Natal Jadi Momen Perkuat Kerukunan Sesama Anak Bangsa

Selasa, 26 Desember 2017 - 11:20 WIB
Natal Jadi Momen Perkuat Kerukunan Sesama Anak Bangsa
Natal Jadi Momen Perkuat Kerukunan Sesama Anak Bangsa
A A A
JAKARTA - Perayaan Natal 2017 diharapkan menjadi momentum memperkuat kerukunan antar sesama anak bangsa. Hal ini perlu dilakukan mengingat kerukunan bangsa akhir-akhir ini rentan terganggu dengan berbagai manuver politik untuk meraih kekuasaan jangka pendek.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo mengatakan, secara khusus umat kristiani ditantang untuk mewujudkan damai sejahtera, kerukunan, dan persaudaraan di antara anak bangsa. Dia berharap perayaan Natal mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menerima perbedaan dan mensyukurinya sebagai kekayaan negara ini.

"Marilah kita menghidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Tuhan dengan cara merangkul sesama, merawat ciptaan, dan memajukan kerukunan serta persaudaraan di antara kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati," katanya di Gereja Katedral, Senin (25/12/2017).

Suharyo menuturkan, baik KWI ataupun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengambil tema Natal tentang perdamaian yang diam bil dari Kolose 3:15 yang berisi ajaran, "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu." Menurutnya saat ini persatuan bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Pasalnya ada pihak-pihak yang secara samar-samar ataupun terang-terangan tergoda untuk menempuh jalan dan cara berbeda dengan konsensus dasar kebangsaan, yaitu Pancasila.

"Hal ini terlihat dari banyak aksi dan peristiwa. Di antaranya adanya persaingan politik yang tidak sehat dana menghalalkan segala cara, adanya fanatisme yang sempit, dan bahkan tidak sungkan membawa-bawa agama dan kepercayaan," paparnya.

Apalagi dia menilai saat ini nilai-nilai Pancasila mulai tidak dihargai sebagaimana seharusnya dalam kurun waktu satu atau dua tahun ini. Menurutnya Pancasila akhir-akhir ini sering dijadikan plesetan. Meskipun secara verbal Pancasila adalah kesepakatan dasar, ada pihak-pihak yang menentangnya.

"Kalaupun Pancasila diterima, ini apakah dilaksanakan nilai-nilainya atau tidak? Misalnya sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tapi kita lihat ada berapa anggota DPR yang ditangkap KPK? Mereka seharusnya memastikan peraturan yang dibuat demi kesejahteraan rakyat," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan sudah sepatutnya umat kristiani berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal dengan kondisi pribadi ataupun bangsa Indonesia. Menurutnya perayaan Natal seharusnya juga menjadi momentum indah untuk menyadari kembali tugas perutusan dan komitmen sebagai bagian dari Indonesia. "Kondisi dan situasi bangsa saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih saksama seruan Santo Paulus dalam Kolose 3:15," tuturnya.

Lebih lanjut Uskup Agung Jakarta ini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan pihak keamanan yang mengawal ibadah perayaan Natal. Dia juga mengapresiasi pejabat-pejabat pemerintah yang datang langsung ke Katedral untuk melakukan pemantauan. "Terima kasih kepada pemerintah yang sudah hadir memberi salam kepada umat Katolik di Katedral. Ada Mendagri, Kapolri, Panglima TNI, Gubernur dan Wakil Gubernur. Kehadiran mereka memberikan kegembiraan untuk menerjemahkan kedamaian Natal," katanya.

Pesan serupa disampaikan Uskup Agung Makkassar Mongsineur Liku Ada. Di hadapan ratusan jemaat gereja Katedral Makkasar dia berharap umat Nasrani selalu menjaga perdamaian antarsesama manusia. Apalagi dalam situasi akhir-akhir ini penghormatan atas keberagaman di Tanah Air mulai mendapat tantangan besar. "Intinya setiap perayaan Natal harus memberikan berita damai dan sejahtera bagi sesama manusia," katanya seusai memimpin misa kedua di Gereja Katedral Makassar tadi malam.

Menurutnya, misi perdamaian merupakan harapan yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari umat Nasrani. Situasi akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang memicu kegelisahan banyak kalangan. Dalam dunia politik misalnya pertarungan memperebutkan kursi kekuasaan ditempuh dengan segala cara, termasuk memolitisasi agama. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan dan menjadi penanda kedamaian belum sepenuhnya ada.

"Situasi yang kita alami di tengah-tengah masyarakat saat ini bahwa ada pihak entah secara tersamar maupun terang-terangan itu mengubah kesepakatan dasar berbangsa kita, yaitu Pancasila, dan itu tampil dalam banyak gejala dan peristiwa. Untuk itu penting kita sam paikan pesan perdamaian ini," jelasnya.

Ibadah misa Natal di Gereja Katedral Makassar ini digelar dalam empat sesi. Misa sesi pertama pada setengah tujuh pagi dilanjutkan dengan misa kedua pukul 08.30 Wita. Selanjutnya misa ketiga pada pukul 11.00 Wita dengan menggunakan bahasa Inggris dan misa terakhir pada setengah tujuh malam.

Sementara itu perayaan Natal di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang berlangsung aman dan lancar. Selain itu cuaca yang sebelumnya dikhawatirkan akan turun hujan juga tidak terjadi sehingga pelaksanaan Natal sejak Minggu (24/12/2017) berlangsung aman dan lancar. Uskup Agung Palembang Aloysius Sudarso mengatakan, tema Natal tahun 2017 ini adalah "Damai di hati, semoga damai Tuhan menetap di hati selamanya". Untuk mencapainya adalah dengan memperbaiki hubungan dengan Tuhan serta mengajarkannya ke sesama.

"Kerukunan beragama di Sumsel sudah baik, namun tidak hanya sebatas rukun dalam hati dan berkumpul saja, tetapi juga harus saling menghargai," katanya. Dengan menjaga kerukunan dalam hati, sambungnya, berkumpul bersama-sama saling menghargai bisa menjadi kekayaan yang dimiliki Sumsel. "Ini yang kita harapkan dalam perayaan Natal tahun 2017 ini," sebutnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6180 seconds (0.1#10.140)