Survei Nielsen: Media Cetak Lebih Dipercaya
A A A
Dilihat dari alur kerja untuk media cetak juga lebih panjang. Penulisan di media cetak memungkinkan tulisan yang dipublished melewati "mata" kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, sehingga lebih akurat dalam memverifikasi tulisan. "Mata" yang dimaksud adalah tulisan reporter melewati redaktur, kepala desk, editor bahasa, redaktur pelaksana, pemimpin redaksi," paparnya.
Lebih jauh dia memaparkan, deadline yang lebih panjang pada media konvensional seperti koran, memungkinkan penulis mencari lebih banyak sumber agar tulisannya lebih berkualitas. "Sumber tulisan itu bisa dari studi kepustakaan, observasi, maupun narasumber," katanya.
Senada, pakar komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto memandang media cetak, dalam hal ini koran, diuntungkan karena terbit secara harian, dengan sistem kerja yang melembaga dan memiliki tanggung jawab redaksi yang lebih baik. "Berbeda dengan media TV menggunakan frekuensi publik jelas terlihat kecenderungannya. Sementara media sosial dan online yang tidak kredibel sering dipenetrasikan berita hoax. Bahkan, ada yang abai dengan kroscek," katanya.
Namun, dia mengingatkan tingkat kepercayaan yang baik belum tentu berbanding lurus dengan pola konsumsi. Meskipun saling berhubungan, belum tentu saling menguatkan. "Koran sebagai media terpercaya pun jika tidak ada inovasi maka akan ditinggalkan. Misalnya media cetak perlu ada bentuk online-nya sebagai support," tuturnya.
Lebih jauh dia memaparkan, deadline yang lebih panjang pada media konvensional seperti koran, memungkinkan penulis mencari lebih banyak sumber agar tulisannya lebih berkualitas. "Sumber tulisan itu bisa dari studi kepustakaan, observasi, maupun narasumber," katanya.
Senada, pakar komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto memandang media cetak, dalam hal ini koran, diuntungkan karena terbit secara harian, dengan sistem kerja yang melembaga dan memiliki tanggung jawab redaksi yang lebih baik. "Berbeda dengan media TV menggunakan frekuensi publik jelas terlihat kecenderungannya. Sementara media sosial dan online yang tidak kredibel sering dipenetrasikan berita hoax. Bahkan, ada yang abai dengan kroscek," katanya.
Namun, dia mengingatkan tingkat kepercayaan yang baik belum tentu berbanding lurus dengan pola konsumsi. Meskipun saling berhubungan, belum tentu saling menguatkan. "Koran sebagai media terpercaya pun jika tidak ada inovasi maka akan ditinggalkan. Misalnya media cetak perlu ada bentuk online-nya sebagai support," tuturnya.
(amm)