Kapolri Instruksi Tembak Mati Bandar Narkoba
A
A
A
SEKUPANG - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menginstruksikan kepada jajarannya untuk bertindak tegas terhadap bandar narkoba baik berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
"Jangan ragu untuk bertindak tegas terhadap mereka bandar narkoba. Jika melawan tembak mati," kata Tito saat menggelar konfrensi pers penangkapan 1.622 kilogram sabu jaringan internasional, di Pelabuhan Bea Cukai Sekupang, Batam, Jumat (23/2/2018).
Tito mengatakan, kejahatan narkoba disamping kejahatan lain yang terjadi belakangan ini di Indonesia, sangat tinggi. Apalagi Batam sangat rawan dan menjadi tempat pintu masuknya barang-barang haram tersebut.
Di satu sisi, Indonesia juga menjadi pasar yang potensial bagi para bandar untuk memasok narkoba. Disamping karena harga jualnya yang cukup tinggi, Indonesia terutama wilayah Kepri yang diketahui terdiri dari banyak pulau-pulau dan luas wilayah lautnya, menjadi tempat favorit bagi para bandar memasok barang-barang haram tersebut.
"Apalagi saya dan Ibu Menteri Sri Mulyani yang Baru mendarat di Batam sudah mendapat laporan baru adanya penangkapan kapal yang sekarang sedang dibawah ke Tanjung Balai Karimun oleh tim gabungan Bareskrim polri dan Bea Cukai," ujarnya.
Tito juga menduga rute jaringan narkoba Internasional tersebut berasal dari perbatasan China dan Myanmar. Di mana pabrik sabu tersebut diolah disebuah pulau tak bertuan dan didistribusikan masuk melalui wilayah Tiongkok, kemudian ke Taiwan selanjutnya menuju Laut China Selatan dan masuk ke perairan Indonesia melalui Selat Malaka, kemudian ke Samudera Hindia masuk ke Australia.
"Meski tak ada hubungan dengan tangkapan Sabu 1,3 ton yang lalu, kemarin sudah kita deteksi dengan jaringan kalau mereka ini ada koneksi dengan jaringan satu dengan jaringan lainnya," ujar Kapolri.
Untuk itu, mengingat frekuensi penyelundupan narkoba yang begitu tinggi, kerjasama terus dilakukan baik dengan jajaran TNI, BNN, dan Bea Cukai kemudian operasi secara tertutup dan kerja sama dilakukan dengan otoritas internasional seperti Singapura Malaysia, Cina dan negara-negara lainnya.
"Kerja sama dari masyarakat sangat penting sekali, karena ini ancaman yang sangat riil," ujar mantan kepala BNPT itu.
Di satu sisi tambah Tito, ini merupakan keberhasilan dan prestasi, disisi lain ini menunjukan juga mengindikasikan bahwa Indonesia menjadi market yang potensial dari pelaku jaringan narkoba internasional.
"Disatu sisi ini merupakan kesuksesan kita dalam menyelamatkan jutaan warga Indonesia," ujarnya.
Kapolri juga mengapresiasi kinerja dari Tim gabungan Bareskrim Mabes Polri dan Bea Cukai dalam penangkapan sabu yang merupakan terbesar dalam sejarah di Indonesia.
Pantauan Koran SINDO BATAM, Kapolri Jenderal Tito Karnavian didampingi menteri Keuangan Sri Mulyani tiba di lokasi konfrensi pers di Pelabuhan Bea Cukai Batam sekira pukul 14.25 Wib.
Usai menyampaikan press release, Kapolri melihat barang bukti berupa Sabu 1.622 ton dan keempat tersangka. Kapolri juga menyempatkan naik dan melihat kapal yang digunakan mengangkut sabu tersebut.
Sementara itu, dari penuturan salah seorang tersangka Tan Mai (69), ia sama sekali tidak mengetahui kalau dalam kapalnya itu, ada sabu 1,6 ton yang ditaruh dalam 81 karung. Ia hanya mengaku kalau hanya mencari ikan saja.
