwa liar banyak yang terancam punah. "Salah satunya karena ulah manusia seperti penebangan liar hingga perdagangan satwa secara ilegal.
Padahal, satwa liar adalah aset yang berharga untuk masa depan bangsa karena memiliki nilai sejarah dan budaya," kata cewek yang tengah menyelesaikan studinya di UIN Palembang ini. Ditambahkan Yanuar, beragam upaya perlindungan dan penyelamatan satwa liar dilakukan perorangan atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Biasanya dengan melakukan patroli di habitat satwa, kampanye pengetahuan mengenai satwa kepada masyarakat sekitar hutan. Salah satu LSM yang aktif menyuarakan perlindungan satwa adalah Forum Harimau Kita (FHK).
FHK memiliki beberapa program untuk mendukung pelestarian satwa, di antaranya mendorong dan memfasilitasi program konservasi harimau di lanskap kritis, pembangunan berwawasan konservasi dan proteksi hewan, mendorong upaya advokasi kebijakan dan penegakan hukum harimau, serta mengawal dokumen nasional konservasi harimau.
Beberapa upaya yang telah dilakukan FHK adalah memfasilitasi dokter hewan untuk terjun langsung ke daerah konflik masyarakat dan satwa, serta kampanye tahunan untuk perayaan global Tiger Day di kota-kota besar Sumatera dan Jawa.
Untuk masyarakat umum, Yanuar mengajak untuk sama-sama melindungi satwa, salah satu cara yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan tidak membeli produk dari satwa liar seperti kulit harimau, ular, beruang, taring harimau dan sebagainya serta masyarakat juga bisa bergabung menjadi volunteer atau relawan lembaga-lembaga konservasi satwa seperti Forum Harimau Kita.
Selain di lingkup lembaga, sebagai seorang mahasiswa pun kita dapat ikut serta dalam upaya pelindungan satwa, seperti yang dilakukan Maylenda. Dia menjadi volunteer di beberapa lembaga konservasi satwa.
"Sebagai mahasiswa, kita bisa melakukan sosialisasi kepada mahasiswa lainnya tentang betapa pentingnya keberadaan satwa lewat seminar atau workshop, " ujarnya. Harapannya, mahasiswa sekarang lebih memperbanyak ilmu di bidang konservasi untuk modal penggalangan konservasi satwa.
MUHAMMAD AMINULLAH
GEN SINDO UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
(nfl)