Tokoh Muda Muhammadiyah: Kasus Busung Lapar Asmat Jangan Dipolitisasi
A
A
A
SURABAYA - Tokoh Muda Muhammadiyah Defy Indiyanto Budiarto mengajak semua elemen bangsa untuk bergandengan tangan menyelesaikan kasus busung lapar di Suku Asmat, Papua.
"Kejadian Busung Lapar Asmat adalah kejadian yang sangat memiluhkan bagi seluruh elemen anak bangsa. Kita yakin kejadian ini telah berlangsung bertahun tahun, tetapi baru sekarang kita ketahui, apalagi dari letak geografis, wilayah tersebut berada di daerah terpencil yang sulit di jangkau," ujar Defy saat berkunjung ke Surabaya, Senin (29/1/2018).
Menurut Defy, kejadian busung lapar tersebut bukan tanggung jawab pemerintah saja. Ini adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa. "Jadi harus segera kita tuntaskan secara bersama sama," kata pemuda yang menjabat Sekretaris Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga (LSBO) PP Muhammadiyah ini.
Seperti diberitakan SINDONews, puluhan anak meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak disertai gizi buruk di Asmat dalam empat bulan terakhir. Belasan bayi mendapat perawatan karena badannya kurus. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menerjunkan tim dari Jakarta untuk menyelesaikan kasus di Asmat, Papua.
"Permasalahan ini tidak bisa hanya kita serahkan sama pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah saja, tetapi akan cepat selesai bila seluruh elemen bangsa, bergandengan tangan dengan pemerintah, sehingga penderitaan busung lapar yang dialami saudara kita suku Asmat segera tuntas, dan mereka dapat hidup dengan berkecukupan terutama soal makanan," tutur Defy.
Dia meminta kejadian busung lapar ini tidak dipolitisasi atau dengan kata lain dijadikan isu politik oleh elite-elite politik di negeri ini. Sebab bila politisasi itu terjadi maka akan menjadi tragedi yang buruk, bagi etika perpolitikan kebangsaan di masa depan.
"Seharusnya yang kita lakukan adalah, bagaimana musibah busung lapar Asmat ini menjadi momen bagi seluruh elemen anak bangsa untuk kembali mempererat rasa persaudaraan, yang belakangan ini mulai hilang di tengah-tengah kehidupan berbangsa," kata Defy.
"Kejadian Busung Lapar Asmat adalah kejadian yang sangat memiluhkan bagi seluruh elemen anak bangsa. Kita yakin kejadian ini telah berlangsung bertahun tahun, tetapi baru sekarang kita ketahui, apalagi dari letak geografis, wilayah tersebut berada di daerah terpencil yang sulit di jangkau," ujar Defy saat berkunjung ke Surabaya, Senin (29/1/2018).
Menurut Defy, kejadian busung lapar tersebut bukan tanggung jawab pemerintah saja. Ini adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa. "Jadi harus segera kita tuntaskan secara bersama sama," kata pemuda yang menjabat Sekretaris Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga (LSBO) PP Muhammadiyah ini.
Seperti diberitakan SINDONews, puluhan anak meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak disertai gizi buruk di Asmat dalam empat bulan terakhir. Belasan bayi mendapat perawatan karena badannya kurus. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menerjunkan tim dari Jakarta untuk menyelesaikan kasus di Asmat, Papua.
"Permasalahan ini tidak bisa hanya kita serahkan sama pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah saja, tetapi akan cepat selesai bila seluruh elemen bangsa, bergandengan tangan dengan pemerintah, sehingga penderitaan busung lapar yang dialami saudara kita suku Asmat segera tuntas, dan mereka dapat hidup dengan berkecukupan terutama soal makanan," tutur Defy.
Dia meminta kejadian busung lapar ini tidak dipolitisasi atau dengan kata lain dijadikan isu politik oleh elite-elite politik di negeri ini. Sebab bila politisasi itu terjadi maka akan menjadi tragedi yang buruk, bagi etika perpolitikan kebangsaan di masa depan.
"Seharusnya yang kita lakukan adalah, bagaimana musibah busung lapar Asmat ini menjadi momen bagi seluruh elemen anak bangsa untuk kembali mempererat rasa persaudaraan, yang belakangan ini mulai hilang di tengah-tengah kehidupan berbangsa," kata Defy.
(kri)