"Tangkap yang punya. Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya nelayan cari ikan saja," ujarnya dalam bahasa Mandarin.
"Jangan ragu untuk bertindak tegas terhadap mereka bandar narkoba. Jika melawan tembak mati," kata Tito saat menggelar konfrensi pers penangkapan 1.622 kilogram sabu jaringan internasional, di Pelabuhan Bea Cukai Sekupang, Batam, Jumat (23/2/2018).
Tito mengatakan, kejahatan narkoba disamping kejahatan lain yang terjadi belakangan ini di Indonesia, sangat tinggi. Apalagi Batam sangat rawan dan menjadi tempat pintu masuknya barang-barang haram tersebut.
Di satu sisi, Indonesia juga menjadi pasar yang potensial bagi para bandar untuk memasok narkoba. Disamping karena harga jualnya yang cukup tinggi, Indonesia terutama wilayah Kepri yang diketahui terdiri dari banyak pulau-pulau dan luas wilayah lautnya, menjadi tempat favorit bagi para bandar memasok barang-barang haram tersebut.
"Apalagi saya dan Ibu Menteri Sri Mulyani yang Baru mendarat di Batam sudah mendapat laporan baru adanya penangkapan kapal yang sekarang sedang dibawah ke Tanjung Balai Karimun oleh tim gabungan Bareskrim polri dan Bea Cukai," ujarnya.
Tito juga menduga rute jaringan narkoba Internasional tersebut berasal dari perbatasan China dan Myanmar. Di mana pabrik sabu tersebut diolah disebuah pulau tak bertuan dan didistribusikan masuk melalui wilayah Tiongkok, kemudian ke Taiwan selanjutnya menuju Laut China Selatan dan masuk ke perairan Indonesia melalui Selat Malaka, kemudian ke Samudera Hindia masuk ke Australia.
"Meski tak ada hubungan dengan tangkapan Sabu 1,3 ton yang lalu, kemarin sudah kita deteksi dengan jaringan kalau mereka ini ada koneksi dengan jaringan satu dengan jaringan lainnya," ujar Kapolri.
Untuk itu, mengingat frekuensi penyelundupan narkoba yang begitu tinggi, kerjasama terus dilakukan baik dengan jajaran TNI, BNN, dan Bea Cukai kemudian operasi secara tertutup dan kerja sama dilakukan dengan otoritas internasional seperti Singapura Malaysia, Cina dan negara-negara lainnya.
"Kerja sama dari masyarakat sangat penting sekali, karena ini ancaman yang sangat riil," ujar mantan kepala BNPT itu.
Di satu sisi tambah Tito, ini merupakan keberhasilan dan prestasi, disisi lain ini menunjukan juga mengindikasikan bahwa Indonesia menjadi market yang potensial dari pelaku jaringan narkoba internasional.
"Disatu sisi ini merupakan kesuksesan kita dalam menyelamatkan jutaan warga Indonesia," ujarnya.
Kapolri juga mengapresiasi kinerja dari Tim gabungan Bareskrim Mabes Polri dan Bea Cukai dalam penangkapan sabu yang merupakan terbesar dalam sejarah di Indonesia.
Pantauan Koran SINDO BATAM, Kapolri Jenderal Tito Karnavian didampingi menteri Keuangan Sri Mulyani tiba di lokasi konfrensi pers di Pelabuhan Bea Cukai Batam sekira pukul 14.25 Wib.
Usai menyampaikan press release, Kapolri melihat barang bukti berupa Sabu 1.622 ton dan keempat tersangka. Kapolri juga menyempatkan naik dan melihat kapal yang digunakan mengangkut sabu tersebut.
Sementara itu, dari penuturan salah seorang tersangka Tan Mai (69), ia sama sekali tidak mengetahui kalau dalam kapalnya itu, ada sabu 1,6 ton yang ditaruh dalam 81 karung. Ia hanya mengaku kalau hanya mencari ikan saja.
"Tangkap yang punya. Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya nelayan cari ikan saja," ujarnya dalam bahasa Mandarin.
(maf)