Evita: Ini Momentum Kukuhkan Kemerdekaan Palestina
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanty, menyerukan masyarakat internasional harus memainkan diplomasi lebih keras dan tegas dengan memanfaatkan momentum tidak adanya negara yang mendukung Presiden AS Donald Trump.
Diplomasi harus dibalik justru untuk mengukuhkan kemerdekaan Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur.
"Saya melihat tidak ada negara yang membela atau mendukung kebijakan Presiden Donald Trump. Ini posisi yang sangat bagus untuk kita mendorong semua kekuatan baik PBB, OKI, Gerakan Non BLok dan saluran lain utk melakukan perlawanan diplomasi. Ini harus dibalik menjadi momentum kemerdekaan Palestina dengan ibukota Jerusalem Timur," kata Evita di Jakarta, hari ini.
Evita secara khusus memberikan apresiasi atas sikap keras Indonesia yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kebijakan sepihak Presiden AS Donald Trump terkait Jerusalem ini.
"Kita sangat salut dengan sikap keras Presiden Jokowi. Kita lihat nanti sikap para pemimpin OKI yang segera akan bersidang dan Presiden Jokowi akan hadir disana. Kemudian sidang darurat Dewan Keamanan PBB Jumat waktu New York yang juga atas dorongan Indonesia," sambungnya.
Menurut Evita , sikap Trump secara sepihak telah merusak perjanjian internasional dan resolusi PBB. Itu contoh buruk dari pemimpin yang katanya kampiun demokrasi.
"Kami sangat sayangkan. Apa pun terkait status Jerusalem harus melibatkan Palestina. Diluar itu akan merusak proses perdamaian. Dan itu membuat dunia membara saat ini."
Dikatakan, Indonesia sebelumnya sudah mencoba untuk menghentikan keputusan Trump itu melalui komunikasi Menlu Retno dengan Menlu AS tapi tetap mereka pada keputusannya. Kita telah berkomitmen kita ada di pihak masyarakat Palestina. "Kita tidak berhenti sampai disitu tapi terus melakukan upaya all out," tegasnya.
Ketika ditanyakan keputusan Trump sudah terlanjur diambil, Evita menyebut tidak ada yang tidak mungkin. "Betul pengakuan itu sudah terjadi tapi tidak ada yang tidak mungkin untuk ditarik atau dibatalkan kembali. Kita harus katakan kepada Trump itu keputusan paling konyol dan paling sembrono. Tadi seperti saya katakan tidak ada yang mendukung Trump.
Dia juga mengimbau negara-negara lain untuk tidak memindahkan kedubesnya ke Jerusalem. Hal itu untuk membuktikan bahwa Trump sangat keliru soal Jeruslaem. Kemudian, lanjut Evita, adalah keliru besar jika pihak Trump menyebut reaksi yang ada saat ini hanya temporary
"Kalau melihat apa yang berkembang saat ini, ini tidak temporary tapi akan berkelanjutan jika tidak ada perubahan dari Trump," pungkasnya.
Diplomasi harus dibalik justru untuk mengukuhkan kemerdekaan Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur.
"Saya melihat tidak ada negara yang membela atau mendukung kebijakan Presiden Donald Trump. Ini posisi yang sangat bagus untuk kita mendorong semua kekuatan baik PBB, OKI, Gerakan Non BLok dan saluran lain utk melakukan perlawanan diplomasi. Ini harus dibalik menjadi momentum kemerdekaan Palestina dengan ibukota Jerusalem Timur," kata Evita di Jakarta, hari ini.
Evita secara khusus memberikan apresiasi atas sikap keras Indonesia yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kebijakan sepihak Presiden AS Donald Trump terkait Jerusalem ini.
"Kita sangat salut dengan sikap keras Presiden Jokowi. Kita lihat nanti sikap para pemimpin OKI yang segera akan bersidang dan Presiden Jokowi akan hadir disana. Kemudian sidang darurat Dewan Keamanan PBB Jumat waktu New York yang juga atas dorongan Indonesia," sambungnya.
Menurut Evita , sikap Trump secara sepihak telah merusak perjanjian internasional dan resolusi PBB. Itu contoh buruk dari pemimpin yang katanya kampiun demokrasi.
"Kami sangat sayangkan. Apa pun terkait status Jerusalem harus melibatkan Palestina. Diluar itu akan merusak proses perdamaian. Dan itu membuat dunia membara saat ini."
Dikatakan, Indonesia sebelumnya sudah mencoba untuk menghentikan keputusan Trump itu melalui komunikasi Menlu Retno dengan Menlu AS tapi tetap mereka pada keputusannya. Kita telah berkomitmen kita ada di pihak masyarakat Palestina. "Kita tidak berhenti sampai disitu tapi terus melakukan upaya all out," tegasnya.
Ketika ditanyakan keputusan Trump sudah terlanjur diambil, Evita menyebut tidak ada yang tidak mungkin. "Betul pengakuan itu sudah terjadi tapi tidak ada yang tidak mungkin untuk ditarik atau dibatalkan kembali. Kita harus katakan kepada Trump itu keputusan paling konyol dan paling sembrono. Tadi seperti saya katakan tidak ada yang mendukung Trump.
Dia juga mengimbau negara-negara lain untuk tidak memindahkan kedubesnya ke Jerusalem. Hal itu untuk membuktikan bahwa Trump sangat keliru soal Jeruslaem. Kemudian, lanjut Evita, adalah keliru besar jika pihak Trump menyebut reaksi yang ada saat ini hanya temporary
"Kalau melihat apa yang berkembang saat ini, ini tidak temporary tapi akan berkelanjutan jika tidak ada perubahan dari Trump," pungkasnya.
(nag)